Antisipasi Virus Corona di Bekasi
'Lockdown Lokal' di Kampung Jaha Jatiasih Bekasi Sempat Tuai Penolakan Warga
Menurut dia, sekelompok warga yang menolak rata-data datang dari kalangan tua yang belum memahami betul dampak virus corona
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, JATIASIH - Ketua RW11, Kampung Jaha, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Samsudin Panji (48), mengaku sempat mendapatkan penolakan ketika mulai berlakukan 'Lockdown Lokal' di wilayah lingkungan tempat tinggalnya.
Samsudin mengatakan, 'Lockdown Lokal' yang diterapkan di kampungnya diberinama Isolasi Mandiri. Polanya ialah, menutup 12 akses jalan menuju kampung dengan menyisakan satu saja.
Satu akses jalan ini ialah Jalan Haji Nipan, di ujung jalan terdapat protikoler penjagaan ketat berupa penyemprotan cairan disinfektan setiap warga dan pengedara yang melintas ditambah, pengecekan suhu tubuh.
Kebijakan isolasi mandiri ini sudah ia terapkan sejak 26 Maret 2020 dan kini, sudah berjalan kurang lebih lima hari hingga diterima secara menyeluruh oleh warganya yang berjumlah 3.700 jiwa.
Sebelum diterima secara penuh, ia mengakui ada beberapa penolakan yang datang dari sejumlah warga. Wajar saja, 12 akses jalan yang biasa secara bebas dapat dilalui warga kini ditutup dengan menggunakan papan dan besin semi pemanen.
"Awalnya banyak juga yang nolak, mereka merasa kurang leluasa mungkin dengan seperti ini, bahkan ada yang bilang kalau sakit, ajal itu Allah yang mengatur," kata Samsudin.
"Saya memgerti itu dan saya percaya, tapi pelan-pelan coba saya kasi tahu warga betul pemyakit, ajal datangnya dari Allah, tapi kaya begini (Isolasi Mandiri) bagian dari Ikhtiar kita saya bilang," tambahnya.
Menurut dia, sekelompok warga yang menolak rata-data datang dari kalangan tua yang belum memahami betul dampak virus corona.
Dia justru mendapat dukungan penuh dari warga yang berasal dari kalangan muda seperti Karang Taruna RW11, para pemuda ini juga yang menurut Samsudin sebagai penggerak menjalankan kebijakan isolasi mandiri.
"Justru dari yang tua-tua awalnya banyak yang menolak, tapi saya tetep jalan terus, karena saya enggak mau ada warga Kampung Jaha terinfeksi corona," jelas dia.
Bahkan dia mengakui, awal-awal penutupan akses jalan, beberapa warganya nekat membongkar palang pnutup. Tapi konflik itu behasil dia redam dengan kembali memberikan pengertian.
"Saya juga bikin surat edaran dulu sebelum melakukan ini, di surat edaran saya insyaallah sampai tanggal 8 April 2020 (Isolasi Mandiri)," terangnya.
• Kisah Pilu Para Sopir Taksi: Masih Berjuang Cari Nafkah Ditengah Wabah Corona
• Cerita Pengemudi Ojol Ditengah Wabah Corona, Sulit Dapat Penumpang Hingga Nombok Bensin
Selain penutupan jalan, isolasi mandiri ini juga mengharuskan warga untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah sampai jam 21.00 WIB. Terlebih melakukan aktivitas bergerombol atau pengumpulan massa dalam jumlah banyak.
"Kita tiap malam patroli dari anak-anak Karang Taruna, kalau ada warga yang masih di luar rumah nongkrong-nongkrong kita himbau untuk masuk, warung-warung juga kita himbau tutup," ucap dia.