Virus Corona di Indonesia
Kelakar Sopir Bus AKAP Soal Arti PSBB: Pendapatan Sopir Bus Bangkrut
Pria asal Magelang, Jawa Tengah ini adalah sopir bus Kramat Djati jurusan Jakarta-Purwodadi
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KALIDERES - Bagasi bus dimanfaatkan Yanto (50) untuk bersantai sembari menunggu berangkat kembali dari Terminal Kalideres, Jakarta Barat.
Di bagasi yang berada di bagian bawah badan bus inilah biasanya Yanto sang sopir bus dan para rekan seprofesi menghabiskan waktu sembari beristirahat dan berbincang tentang pengalaman masing-masing selama di perjalanan.
"Ya sambil cerita-cerita aja soal keadaan sekarang," kata Yanto saat ditanyakan sekira Pukul 13.00 WIB, Kamis (23/4/2020).
Pria asal Magelang, Jawa Tengah ini adalah sopir bus Kramat Djati jurusan Jakarta-Purwodadi yang akan berangkat dari Terminal Kalideres Pukul 15.00 WIB.
Ia tak menampik adanya pandemi corona membuat penghasilannya terdampak, mengingat ia dibayar berdasarkan sistem komisi.
"Saya ga ada gaji, dibayar pakai komisi dari sekali jalan. Kalau enggak narik ya enggak dapat duit," katanya.
Di satu sisi, Yanto juga mengaku kasihan dengan para penumpangnya yang terpaksa mudik lebih awal.
Dia memahami bahwa para penumpangnya juga berada di posisi sulit mengingat sudah ada imbauan untuk tak pulang kampung.
"Mayoritas penumpang saya ini kan pedagang dan karyawan pabrik. Mau enggak mau mereka mudik karena kalau di Jakarta juga enggak ada pemasukan," kata Yanto.
Selain itu, ujar Yanto, selama perjalanan ia dan para penumpang harus melewati beberapa kali pemeriksaan, semisal cek suhu tubuh dan jaga jarak antar penumpang.
"Kalau enggak pakai masker kami larang untuk naik," ujarnya.
Sambil berkelakar, ia pun memplesetkan singkatan dari PSBB yang menurut para sopir bus bukan berarti Pembatasan Sosial Berskala Besar.
"Tapi Pemasukan Sopir Bus Bangkrut. Karena biasanya kalau saat mau puasa dan lebaran ini jadi waktu yang paling kita tunggu sekarang malah ambyar. Apalagi kalau jadi ada larangan mudik," kata Yanto.
Terancam jual sepeda motor

Suasana mudik lebaran di Terminal Kalideres yang sebelumnya dibayangkan Mul (45) akan begitu indah kini terpaksa ia buang jauh-jauh.
Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi corona dan dikeluarkannya larangan mudik menjadi penyebabnya.
Sebagai seorang petugas agen bus di Terminal Kalideres, tentunya momen mudik lebaran menjadi saat yang paling dinantikan bagi Mul.
"Istilahnya mudik lebaran tuh tempat kita panen lah. Biasanya pendapatan kita yang sepi di hari biasa bakal ketutup pas di situasi mudik, tapi kan ternyata ada corona ini. Buyar dah semuanya," kata Mul ditemui TribunJakarta.com di Terminal Kalideres, Kamis (23/4/2020).
Padahal, sebelumnya Mul berencana ingin mengganti motornya apabila dapat pemasukan lumayan saat mudik lebaran nanti.
"Niatnya pikiran mau ganti motor ah abis lebaran. Tapi kenyataannya kalau begini bukannya ganti motor, tapi motor yang di rumah malah dijual," katanya.
Kini, ia pun hanya bisa pasrah atas situasi sulit yang harus dihadapi akibat pandemi corona.
Pendapatannya yang dibayar berdasarkan sistem komisi dari jumlah penumpang yang menaiki bus tempatnya bekerja mengaku berkurang hingga 50%.
Sebab, selain armada bus yang beroperasi berkurang hampir separuh, jumlah penumpang yang diangkut juga dikurangi setengah dari kapasitas bus.
"Biasanya kalau lagi puasa dan mudik lebaran itu pendapatan dua hari bisa buat seminggu, tapi sekarang malah kebalikannya. Paling sehari cuma dapat Rp 70 ribu aja," tuturnya.
Terminal Kalideres Masih Tunggu Surat Resmi Soal Larangan Mudik

Kepala Terminal Kalideres Revi Zulkarnaen masih menunggu surat ketetapan terkait larangan mudik Lebaran 2020.
Diketahui, sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas antisipasi mudik 2020, Selasa (21/4/2020) mengeluarkan larangan kepada masyarakat agar tidak mudik pada hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah.
Larangan tersebut dilakukan karena masih tingginya angka masyarakat yang mudik di tengah Pandemi Corona dan berlaku mulai 24 April 2020 atau esok hari.
"Kita mendukung larangan mudik yang dari Pak Presiden, tita kita juga masih menunggu surat ketetapannya dulu, minimal dari Permenhub (Peraturan Menteri Perhubungan)," kata Revi di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (23/4/2020).
Revi mengatakan, adanya surat ketetapan penting agar pihaknya bisa menindak apabila masih ada perusahaan bus atau penumpang yang melanggar.
Adapun sementara ini sejak berlangsungnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) operasional bus di Terminal Kalideres hanya dari Pukul 06.00 hingga 18.00 WIB.
"Supaya kita gampang menyosialisasikan maupun melarang apabila memang besok sudah enggak boleh mudik dan supaya ada sanksinya juga untuk perusahaan bus yang masih memberangkatkan penumpang," kata Revi.
Pantauan TribunJakarta.com Pukul 13.00 WIB, para penumpang bus luar kota yang hendak berangkat dari Terminal Kalideres cukup padat.
Di sejumlah ruang tunggu terlihat ada puluhan penumpang yang membawa barang bawaan mereka.
Kendati para pemudik mengenakan masker namun mereka tak mengindahkan physical distancing.
Beberapa bus juga telah terparkir di area terminal kendati jumlahnya tak sebanyak di situasi normal.
Revi mengakui jumlah penumpang pada hari ini meningkat dibanding hari-hari sebelumnya.
"Ya hari ini ada peningkatan mungkin karena hari ini terakhir sebelum adanya larangan mudik. Sampai Pukul 12 siang saja sudah lebih dari 200 penumpang yang berangkat ke sejumlah kota," kata Revi.
Penampakan Terminal Kalideres Diserbu Penumpang yang Hendak Mudik Sebelum Dilarang
Sehari sebelum penerapan larangan mudik atau 24 April 2020, suasana di Terminal Kalideres pada Kamis (23/4/2020) siang terpantau cukup ramai.
Pantauan TribunJakarta.com sampai pukul 12.00 WIB, terlihat para penumpang menunggu di tiga titik area terminal, yakni di lokasi ruang tunggu bus jurusan Sumatera, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Di tiap-tiap ruang tunggu terlihat ada puluhan penumpang yang membawa barang bawaan mereka. Bahkan suasana di ruang tunggu terlihat penuh dan sesak.
Kendati para pemudik mengenakan masker namun mereka tak mengindahkan physical distancing.
Beberapa bus juga telah terparkir di area terminal kendati jumlahnya tak sebanyak di situasi normal.
Adin (40) salah satu pemudik mengatakan, memilih mudik hari ini lantaran esok pemerintah sudah memberlakukan larangan mudik.
"Daripada nanti enggak bisa mudik, soalnya saya juga di sini dagang juga sepi. Mending puasa di kampung aja," kata Adin yang hendak mudik ke Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020).
Kendati demikian, sudah hampir dua jam ia masih belum tahu kapan bus yang akan ditumpanginya akan tiba.
Sebab, agen dari bus yang biasanya ia tumpangi saat ini tutup.
"Makanya nih enggak tahu juga jam berapa berangkatnya. Soalnya agennya juga tutup."
"Ya sudah kita nunggu aja disini naik apa aja yang penting sampai kampung," ia menambahkan.
Hal senada disampaikan Yanto (30) yang akan mudik ke Pemalang, Jawa Tengah.
Saat ini, ia tak mempermasalahkan akan naik bus apa saja asalkan bisa tiba di kampung halaman.
"Sebenarnya serba salah juga emang kita mudik dalam situasi kayak gini," ucap Yanto.
"Tapi kalau di Jakarta juga enggak ada pemasukan, berdoa aja semoga saya sehat dan enggak bawa virus buat keluarga," dia menambahkan.
• Polisi Ringkus 12 Pemuda Gangster Georgia Stress, Kerap Tawuran dan Buat Senjata Tajam Sendiri
• Sahkah Puasa Kita Jika Lupa Baca Niat dan Tidak Sahur? Begini Penjelasan dari Buya Yahya
• Di Tengah Pandemi Corona, Anies Angkat Sudirman Said Jadi Komut BUMD Food Station
Kepala Terminal Kalideres, Revi Zulkarnaen mengakui jumlah penumpang pada hari ini meningkat dibanding hari-hari sebelumnya.
"Ya hari ini ada peningkatan mungkin karena hari ini terakhir sebelum adanya larangan mudik," ucap Revi.
"Sampai pukul 12 siang saja sudah lebih dari 200 penumpang yang berangkat ke sejumlah kota," dia menambahkan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas antisipasi mudik 2020, Selasa (21/4/2020), mengeluarkan larangan kepada masyarakat agar tidak mudik pada hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah.
Larangan tersebut dilakukan karena masih tingginya angka masyarakat yang mudik di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.