Bedakan Gaya Komunikasi Jokowi & SBY, M Qodari Akui Pemimpin Punya Bakatnya Masing-masing
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari membedakan gaya komunikasi Presiden ke-7 RI Jokowi dengan pemimpin sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
Lebih lanjut, M Qodari memaparkan perbedaan gaya komunikasi sosok Jokowi dan SBY.
"Seorang pemimpin punya bakatnya masing-masing, tak bisa membandingkan gaya komunikasinya Pak SBY dan Jokowi. Pak SBY dilepas sendiri tak dibantu Andi Mallarangeng, lancar jaya."
• Ungkap 4 Sosok Berlaga di Pilpres 2024, Yunarto Wijaya: Biasanya Yang Mengejutkan Itu Jadi Pemenang
"Tetapi kalau Pak Jokowi tak dibantu, misalnya oleh Ibnu Hamad, ternyata bikin persoalan baru. Saya terima kasih Prof, anda menyelesaikan persoalan ini dengan sederhana. Pakai kata kecuali," aku M Qodari.
ini videonya:
Mendengar hal tersebut, mantan juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng menuturkan komuniskasi merupakan bagian dari kepemimpinan.
"Komunikasi adalah bagian dari leadership karena kita masuk di era demokrasi. Publik itu punya hak diwakilkan wartawan misalnya untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan pemerintah, dari situ baru mereka bereaksi mendukung atau lainnya," jelas Andi Mallarangeng.
• 9 Amalan Sunnah di Hari Jumat Agar Makin Berkah, Perbanyak Dzikir dan Baca Surat Al Kahfi
Pemerintah siapkan skenario
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah saat ini sedang mempersiapkan skenario agar masyarakat bisa kembali produktif dalam sektor ekonomi dan pendidikan.
"Bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga kita kembali lagi mulai memikirkan bagaimana proses pendidikan pembelajaran di sekolah, di kampus, sudah mulai harus kita hidupkan kembali, kita jalankan kembali,” jelas Yurianto sebagaimana dikutip dari keterangan pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Kamis (28/5/2020).
Kemudian pemerintah juga mempersiapkan agar kegiatan keagamaan di rumah ibadah dapat berjalan seperti sedia kala.
"Tetapi dengan memperhatikan beberapa ketentuan pencegahan penularan Covid-19," lanjut Yurianto.
\Harus ada kajian epidemologi daerah
Dalam hal ini, Yuri memastikan bahwa semua itu tergantung pada kondisi epidemologi di tiap-tiap wilayah.
Sebab, kondisi masing-masing daerah tidak sama.
"Oleh karena itu, tentunya kajian harus komprehensif di masing-masing daerah, karena tujuannya adalah pengendalian epidemologi Covid-19 di daerah itu,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Kamis (28/5/2020) terdapat dinamika kasus Covid-19 yang berbeda pada tiap wilayah.
Jatim terbanyak Kasus Covid-19 baru
Sebagai contoh jumlah kasus terkonfirmasi positif yang barupaling banyak adalah di Jawa Timur sebanyak 171 kasus, kemudian Kalimantan Selatan ada 116 kasus, DKI Jakarta bertambah 105 kasus, Sulawesi Selatan ada 46 kasus dan Sumatera Utara bertambah 30 kasus.
Dari data itu, mayoritas penambahan kasus di DKI Jakarta adalah dari para Warga Negara Indonesia (WNI) repatriasi atau yang pulang dari luar negeri.
Menurut Yurianto, para WNI yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu telah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran.