Viral di Media Sosial

Bro Ron ke Dedi Mulyadi soal Guru Tampar Siswa di Subang: "Harus Keras Tak Harus Nampoel, Pak!"

Respons Dedi Mulyadi terhadap kasus ini mendapatkan reaksi keras dari Wakil Ketua Umum PSI, Ronald Aristone Sinaga atau Bro Ron.

|
Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya dan Instagram Dedi Mulyadi
REAKSI BRO RON - Waketum PSI, Bro Ron menanggapi keras respons Dedi Mulyadi terhadpa kasus guru di Subang yang menampar seorang siswa. (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya dan Instagram Dedi Mulyadi). 

Fakta Singkat:
  • Kritik Bro Ron ke Dedi Mulyadi
  • Dedi Mulyadi temui guru penampar siswa
  • Video viral adu mulut orang tua siswa dengan guru

TRIBUNJAKARTA.COM - Kasus guru bernama Rana Setiaputra yang menampar siswa di SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang, masih terus menjadi perbincangan publik.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pun sampai turun tangan.

Ia berharap insiden tersebut bisa diselesaikan secara bijak.

"Seringkali keras bukan artinya benci, di balik itu ada kasih sayang agar karakter anak didik bisa berangsur membaik," kata Dedi Mulyadi dalam unggahannya, Rabu (5/11/2025).

Dedi Mulyadi mengingatkan pentingnya memahami konteks pendidikan di sekolah. 

Ia mencontohkan pengalamannya pribadi saat masih menjadi pelajar.

"Saya pernah dipukul oleh guru saat sekolah. Berkahnya sekarang jadi gubernur," kata Dedi Mulyadi.

Namun, Waketum PSI, Ronald Aristone Sinaga atau Bro Ron memberikan reaksi keras terhadap sikap Dedi Mulyadi

Bro Ron menilai pernyataan Dedi Mulyadi yang menganggap tindakan guru tersebut sebagai bentuk kedisiplinan justru berpotensi menormalisasi kekerasan di lingkungan sekolah.

"Harus keras tidak juga nampoel, Pak. Jangan ngawur lah!" ujar Bro Ron menanggapi pernyataan Dedi Mulyadi, Rabu (5/11/2025).

Loncat Pagar Demi Bolos

Wakasek Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, menjelaskan, Rana awalnya berupaya mendisiplinkan ZR dan tujuh siswa lain yang kedapatan meloncat pagar sekolah untuk bolos. 

"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orangtua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, tetapi kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi di SMPN 2 Jalancagak dikutip dari Kompas.com.

Setelah kejadian, pihak sekolah melakukan mediasi dengan guru, orangtua ZR, dan pihak sekolah pada Selasa (4/11/2025).

 "Kemarin sudah ada pertemuan, sudah saling memaafkan. Guru yang bersangkutan dan orangtua sudah saling menerima," ujar Yaumi. 

Akan tetapi, usai mediasi dan dianggap selesai, pihak orangtua tetap memutuskan untuk menyebarkan kejadian tersebut di media sosial. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved