Sisi Lain Metropolitan
Kisah Yayan Lulusan Teknik Mesin: Buka Toko Servis, Gratis Reparasi Kipas Untuk Masjid dan Musala
Di usia enam bulan setelah membuka usahanya, Yayan mantap memasang spanduk bertuliskan 'Gratis Service Kipas Masjid/Mushola'.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Terinsipirasi dari orang tak dikenal, Yayan Sugiar (43) gratiskan biaya reparasi kipas angin musala dan masjid.
Sedari kecil, Yayan hanya menyukai dunia otomotif. Hingga sewaktu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ia mengambil jurusan teknik mesin untuk menyalurkan hobinya.
Selanjutnya, bapak tiga anak ini melanjutkan bekerja di pabrik yang masih berhubungan dengan otomotif.
Lambat laun kontrak pekerjaannya habis ketika pabrik di tempatnya bekerja memberlakukan sistem outsourcing atau alih daya.
"Akhirnya saya bekerja jadi supir angkutan umum untuk menghidupi kebutuhan keluarganya," katanya kepada TribunJakarta.com, Jumat (14/2/2020).
Selama 10 tahun, ia menjalani aktivitas sebagai supir angkot di kawasan Kampung Makasar, Jakarta Timur.
Sementara istrinya, Siti membuka toko kelontong biasa di toko yang terletak di Jalan Lembur, Makasar, Jakarta Timur.
"10 tahun saya jalanin aktivitas yang sama. Akhirnya tetangga saya, lupa namanya siapa, ada yang ngomong ke saya. Dia menyarankan saya beralih ke usaha aja. Sebab kan dia tahu saya punya toko warisan dari orang tua yang bisa dipakai," sambungnya.
"Sudah coba aja buka servis kompor, kan di sini masih jarang," kata tetangganya kala itu.
"Iya," jawab Yayan dengan ragu.
"Sudah buka dulu nanti saya ajarkan," balas tetangganya meyakinkan.
"Saya enggak punya basic reparasi kompor begitu. Modal pertama saya cuma obeng aja. Tapi waktu 5 tahun lalu itu saya pasang spanduk terima jasa service kompor di depan toko kelontong istri saya yang warisan dari orang tua," ungkapnya.
Sebulan pertama dibuka, ia mengalami masa sulit. Tak ada satupun pelanggan yang datang.
Bagusnya, kala itu Yayan masih bekerja sebagai supir angkot.
"Akhirnya pelanggan mulai ada dari bulan kedua. Lama-lama saya belajar buat service barang lain. Kalau kompor kan tetangga yang ajarin, tapi kalau kipas sama AC ya belajar dari orang lain lagi. Saya enggak putus belajar dari yang lebih handal," jelasnya.
Akhirnya di bulan kedua, Yayan meninggalkan profesinya sebagai supir dan coba fokus menjadi penyedia jasa reparasi barang elektronik.
Di usia enam bulan usai dibuka, Yayan akhirnya mantap memasang spanduk yang bertuliskan 'Gratis Service Kipas Masjid/Mushola'.
"Sebenarnya ide ini sudah ada dari dulu. Awalnya saya enggak sengaja beli kipas bekas di Condet. Terus saya dibisikin kalau ada kipas rusak di masjid, suruh bawa ke tempat dia buat di servis gratis. Nah dari situ saya tersentuh, cuma baru berani pasang spanduk pas 6 bulan dibuka," jelasnya.
Menurut Yayan, ketika materi tak bisa disumbangkannya tiap saat, ia bisa berbagi lewat keahliannya.
"Saya terinsipirasi dari abang kipas yang saya temui itu. Saya berpikir dia bisa memberikan manfaat ke orang banyak kenapa saya enggak. Saya ambil yang baik dari dia dan alhamdulillah sejauh ini yang menyediakan jasa gratis di Kampung Makasar baru saya aja," katanya.
Rezeki dipermudah

Bila dipikir pakai logika, Yayan seharusnya tak memiliki keuntungan apa-apa.
Pasalnya, nama tempat servisnya dikenal hingga ke kawasan Kramat Jati lainnya.
Sehingga, kipas angin atau apapun yang merupakan alat masjid rusak selalu diperbaiki di tempatnya.
"Kalau dulu ya ada aja. Dalam sebulan minimal 10 kipas pasti ada. Sebab yang biasa kemari justru dari majelis musala yang kecil. Jadi enggak ada biaya mereka bawa ke sini," katanya.
• Siswa Korban Kekerasan di SMA Negeri 12 Kota Bekasi Perlu Pendampingan Psikologis
• Garong Bersenpi dan Sajam Satroni Kios Pengiriman Barang di Cipayung: Handphone dan Motor Digasak
• Praktik Aborsi Ilegal di Paseban Jakarta Utara, Ini Tanggapan Ketua Komisi Perlindungan Anak
Sejauh ini, Yayan masih tak pernah menyangka jika ia bisa menghidupi ketiga anaknya.
"Dalam sehari Rp 100 ribu aja pasti dapat. Jadi kayak ada aja gitu jalannya. Misalnya di toko enggak laku, saya jualin barang loak yang bagus yang sudah saya perbaiki di sosmed, lakunya cepat," jelasnya.
"Makanya semenjak buka alhamdulillah usaha saya makin pesat. Ini aja saya malahan bisa jual alat-alat yang lain juga. Padahal dulu saya buat tempat servis ini cuma modal spanduk yang di dalamnya justru toko klontong milik istri saya," pungkasnya.