Sisi Lain Metropolitan
Usia 80 Tahun, Paimin Banting Tulang Angkut Sampah Hidupi Keluarga Hingga Cicit
Di usia sudah 80 tahun, dengan rambut dan janggut yang sudah memutih, Paimin menyapu rasa lelahnya dengan senyuman.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
"Habis dapat uang selalu dibelikan beras yang karungan besar."
"Yang penting keluarga saya masih bisa makan aja. Saya enggak mikirin diri saya sendiri," katanya.
Di tiap doanya, Paimin selalu meminta kemurahan rezeki untuk anak dan cucunya, kelak mendapat pekerjaan layak dan hidup lebih baik.
"Saya cuma berdoa supaya anak, cucu saya punya kerjaan yang baik."
"Sebab selama ini, mereka membantu biaya juga sekedarnya aja."
"Contohnya seperti anak saya yang kedua, Ade kan jualan sayur."
"Jadi lauknya dibantu dia tiap hari," jelasnya.
Anak Sakit Kanker Kulit
Tak hanya kemiskinan, cobaan demi cobaan terus melingkupi kehidupan Paimin.
Di tengah keterbatasan ekonomi, Didi anak pertama Paimin menderita kanker kulit dan selama ini tak bekerja.
"Baru ketahuannya dua tahun belakangan ini. Makanya biaya dia dan anak-anaknya saya yang tanggung," kata Paimin.
Kasih sayang Paimin sebagai orangtua tak pernah luntur.
Ia rutin membantu biaya pengobatan Didi sebesar Rp 100 ribu tiap dua hari sekali.
"Alhamdulillahnya rezeki saya ada saja. Kadang ada orang di jalan kasih saya uang."
"Jadi saya dahulukan buat Didi. Biar pun dia pakai BPJS tapi kalau perban, obat merah dan air infusannya habis, pasti beli sendiri."
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/paimin-dan-masenah-tukang-sampah-keliling-1.jpg)