Sapardi Djoko Damono Wafat

Profil dan Perjalanan Sastrawan Sapardi Djoko Damono sejak SMA, Berikut Sederet Karya Sang Maestro

Berikut profile, perjalanan, karya, penghargaan Sastrawan Sapardi Sapardi Djoko Damono.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Erik Sinaga
Gramedia.com
Penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia, Minggu (19/7/2020) sekira pukul 09.17 WIB pagi.

Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Hal itu telah dibenarkan pihak Rumah Sakit BSD Eka Hospital.

"Betul, beliau sudah berpulang," tutur Marketing Communication Manager Rumah Sakit Eka Hospital, Erwin Suyanto dalam pesan teks saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (19/7/2020).

Penyebab meninggalnya sastrawan kelahiran 20 Maret 1940 itu oleh penurunan fungsi organ.

BREAKING NEWS BERITA DUKA, Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono Wafat Minggu Pagi

"Penurunan fungsi organ ya," kata dia.

Erwin mengatakan hanya sedikit yang bisa diinformasikan oleh Rumah Sakit Eka Hospital.

Penyebab kematian dan penjelasan lebih detail dilimpahkan oleh pihak keluarga.

"Untuk selanjutnya keluarga akan memberikan keterangan ya," kata dia.

Profil

Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair, dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra.

Ia lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian.

Di ranah sastra Indonesia, Sapardi Djoko Damono mempunyai peran penting.

Penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono.
Penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono. (Gramedia.com)

Dalam Ikhtisar Kesusasteraan Indonesia Modern (1988) karya Pamusuk Eneste, Sapardi dimasukkan dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an.

Dalam Sastra Indonesia Modern II (1989) karya A Teeuw, Sapardi digambarkan sebagai cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar 1960.

Terlihat perkembangan jelas dalam puisi Sapardi terutama dalam hal susunan formal puisi-puisinya.

Ia dianggap sebagai penyair yang orisinil dan kreatif.

Seperti diberitakan Kompas.com (28/4/2020), puisi Sapardi Djoko Damono banyak dikagumi karena banyak kesamaan dengan yang ada dalam persajakan Barat yang disebut simbolisme sejak akhir abad ke-19.

Perjalanan

Setelah lulus SMA, Sapardi kuliah di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kabar Duka Meninggalnya Sapardi Djoko Damono Dibenarkan Sesama Penyair

Pernah memperdalam kajian kemanusiaan (humanities) di University of Hawaii, Amerika Serikat (1970-1971).

Pada 1980, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi berjudul Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur. Pada 1995, ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

Selain mengajar sebagai dosen di beberapa kampus di Indonesia, Sapardi Djoko Damono aktif dalam berbagai lembaga seni dan sastra pada 1970-1980an.

Antara lain sebagai Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia Jakarta (1973-1980), redaksi majalah sastra Horison (1973), Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin (sejak 1975), anggota Dewan Kesenian, anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka Jakarta (sejak 1987) dan lain-lain.

Pada 1986, Sapardi mengemukakan perlunya mendirikan organisasi profesi kesastraan di Indonesia.

Ia mendirikan organisasi bernama Himpunan Sarjana-Kesusasteraan Indonesia (Hiski) pada 1988. Ia terpilih sebagai Ketua Umum Hiski Pusat selama tiga periode.

Selain aktif di dunia sastra dalam negeri, Sapardi Djoko Damono juga sering menghadiri berbagai pertemuan internasional.

Seperti Translation Workshop dan Poetry International di Rotterdam, Belanda (1971), Seminar on Literature and Social Exchange in Asia di Australia National University Canberra, dan lainnya.

Karya-karya

Beberapa karya Sapardi Djoko Damono antara lain:
Duka-Mu Abadi (1969),
Mata Pisau (1974),
Perahu Kertas (1983),
Sihir Hujan (1984),
Hujan Bulan Juni (1994),
dan Arloji (1998).
Serta Ayat-ayat Api (2000),
Mata Jendela (2000),
Ada Berita Apa Hari Ini,
Den Sastro (2003),
kumpulan cerpen Pengarang Telah Mati (2001), dan
kumpulan sajak Kolam (2009).

Buku-buku karya Sapardi Djoko Damono yaitu Sosiologi Sastra:

Sebuah Pengantar Ringkas (1978),
Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979),
Kesusasteraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999),
Novel Jawa 1950-an: Telaah Fungsi, Isi dan Struktur (1996),
Politik, Ideologi dan Sastra Hibrida (1999),
Sihir Rendra: Permainan Makna (1999), dan
Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan (2004).

Sapardi juga menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam Bahasa Indonesia. Seperti Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea karya Hemingway), Puisi Cina Klasik, Puisi Klasik, Shakuntala, Amarah I dan II (The Grapes of Wrath karya John Steinbeck), dan lain-lain.

Penghargaan

Sapardi telah menerima berbagai penghargaan dan hadiah sastra dari dalam dan luar negeri.

Pada 1963 Sapardi mendapat Hadiah Majalah Basis atas puisi Ballada Matinya Seorang Pemberontak. Pada 1978 ia menerima Cultural Award dari pemerintah Australia.

Pada 1983, ia memperoleh hadiah Anugerah Puisi-Puisi Putera II atas bukunya Sihir Hujan dari Malaysia.

Pada 1984 Dewan Kesenian Jakarta memberi penghargaan atas buku Perahu Kertas.

Mataram Award diterima Sapardi pada 1985. Hadiah SEA Write Award (Hadiah Sastra Asean) dari Thailand diterima pada 1986.

Sapardi meraih Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1990.

Kalyana Kretya dari Menristek RI diraih pada 1996. Pada 2003, ia mendapat penghargaan Achmad Bakrie Award for Literature. Disusul Khatulistiwa Award pada 2004.

Penghargaan dari Akademi Jakarta diraih pada 2012.

Selamat jalan, Pak Sapardi......

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com Karya dan Perjalanan Sastra Sapardi Djoko Damono "Karya dan Perjalanan Sastra Sapardi Djoko Damono" dan "Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved