Benarkah Kebanyakan Konsumsi MSG Bisa Memperlambat Kerja Otak? Simak Faktanya
penggunaan MSG baik digunakan selama dalam batas yang wajar yaitu sekitar 4 hingga 6 gram per harinya
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Monosodium Glutamat atau yang dikenal dengan MSG merupakan bubuk penyedap rasa yang biasa ditambahkan ke dalam masakan untuk memberikan efek gurih pada makanan.
Banyak orang merasa takut untuk mengkonsumsi penyedap rasa ini lantaran dinilai bisa membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan dan daya kerja otak, benarkah?
MSG, adalah penyedap rasa yang dibuat melalui proses fermentasi dari berbagai bahan-bahan alami seperti rumput laut, tapioka, ataupun tetes gula.
Secara kimia, MSG berbentuk seperti bubuk kristal berwarna putih yang mengandung 78 persen asam glutamat dan 22 persen gabungan sodium dan air.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Prof DR dr Nurpudji mengatakan, bahwa penggunaan MSG itu sudah dinyatakan aman oleh World Health Organization (WHO) untuk dikonsumsi.
Namun, selama masih dalam batasan yang wajar atau tidak berlebihan.
Di Indonesia, pengaturan ini juga diatur oleh aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI nomor 23 tahun 2013 mengenai batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan penguat rasa.
"Pada keseluruhan aturan itu dinyatakan bahwa tidak ada ADI (Acceptable Daily Intake) atau Asupan harian yang dapat diterima yang spesifik atas penggunaan asam glutamat, mononatrium L-Glutamat maupun Monokalium L-Glutamat," kata dia dalam acara sosialisasi penggunaan bumbu penyedap tidak membahayakan dari PT Sasa Inti di kawasan Senopati Jakarta Selatan, Rabu (5/2/2020).
dr. Nurpudji mengatakan, bahwa penggunaan MSG baik digunakan selama dalam batas yang wajar yaitu sekitar 4 hingga 6 gram per harinya.
Jika seringkali kita mendengar anggapan bahwa mengkonsumsi MSG bisa menyebabkan lambannya kerja otak, ternyata anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
"Anak jadi bodoh itu kalau sejak lahir, sejak di dalam kandungan, anak itu lahir dengan kurang berat badannya, kurang gizi. Itu pertumbuhan otaknya yang terganggu," kata dia.
"Jadi dua tahun anak itu pertumbuhan otaknya sudah sebesar 80 persen dari otak orang dewasa. Jadi semakin banyak sel otaknya, anaknya makin cerdas. Tapi kalau kurang gizi pada saat itu, akan kurang kemampuan berpikirnya, bukan dari MSG. Ini yang harus diluruskan," papar dia.
• Mencicipi Butter Cereal Chicken di Cengli: Rasanya Khas, Bikin Kenyang dan Tak Menguras Isi Dompet
• Pusat Kuliner di RTH Pluit Karang Indah Timur Disebut Hanya 11 Persen dari Total Luas Lahan
Pengunaan MSG, tidak dianjurkan apabila dikomsumsi secara berlebihan.
Jika berlebihan, dr. Nurpudji mengatakan juga beresiko terkena penyakit hipertensi atau stoke.