Virus Corona di Indonesia
Imbas Corona, Buruh Konveksi Banting Setir Jadi Tukang Vermak Kaki Lima
sejak dirumahkan sementara akibat pandemi corona, Karnadi harus memutar otak untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Setiap pagi, dengan dibantu sang istri, Karnadi (45) menggotong mesin jahit tua warna hitam ke ujung gang tempat tinggalnya di Kampung Betet, Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat.
Sedangkan anak-anaknya yang masih kecil membantu membawa kursi plastik untuk Karnadi duduk serta pakaian milik pelanggan yang dijahit sang ayah.
Jarak antara rumah kontrakan dengan ujung gang sejauh 100 meter. Kendati beban yang diangkutnya cukup berat, bagi keluarga ini tak jadi soal, terpenting ada pemasukan untuk mereka makan.
Sudah lebih dari sebulan ini, sejak dirumahkan sementara akibat pandemi corona, Karnadi harus memutar otak untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya.
Mesin jahit tua inilah yang kini menjadi satu-satunya tempat dia mencari uang sebagai tukang vermak pakaian.
Kemampuannya menjahit yang didapat dari konveksi tempatnya bekerja terasa sangat membantunya di situasi sulit ini.
"Biasanya saya kerja di konveksi, tapi karena sekarang diliburin ya jadi tukang vermak disini buat makan keluarga," kata Karnadi kepada TribunJakarta.com, Senin (4/5/2020).
Karnadi adalah salah satu masyarakat yang penghasilannya terdampak pandemi corona.
Pun di konveksi upah yang didapatnya tak sampai UMR, saat ini pendapatannya yang dia dapat makin sedikit.
"Kalau di konveksi gajiannya per minggu sekitar Rp 700 tergantung banyaknya pesenan," kata Karnadi.
• 2 Anggota Komplotan Begal Motor yang Coba Tembak Petugas di Condet Buron
• Komisi A DPRD DKI Jakarta Minta Anies Beri BLT kepada Warga Miskin Terdampak PSBB
"Kalau sekarang ya namanya jahit begini enggak nentu. Kadang alhamdulilah bisa Rp 70 ribu sehari, tapi kalau hujan ya enggak ada pemasukan," imbuhnya.
Di Tanah Sereal, Tambora yang merupakan wilayah padat penduduk, Karnadi mengontrak rumah petak di sebuah gang pengap.
Cahaya matahari pun tak ada yang menyinari tempat tinggalnya yang berukuran sekira 2,5x2,5 meter atau hanya satu petak.
Sebuah televisi tabung 14 inch menjadi barang paling mewah di tempat tinggal pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.
"Kontrakannya Rp 500 ribu sebulan, bulan ini sih belum bayar karena emang belum kekumpul duitnya, buat makan aja udah syukur," tuturnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/karnadi-buruh-konveksi.jpg)