Cerita Sejumlah Pedagang Daging Sapi di Masa Pandemi: Pendapatan Tak Turun Drastis Jelang Lebaran

Di lantai tiga Pasar Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, para pedagang masih sibuk memotong-motong daging sapi di los daging

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Suasana kios daging di Pasar Pondok Labu pada Jumat (15/5/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Menjelang Hari Raya Lebaran di tengah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pedagang daging sapi tidak kehilangan pembeli.

Meski turut terdampak pandemi Covid-19, pendapatan para pedagang daging sapi tidak turun drastis.

Masih banyak pembeli yang datang ke lokasi atau memesan secara daring (online).

Di lantai tiga Pasar Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, para pedagang masih sibuk memotong-motong daging sapi di los daging.

Masih terlihat segelintir pembeli datang ke los-los daging.

Entus Aditya, pedagang daging sapi mengatakan, pendapatannya mengalami penurunan akan tetapi tidak merosot tajam.

Ia kehilangan sekitar 20 persen dari penghasilan per hari.

Daging yang dijualnya per kilogram seharga Rp 120 ribu, sama dengan para pedagang daging lainnya.

Sebagian besar pelanggan memesan secara daring.

"Selama ada corona ini pakai online. Sudah ada nomor beberapa langganan. Nanti yang nganter dari pengendara ojek daring atau ojek pasar," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (15/5/2020).

Tak hanya meladeni pesanan daging, Entus juga melayani pembelian daring berupa sayur mayur, lauk pauk, buah, dan lain-lain.

Rezeki tak hanya buat dia sendiri, melainkan juga saling membantu para pedagang lainnya.

Dalam satu hari, daging sapi Entus terjual rata-rata 70 kg. Bila banyak pembeli bisa mencapai satu kuintal daging.

Selain menghidupi keluarga sendiri, Entus juga memiliki empat karyawan yang bergantung hidup dengannya.

Untungnya, ia masih sanggup memberikan upah per hari Rp 150 ribu. Jumlah upah keempat karyawannya tak berkurang.

Rudi, penjual daging yang berada di seberang los Entus, bisa dibilang pendapatannya hampir sama.

Belakangan, pembeli mulai ramai datang ke losnya untuk membeli daging menjelang Lebaran.

"Sekarang masih ramai karena mau lebaran. Kalau enggak ada Corona, lebih ramai lagi," tambahnya.

Namun, Rudi mengeluhkan waktu jam buka yang lebih singkat ketimbang hari biasanya.

Pada pukul 12.00, pasar sudah mulai tutup mengikuti kebijakan pemerintah.

"Biasanya bisa sampai jam 4 atau jam 5 sore jadi masih ada pembeli yang datang," ujar pria dua anak tersebut.

Salah satu pembeli, Euis, sengaja datang jauh-jauh ke pasar Pondok Labu dari rumahnya di kawasan Jagakarsa di tengah masa PSBB.

Pasalnya, ia ingin membeli daging sapi di tempat langganannya.

"Beli buat persiapan lebaran, buat bikin rendang. Harganya biasa saja, ini saya mau ke pasar karena sudah jadi langganan dia (Rudi)," katanya.

Alami Pencabulan 16 Kali & Hamil Muda, Terkuak Alasan Remaja Pembunuh Bocah Tutupi Aksi Bejat Paman

Penumpukan Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Bupati Tangerang Minta Pemerintah Daerah Dilibatkan

Dagangan Sigit Laris di Kramat Jati

Sementara di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Sigit masih sibuk mencacah daging sapi di atas talenan kayu.

Daging cacah disiapkan untuk pedagang martabak yang mau membeli.

Pria yang menjalani usaha milik orangtuanya itu mengatakan, hari ini dagangannya terbilang laris dibeli pembeli.

Sudah seminggu belakangan dagangannya banyak yang membeli.

"Lumayan akhir-akhir ini, seminggu lebih lumayan abis-abis terus," katanya.

Bahkan, menurut Sigit, suasana los daging malah ramai disambangi pembeli di tengah masa PSBB.

"Tadi aja ramai yang beli, di waktu-waktu tertentu masih ramai," beber pria yang sudah mulai berjualan sejak pukul 03.00.

Berbeda dengan Sigit, Herman tak membuka layanan daring untuk para pembeli.

Ia mengaku repot untuk melayani pembeli yang memesan lewat online.

"Saya mau didaftarin cuman enggak mau. Repot. Saya sendiri aja jualan di sini," ungkapnya.

Kendati demikian, ada saja pembeli yang datang ke los dagingnya. Biasanya yang datang langganan.

Ketika Herman, Sigit, Rudi, dan Entus ditanya apakah takut berjualan di tengah badai Covid, mereka sepakat menjawab takut.

Namun, mereka lebih takut kehilangan penghasilan ketimbang di rumah saja.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved