Penyakit Radang Sendi di Tangsel

Sebut Penderita Chikungunya Cuma 20 Orang, Dinkes Tangerang Selatan Tak Bangun Posko di Rawa Lele

Ketua RW 10, Sofyan, menyebut ada 70 warganya yang terjangkit virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu di RT 1, 2, 4 dan 6.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel, Deden Deni, di kantornya, Serpong, Rabu (12/2/2020). 

Imbar mengatakan, wabah cikungunya mirip dengan demam berdarah dengue (DBD), karena sama-sama ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.

"Chikungunya sama DBD penyebabnya sama, aedes aegypti, nyamuk juga penyebabnya. Cuma dampaknya tidak sehebat demam berdarah. Kalau demam berdarah kan bisa sampai mati, kalau chikungunya tidak pernah sampai mati, dia infeksi hebat saja," paparnya.

Meski begitu, chikungunya tidak sampai berakibat kematian.

Imbar menjelaskan, gejala cikungunya membuat penderitanya demam, mengigau dan mengalami sakit pada bagian persendian.

"Panas tinggi banget, ngigau, ya sendi," jelasnya.

Penyembuhannya sendiri membutuhkan obat dari dokter yang disesuaikan dosisnya.

"Tergantung berobatnya sesaorang, kan dosis obat kalau 500 miligram, untuk berat 50 kilo, dia cepat reaksinya. Tapi kalau berat 80 kilo kan beda lagi," ujarnya.

Untuk pencegahan, Imbar menyarankan warga agar bersih-bersih lingkungan sekitar, utamanya dari genangan.

"Pertama itu kebersihan lingkungan, air genangan," jelasnya.

Permintaan Anggota DPRD Tangsel

Jaya (60) warga terjangkit gejala chikungunya di Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangsel, Selasa (11/2/2020).
Jaya (60) warga terjangkit gejala chikungunya di Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangsel, Selasa (11/2/2020). (Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Anggota DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), dari Fraksi PSI, Alexander Prabu, memantau langsung kondisi kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) yang terjangkit wabah cikungunya.

Ia melihat langsung puluhan warga kampung yang lemas lantaran persendiannya sakit dan tak berdaya neraktivitas seperti biasa.

Menurut Alex, panggilan karibnya, virus yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti itu disebabkan karena lingkungan yang kotor.

"Keadaan lingkungan kurang terawat, karena masih banyak tanah kosong dan tak terawat milik salah satu pengembang," ujar Alex melalui sambungan ponsel, Rabu (12/2/2020).

Yang terpenting saat ini, adalah pengobatan bagi warga yang terjangkit.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved