Virus Corona di Indonesia
Dilema Pemijat Tunanetra, Takut Tertular Covid-19 Tapi Harus Kerja
Gaung new normal yang membuat warga beraktivitas kembali tak sepenuhnya dinikmati tunanetra yang berprofesi jadi Tukang Pijat.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Sebelum pandemi Covid-19 Yogi mengatakan banyak dari pemijat tunanetra yang penghasilannya berkurang karena kalah saing.
Sehingga saat pemasukan mereka berkurang 80 persen, bahkan nyaris 100 karena pandemi persen sulit menolak pelanggan yang datang.
Dia mencontohkan satu temannya yang nekat memijat pelanggan dengan keluhan serupa terjangkit Covid-19 karena terpaksa.
"Ya bagaimana, itu risiko yang harus kita tempuh. Salah satu harus dikorbankan, kalau memang kita berani ya pijat. Karena butuh uang ya mau enggak mau mijat," sambung dia.
• Banting Setir, Ini Pekerjaan Pemangkas Rambut Asgar di Kampung Halaman Selama Pandemi Covid-19
• Kronologi Keributan di Perumahan Cipondoh: Driver Ojol Tertembak di Jempol, Sekuriti Ditodong Pistol
Mencari kerja lain juga nyaris tak mungkin, mereka harus berhadapan dengan stigma penyandang disabilitas berkemampuan minim.
Stigma tersebut yang akhirnya membuat tunanetra lebih dikenal karena keahlian pijat, mereka tak dapat kesempatan belajar keahlian lain.
"Kalau tukang ojek enggak narik kasarnya bisa jadi kuli. Kalau tunanetra jadi kuli ya enggak mungkin, bisa nabrak sana-sini. Paling terdampak karena pandemi ya disabilitas," kata Yogi.