Sisi Lain Metropolitan
Cerita Joko, Sudah 3 Tahun Lebih Tak Bisa Tebus Ijazah: Pilih Jadi Tukang Sampah
Tiga tahun tak bisa tebus ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Joko Krismanto (21) jalani hidup sebagai tukang sampah.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Tiga tahun tak bisa tebus ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Joko Krismanto (21) jalani hidup sebagai tukang sampah.
Tukang sampah ialah mereka yang bekerja untuk membuang sampah.
Hal itulah yang dilakukan oleh Joko, anak pertama dari 4 bersaudara.
Usai dinyatakan lulus dari SMK Paskita Global, ia hanya menggantungkan hidupnya dari penghasilannya sebagai tukang sampah di Ciracas, Jakarta Timur.
Sebab, selepas tahun 2016, ijazah Joko tak kunjung bisa ditebusnya karena kendala ekonomi.
Ayahnya, Suratman yang hanya seorang tukang sampah dan Ibunya, Suyatmi penjual lauk matang diakuinya tak mampu menebus biaya tersebut.
"Ya mau kerja apa lagi. Ijazah juga belum saya tebus. Pokoknya itu tunggakan dari kelas 10 total sekira Rp 3,8 juta. Namanya punya adik 3 kan pasti ibu sama bapak ada aja kebutuhannya," katanya kepada TribunJakarta.com, Selasa (4/2/2020).
Sebenarnya, setelah lulus Joko sempat melamar pekerjaan di salah satu hotel di Jakarta.
Berbekal Surat Keterangan Lulus (SKL), Joko diterima bekerja di hotel tersebut.
"Sempat saya coba melamar. Nah ternyata dapat tuh. Dulu kan pakai SKL masih bisa. Kebetulan jurusan saya perhotelan juga akhirnya diterima," sambungnya.
Namun, setahun kemudian, ijazahnya dipertanyakan oleh atasannya dan ia terpaksa berhenti bekerja.
"Nah pas setahun tuh ijazah ditanyain kan. Saya bilang belum ditebus. Ya tahu sendiri lah kalau mau lanjut kontrak ada ijazahnya juga. Ya sudah saya keluar," ungkapnya.
Sementara itu, usai beberapa bulan diterima bekerja, Joko mengaku memilih untuk menikahi kekasihnya.
Secara sederhana uang tersebut ia gunakan untuk menggelar pernikahan sederhana.