Persiapan New Normal di Jabodetabek
Ini Pengertian New Normal Menurut Gubernur Banten Wahidin Halim
Gubernur Banten, Wahidin Halim, membuat pernyataan resmi tentang anggapannya terkit new normal yang belakangan tengah ramai dibahas.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Gubernur Banten, Wahidin Halim, membuat pernyataan resmi tentang anggapannya terkit new normal yang belakangan tengah ramai dibahas.
Wahidin mengatakan, new normal tidak jauh berbeda dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Seperti diketahui, di Banten, hanya tiga daerah yang menerapkan PSBB: Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
"New normal itu keadaan normal yang belum ada sebelumnya. Itu new normal. PSBB itu kan sudah membentuk tatanan baru. Kehidupan normal sebelum normal," ujar Wahidin dalam pernyataan resminya yang didapatkan TribunJakarta.com dari Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, Kamis (28/5/2020).
• Warga Lenteng Agung Diminta Bantu Awasi 4 Pemudik yang Dikarantina Mandiri
• Lurah Lenteng Agung Ungkap Syarat 4 Pemudik yang Jalani Karantina Mandiri Bisa Kembali Beraktivitas
Menjaga jarak, mengenakan masker dan mencuci tangan merupakan aturan yang pada new normal menjadi kebiasaan atau budaya.
"Dulu orang enggak pernah cuci tangan, sekarang cuci tangan. Dulu orang enggak pakai masker, sekarang walau bosan pakai masker harus tetap dibiasakan, satu budaya pakai masker."
"Dulu orang salaman, kalau ngobrol berdekat-dekatan, nah budaya baru yang dikembangkan yang disebutnya new normal itu adalah tidak boleh berdekatan, pakai jarak satu meter," paparnya.
Dalam kehidupan beragama, terutama terkait ritual di rumah ibadah, pun harus menyesuaikan.
"Dalam kehidupan keagamaan, salat di masjid disunnahkan kita merapatkan shaf dan barisan dengan berdekat-dekatan, tapi dengan new normal biasakan bikin shaf satu meter satu meter," jelasnya.
Tempat duduk di restoran oun harus disesuaikan berjarak satu meter, dengan segala risikonya, termasuk dalam hal omzet.
"Masuk ke tempat keramaian, restoran, jaga jarak. Jadi kapasitas restoran 100 orang bisa 50 karena satu kursi ada empat cukup berdua. Soal omzet urusan pedagang," katanya.