Sisi Lain Metropolitan

Kisah Getir Mantan Juru Masak Rumah Makan Padang Hidup Menggelandang, Berakhir di Penampungan

Adrianus Jayali (26) tak ingin pulang ke kampung halamannya sekalipun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berakhir.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Adrianus Jayali (26) (Baju Biru) tengah berdiri bersama Asep (duduk) di depan pintu masuk GOR Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Selasa (26/5/2020). 

Dari tanggal 27 April 2020, Dia tinggal sementara waktu di GOR Tanah Abang.

Suasana tempat yang dihuni para PMKS di GOR Tanah Abang pada Rabu (29/4/2020).
Suasana tempat yang dihuni para PMKS di GOR Tanah Abang pada Rabu (29/4/2020). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Cari Penghasilan

Adrianus tetap memutar otaknya bagaimana menghasilkan uang selama di tempat penampungan.

Dia harus mencari celah agar istri dan anaknya di kampung masih bisa dikirimkan uang.

Adrianus enggan memberitahukan kondisinya kepada keluarga di kampung lantaran bisa menjadi beban pikiran istrinya.

"Kalau saya menceritakan kejadian seperti ini dia pasti kepikiran nanti sakit. Anak juga bisa terlantar," bebernya.

Apalagi, dia sempat terharu ketika mendengar sang anak menginginkan baju lebaran baru sedangkan keluarga tak tahu kondisinya di Jakarta.

Dua hari berselang sesudah tinggal di GOR, dia sering menampakkan dirinya di luar dan mencoba bergaul dengan banyak petugas maupun pegawai Sosial.

Mereka akhirnya banyak yang mengenal Adrianus.

"Saya deketin pegawai atau petugas-petugas di sini. Ajak ngobrol akhirnya jadi sering disuruh beli rokok atau kopi sama mereka," katanya.

Dia juga pernah diberikan upah atas hasil kerjanya membersihkan mobil petugas sosial. Bekas kardus air mineral dikumpulkannya untuk kemudian dijual.

Karena banyak membantu petugas di sana, maka tak heran Adrianus mendapatkan pemberian hadiah saat hari raya Lebaran.

"Alhamdulilah dapat THR, kalau dikumpulin ada kali Rp 500 ribu. Saya kirim ke anak dan istri di kampung," ujarnya.

Saat berbincang dengan TribunJakarta, sebungkus rokok tergeletak di samping Adrianus.

"Ini juga hasil dari bantu-bantu petugas di sini, alhamdulilah bisa beli rokok," katanya.

Adrianus tak ingin berlarut-larut dengan kesedihannya sebagai perantau yang bernasib sial di Jakarta.

Bagaimanapun, dia sadar masih banyak yang kondisi ekonominya jauh lebih sulit.

"Saya berpikirnya cuma satu, saya susah begini di bawah saya masih banyak yang susah," lanjutnya.

Adrianus menolak menyerah selama hidup di Ibu Kota.

Bahkan, dia tetap masih ingin bertahan di sini meski ada kesempatan untuk pulang ke kampung halaman.

"Selagi kita masih bisa melakukan hal yang kita inginkan, kita lakukan. Tapi betul-betul kita berusaha dan doa. Buktinya, saya datang ke sini dengan posisi kosong."

"Alhamdulilah saya masih bisa ngirim buat anak dan istri di kampung walaupun nominal enggak banyak," ucap dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved