Kronologi Lengkap Pemuda Serpong Bunuh Diri Frustasi Dipecat, Kakak: Namanya Laki Tak Biasa Curhat

Mauladi (23) pemuda di Serpong nekat bunuh diri karena frustasi dipecat dari pekerjaannya. Sang kakak menceritakan malam terakhir bersama adiknya.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Siti Nawiroh
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Lokasi Mauladi (23) bunuh diri menggunakan cutter diduga frustasi karena dipecat. Mauladi bunuh diri di rumah kakaknya di Gang Masjid, Kelurahan Buaran, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (18/6/2020). 

TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Mauladi (23) diduga nekat mengakhiri hidupnya karena frustasi dipecat dari pekerjaannya.

Ia memilih bunuh diri menggunakan cutter untuk menyayat leher dan pergelangan tangannya sendiri.

Peristiwa tragis tersebut terjadi di rumah sang kakak, Febriana (35) di Gang Masjid, Kelurahan Buaran, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (18/6/2020).

Febriana bercerita adiknya tidak biasa curhat mengenai permasalahan hidupnya.

Mauladi pun ditemukan tewas bersimbah darah tergeletak dan luka sayat pada bagian leher serta pergelangan tangan.

Mauladi merupakan pegawai apartemen di bilangan Kelurahan Lengkong Gudang Timur itu.

Febriana yang baru saja sampai usai membeli sarapan, syok melihat rumahnya ramai dan adiknya sudah tak bernyawa.

"Pas saya sampai sudah banyak orang katanya, ngegorok-ngegorok gitu," ujar Febriani.

Rumah seorang pemuda bernama Mauladi (23) ditemukan tewas bersimbah darah di rumah kakaknya di Gang Masjid, Kelurahan Buaran, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), pada Kamis (18/6/2020).
Rumah seorang pemuda bernama Mauladi (23) ditemukan tewas bersimbah darah di rumah kakaknya di Gang Masjid, Kelurahan Buaran, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), pada Kamis (18/6/2020). (ISTIMEWA)

Febriana tidak mengetahui persis kronologi kejadian karena sedang tidak di rumah.

Saksi yang melihat langsung kejadian adalah anak dan suami Febriana, serta seorang tukang pangkas rambut.

"Mereka lagi dibawa ke Polsek jadi saksi. Saya lagi ke Pondok Benda, benerin sanyo sama beli gado-gado," ujarnya.

Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, rumah almarhum sudah dilingkari garis polisi.

Aparat kepolisian baru saja meninggalkan lokasi, setelah menggali keterangan dan mencari alat bukti.

Kapolsek Serpong, AKP Supriyanto, mengonfirmasi bahwa Mauladi melakukan bunuh diri.

Mauladi menggunakan cutter untuk menyayat leher dan pergelangan tangannya sendiri.

"Bunuh diri itu bunuh diri, dia menggunakan cutter," ujar Supriyanto melalui sambungan telepon.

Korban Tak Biasa Curhat

Ilustrasi Bunuh Diri
Ilustrasi Bunuh Diri (TRIBUNEWS.COM)

Ferbriana, menceritakan, selama sepekan terakhir, adik bungsunya, Mauladi memang tinggal di rumahnya.

Mauladi baru saja dipecat dari kerjaannya sebagai petugas kebersihan di sebuah apartemen di bilangan Lengkong Gudang Timur, Serpong.

Hal itu membuatnya tidak lagi tinggal di mess pegawai.

"Dia seminggu yang lalu itu dipecat. Namanya bocah laki kan enggak kaya perempuan biasa curhat," ujar Febriana di lokasi.

Selama di rumah, Mauladi terlihat muram, dan seperti tidak bersemangat dan merasa terpuruk.

Febriana yang belum berani menanyakan masalahnya, hanya bisa memberi wejangan agar bersabar.

"Soalnya dia terpuruk tea gitu, ngelihat terpuruk, sayanya, saya berusaha, kayaknya dia enggak punya duit, saya beliin rokok gitu apa, buat dia, takutnya dia merasa terpuruk," ujarnya.

Sang kakak hanya mengetahui pemecatan adiknya disertai alasan yang belum jelas.

Ia juga tidak puas dengan penjelasan adiknya, walaupun hanya bisa mengelus dada.

"Harusnya teh bulan 12 kenapa ini sudah ada surat pemberhentian katanya gitu. Katanya ada yang enggak senang sama dia, gitu-gitu bae," ujarnya.

Cerita Febriana Soal Malam Terakhir Bersama Sang Adik

Febriana (35) masih belum bisa berbicara banyak, matanya masih nanar dan bahkan masih membutuhkan sandaran untuk menyangga tubuhnya sendiri.

Ia masih belum percaya, adik bungsunya meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan.

Baru sepekan Febriana bisa dekat dengan adiknya itu, setelah sang adik tidak bisa lagi tinggal di mess pegawai sebuah apartemen di bilangan Lengkong Gudang Timur, Serpong, karena dipecat.

Meski khawatir dengan kondisi Mauladi yang kerap murung usai pemecatan itu, Febriana tidak mau memaksakan kehendak untuk mengorek permasalahan yang dialami.

Ia hanya bisa menasehati agar sabar, dan ada rencana yang lebih baik dari Tuhan.

Malam terakhir mereka bersama, Mauladi demam tinggi, ia menangis tanpa diketahui sebab pastinya.

Febriana mengusap-usap adiknya sambil terus menguatkan hatinya.

"Semalam memang panas, badannya panas, menangis terus semalam itu. Saya enggak kerja orang dia nangis terus saya takutnya dia kecil hati. Saya tidur di tengah rumah, saya usapin. 'Enggak ngebebanin teteh, nanti juga dapat kerjaan sabar,' saya bilang gitu," ujar Febriana di samping rumahnya.

Suara Febriana tertahan saat ditanyakan kondisi tubuh adiknya yang terbujur tewas.

"Enggak tahu saya enggak berani melihat," ujarnya.

Air matanya perlahan menetes, Febriana kembali merebahkan punggungnya ke sandaran.

Ia mengingat, pagi ini masih melihat sang adik.

Mauladi mengatakan hendak melamar kerja dan sudah mempersiapkan ijazahnya.

Namun karena hanya ada satu motor, Febriana meminjam terlebih dahulu motor adik bungsunya itu, sekira pukul 09.30 WIB.

"Kata teteh jangan dulu pergi, memang dia niatnya pergi bawa ijazah itu. Katanya sudah janjian sama temannya," ujarnya.

Hanya ditinggal satu jam menyervis mesin air dan membeli gado-gado, Mauladi sudah dalam kondisi tewas.

"Yaudah entar dulu teteh pakai motornya beli sarapan sama benerin Sanyo. Sudah teteh pergi, pulang sudah enggak ada," ujarnya dengan nada menurun.

Korban Hendak Melamar Kerja

Febriana (35) masih tak menyangka, Mauladi (23) adik bungsunya baru saja tewas di dalam rumahnya.

Bagi Febriana, semua berjalan begitu cepat. Sekira pukul 09.00 WIB, Mauladi mengatakan ingin melamar kerja. Ia sudah menyiapkan ijazah di tasnya.

Namun karena hanya ada satu motor, Febriana meminjam terlebih dahulu mptor adik bungsunya itu.

"Kata teteh jangan dulu pergi, memang dia niatnya pergi bawa ijazah itu. Katanya sudah janjian sama temannya," ujar Febriana di rumahnya.

Hotman Paris Sebut Obat Dexamethasone Senilai Rp 2500 Bisa Obati Covid-19, Dokter Paru Peringati Ini

Tak Sangka saat Lihat Foto Sule Remaja, Boy William Kagum: Lu Sama Rizky Febian Mirip Banget!

Sosok Penusuk Ketua RT Palmerah di Mata Ibunda: Semenjak PSSB Anak Ibu Suka Bengong di Depan Pintu

Ratusan Petugas Rutan Kelas 1 Tangerang Jalani Tes Urine di Tengah Pandemi Covid-19

Febriana kaget usai menyervis mesin air dan membeli gado-gado untuk sarapan, ia mendapati adiknya sudah tewas dan dalam keadaan bersimbah darah.

"Yaudah entar dulu teteh pakai motornya beli sarapan sama benerin Sanyo. Sudah teteh pergi, pulang sudah enggak ada," ujarnya.

Febriana menceritakan, Mauladi memang baru sepekan lalu dipecat dari pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di salah satu apartemen di bilangan, Lengkong Gudang Timur, Serpong.

Selama sepekan itu pula Mauladi terkihat murung dan tak banyak bicara.

"Di rumah murung, saya kasih ini bae, namanya susah sih ya cowo mah. Paling duduk di bangku luar gitu. Cuma saya enggak nanya," ujarnya. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri, satu di antaranya, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

>>https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

(TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved