Antisipasi Virus Corona di DKI

Kisah Para Petugas Makam Korban Covid-19: dari Pagi hingga Malam, Terik Panas hingga Hujan Deras

Para petugas dinas pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur, tak henti bergelut dengan pacul dan gundukan tanah merah.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Para petugas pemakaman tengah menimbun peti jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (12/5/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Sejak pertengahan Maret silam, petugas makam tak henti bergelut dengan pacul menggali lubang jenazah untuk korban Covid-19.

Pemandangan hal itu lumrah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

Setiap hari, mereka menggali lubang-lubang untuk memakamkan peti-peti jenazah sesuai standar Covid-19 yang dibawa ambulans.

Mereka bekerja keras tiada henti sepanjang hari agar para jenazah dapat dimakamkan.

Di suatu siang yang cukup terik, Selasa (12/5/2020), mobil ambulans silih berganti datang membawa jenazah.

Sebanyak empat petugas makam berpakaian hazmat di sekitar lubang makam bersiap mengangkat peti begitu ambulans mendekat.

Melonjak Tajam, Pasien Sembuh Covid-19 di Jakarta Capai 1.262 Orang

Keempat petugas itu bertugas untuk mengangkat dan menurunkan peti ke tempat peristirahatan terakhir.

Usai peti yang dibebat plastik itu diangkat, para petugas perlahan menurunkannya ke liang lahat menggunakan tali tambang.

Petugas lainnya yang bertugas sebagai penggali kubur bergegas mengambil alih tugas selanjutnya.

Mereka mengeruk gundukan tanah untuk menutup lubang kubur. Semua serba cepat. Bahkan, pelayat yang hadir pun tak bisa berlama-lama di pemakaman.

Seperti ini lah gambaran para petugas pemakaman setiap hari bekerja demi memakamkan para jenazah covid-19.

Hari itu, jenazah yang dibawa oleh ambulans lebih sedikit ketimbang hari-hari sebelumnya.

Imang Maulana (42), salah satu penggali kubur, mengatakan, sampai siang terhitung sudah 12 jenazah yang dimakamkan.

Imang dan rekan-rekan rerata menguburkan jenazah Covid-19 sebanyak 20. Bahkan pernah dalam sehari mencapai 31 jenazah.

Tantangan dalam bekerja bukan hanya menghadapi jenazah covid saja. Imang juga harus siaga di TPU sampai larut malam dan juga dalam kondisi hujan.

Sebab, kedatangan jenazah tak mengenal waktu. Mereka harus serba siap bila ajal memanggil pengidap Covid-19.

Namun, tugas akan lebih berat bila belum ada cadangan lubang galian lantaran melebihi kapasitas lubang yang tersedia.

Politikus NasDem Bantah Coba Sogok Rp 1 Miliar Siswi SMP yang Diperkosa: Ini Penjelasannya

"Kedatangan jenazah Covid kan enggak mengenal waktu. Dia datang ya datang aja. Bila lubang tidak ada, mau enggak mau kita siapkan," ucap Imang kepada TribunJakarta.com pada Selasa (12/5/2020).

"Hujan pun keujanan. Apalagi ketika malam sudah mandi dan mau pulang, tiba-tiba ada instruksi pimpinan ada kedatangan jenazah lagi, jadi balik lagi ke lapangan," imbuh dia.

Total 119 penggali terbagi ke dalam empat regu, A, B, C, dan D. Selama seminggu, dua tim yang bekerja. Kemudian mereka di-rolling dengan dua tim lainnya.

Imang tergabung di regu A bekerjasama dengan regu B. Dua regu berbagu tugas: ada yang memakamkan jenazah dan ada yang menggali kubur.

Dari fajar menyingsing, hingga matahari terbenam energi mereka terkuras untuk membantu memakamkan jenazah Covid-19.

Mereka sudah mulai datang ke pemakaman umum pukul 07.00 WIB hingga larut malam. Pernah Imang melihat regu lain bekerja sampai pukul 23.00 WIB.

Kendati hujan deras, para petugas pemakaman tetap menjalankan tugasnya.

Mereka pun harus lebih waspada tatkala mengangkat peti jenazah di jalan yang curam dan terbilang licin menuju lubang.

Tak Kenal Waktu

Para petugas makam tak kenal waktu istirahat. Mereka "mencuri" waktu istirahat di sela menggali lubang lain sembari menunggu jenazah berikutnya datang.

"Enggak ada istirahatnya, walau enggak ada jenazah kan kita tetap harus gali lubang," ujar Anan (42), petugas pengangkat peti.

Liga 1 2020 Dihentikan Sementara, Penyerang Persija Pilih Berkebun dan Bantu Jual Sayuran ke Pasar

Seandainya ambulans mendadak datang, mereka pun sudah harus siap memakamkan sesuai prosedur tetap (protap).

Anan mengakui sempat ada peti jenazah yang tidak dilapisi plastik.
Ia dan rekan-rekan tak berani memakamkan jenazah lantaran berlainan dengan protap.

"Pernah ada, bahkan disuruh pulang lagi (ambulans) karena peti enggak di-wrapping," ungkapnya.

Ikhlas Kerja untuk Ibadah

Di bulan Ramadan ini, para penggali kubur tetap bekerja memakamkan peti jenazah Covid-19.

Keringat mereka bercucuran bekerja di tengah terik matahari yang menyengat kulit.

Bagi mereka yang berpuasa, cobaan bukan hanya soal menahan rasa dahaga dan lapar. Energi mereka cepat terkuras.

Para petugas pemakaman tengah menimbun peti jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (12/5/2020).
Para petugas pemakaman tengah menimbun peti jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (12/5/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Imang tetap puasa sambil bekerja menggali kuburan para korban yang terus berdatangan ke TPU Pondok Ranggon.

Pekerjaan menggali kubur bukan menjadi halangan bagi Imang untuk tetap menjalankan puasa.

Persiapan Timnas Indonesia Sudah Matang, Bima Sakti Tunggu Hasil Drawing Piala Asia U-16

Ia ikhlas berpuasa seraya bekerja walau dirasa berat juga. Cobaan yang paling dirasakan adalah kelelahan.

Selama bulan suci Ramadan, ia belum pernah membatalkan puasa sebelum waktu berbuka.

"Alhamdulilah sekarang puasa, ya karena sudah kebiasaan. kita puasa sungguh-sungguh ikhlas walaupun dirasa berat. Enjoy aja," ungkap Imang.

Rekan-rekannya yang tidak berpuasa juga saling mengerti dengan petugas yang tetap berpuasa.

Saat siang, rekan-rekan yang tidak puasa berlindung di bawah pepohonan rindang agak jauh dari Imang untuk melepas dahaga.

"Alhamdulilah, teman-teman mengerti kepada mereka yang berpuasa. Mereka lebih toleran," katanya.

Terkadang Imang juga harus merelakan berbuka puasa tidak bersama keluarganya.

Bila ada jenazah yang datang saat malam hari, Imang berbuka puasa di pemakaman.

Suasana pemakaman korban Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (12/5/2020).
Suasana pemakaman korban Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur pada Selasa (12/5/2020). (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas)

"Kalau info ambulansnya sudah enggak lagi kirim jenazah sebelum magrib, saya pulang ke rumah. Tapi kalau masih ada, ya sampai malam kita stay di TPU," bebernya.

Rasa takut sebenarnya sempat hinggap di dalam diri Imang kala bekerja menggali kuburan. Perlahan ia bisa menguasainya.

Suami yang Siram Istri dengan Air Keras  Ditangkap Saat Jadi Ojek Online; Sempat Buron 1 Minggu

Rasa takut itu dikalahkan oleh rasa tanggung jawabnya sebagai penggali kubur demi menguburkan jenazah Covid-19.

"Minggu pertama kita ada rasa takut. Tapi minggu kedua sampai sekarang kita udah enjoy."

"Sudah menjadi tanggung jawab sebagai kerjaan kita. Insya Allah jadi amal ibadah buat kita di akhirat," ujar ayah dua anak itu.

Berbeda dengan Imang, Kasman memilih untuk tidak berpuasa lantaran pekerjaannya menguras tenaga.

Ia sebenarnya ingin berpuasa akan tetapi takut pekerjaannya terbengkalai.

"Pengen puasa, pengen banget. Cuman aduh daripada pekerjaan terbengkalai. Saya pasrahin aja, yang penting saya ikhlas membantu masyarakat. Tanggung jawab juga kerja di sini," kata dia.

Terlepas mereka puasa atau tidak. Imang, Kasman, dan petugas pemakaman lainnya menjadi garda terdepan dalam memakamkan jenazah Covid-19.

Mereka berharap pandemi yang menggelisahkan warga dunia ini lekas berlalu.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved