Antisipasi Virus Corona di Bekasi

Iba Lihat Nasib Janda Samping Rumah, Pak Guru ini Kembalikan Sembako Pemberian Pemkot Bekasi

Dedi saat dikonfirmasi mengatakan, selama ini dia tidak pernah merasa mendaftarkan diri sebagai penerima bansos Covid-19

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Muhammad Zulfikar
ISTIMEWA
ilustrasi bantuan sembako 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI - Bukannya senang, Dedi Suwardi (56) merasa resah karena sebagai penerima paket sembako bantuan sosial (bansos) dari Pemerintah Kota Bekasi.

Ia semakin iba setelah tahu nasib janda anak satu samping rumah, belum dapat gajian dari perusahaan, tapi tak masuk daftar penerima bansos.

Pemkot Bekasi sejak Jumat, (17/4/2020) mulai mendistribusikan bansos kepada warga yang terdampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Sebanyak 150 ribu kartu keluarga (KK), didata melalui RT/RW untuk menerima bansos berupa sembako yang isinya beras 5 kilogram, mi instan 7 bungkus, sarden 1 kaleng, kecap 1 botol, saus 1 botol dan beberapa produk UMK.

Nilai satu paket sembako bansos ini tidak lebih dari Rp 200 ribu, anggaran penyediaannya berasal dari APBD Kota Bekasi yang direalokasi selama penanganan Covid-19.

Namun dalam proses pendistribusian, masalah mulai muncul ketika paket bansos ini dipandang kurang tepat sasaran.

Beberapa warga yang dinilai mampu secara ekonomi mendapatkan bansos lebih dulu, beberapa warga yang dipandang laik menerima, justru belum mendapatkan atau bahkan namanya belum terdaftar.

Kondisi ini tentu membuat bingungan dan menjadi pertanyaan besar sejumlah warga, hal ini juga yang mendorong Dedi, berbesar hati mengembalikan bansos yang sudah ia terima.

Dedi saat dikonfirmasi mengatakan, selama ini dia tidak pernah merasa mendaftarkan diri sebagai penerima bansos Covid-19.

"Saya tidak mengajukan, begini konfirmasi sama pak RT semua diajukan gitu, dan yang turun malah nama saya pisan," kata Dedi kepada TribunJakarta.com, Rabu, (22/4/2020).

Pria yang masih aktif mengajar di salah satu SD Negeri di Kota Bekasi ini mengaku, keinginannya mengembalikan sembako bermula dari obrolan ringan.

Kala itu, sang janda tetangga samping rumahnya bercerita keluh kesah akibat beberapa bulan mengalami keterlambatan upah.

Tetangganya itu merupakan seorang janda beranak satu, bekerja di salah satu pabrik kecil di Kota Bekasi.

Melihat kondisi tetangganya seperti itu, Dedi kemudian berinisiatif agar paket sembako bansos diberikan kepada tetangganya yang lebih membutuhkan.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved