Tiga Pria Baku Hantam di Zebra Cross
Rekayasa Baku Hantam dan Diviralkan, Pengamat Media: Sangat Receh
Gilang mengatakan, FG dan YA sengaja melakukan rekayasa ini gegara banyak masyarakat Indonesia yang suka melihat konten lucu.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Pengamat Media dari Kampus Uhamka, Gilang Kumari Putra, memberikan pendapat ihwal kasus rekayasa baku hantam yang diviralkan di media sosial.
Dalam kasus tersebut, dua tersangka ditetapkan sebagai tersangka dan terancam dipidana sepuluh tahun penjara.
Yakni YG (seorang dosen) dan YA (mahasiswa).
Gilang mengatakan, FG dan YA telah membuat konten yang receh atau tak bermutu.
"Dia melakukan hal yang sangat receh," kata Gilang, sapaannya, saat konferensi pers, di Pos Polisi Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020).
Gilang mengatakan, FG dan YA sengaja melakukan rekayasa ini gegara banyak masyarakat Indonesia yang suka melihat konten lucu.
"Dia beranggapan bahwa karena apa, orang Indonesia itu, senang dengan hal yang lucu," beber Gilang.
"Ketika mengirim konten lucu, mereka yakin panjata sosialnya lebih cepat dibanding share hal yang serius," sambungnya.
Panjat sosial, lanjutnya, akan menjadi salah jika dilakukan secara salah pula.
"Misalnya, ketika nge-prank. Karena panjat sosial itu tujuannya meningkatkan viewers, followers, dan akan berujung pada iklan," kata Gilang.
Karena itu, Gilang mengimbau para pelaku konten media sosial sebaiknya membikin hal positif.
"Tidak boleh menggunakan cara-cara rekayasa, ngeprank, misalnya. Karena yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat, untuk bermedsos secara sehat," tutur Gilang.
• Gara-gara Mulut Rentenir Dikepruk dengan Gas Melon, Wanita Peminjam Utang Ikut Pingsan
• Bongkar Praktik Judi Sabung Ayam di Citayam, Belasan Pria dan Ayam Aduan Diringkus Tim Jaguar
• Kesaksian Reza Rahadian Temani BCL Saat Ashraf Sinclair di IGD: This Is True Love
Menyoal FG dan YA dari kalangan terpelajar, Gilang menyatakan tak mempersoalkan.
"Ini bukan masalah dosen atau mahasiswa yang dari kalangan intelektual," kata Gilang.
"Saya berkesimpulan, kadang melakukan pansos itu tidak semata-mata untuk bersifat ekonomi," sambungnya.