Tutup karena Pandemi Tapi Ditagih Sewa, Tenant Bandara Halim: Katanya BUMN Siap Merugi
Penyewa tenant di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menyinggung realisasi pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Penyewa tenant di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menyinggung realisasi pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir.
Yakni bahwa BUMN harus siap merugi karena pandemi Covid-19 yang disampaikan Thohir pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu.
Mereka menilai pernyataan Thohir tak sesuai yang dilakukan anak perusahaan PT Angkasa Pura II yakni PT Angkasa Pura Solusi (APS).
Satu penyewa tenant di Bandara Halim Perdanakusuma, Bella mengaku keberatan dengan kebijakan dari APS selaku pengelola tenant.
"Bulan Mei-Juni lalu semua tenant tutup sesuai peraturan PSBB pemerintah. Tapi sekarang kita malah ditagih biaya sewa selama dua bulan tutup," kata Bella di Makasar, Jakarta Timur, Kamis (30/7/2020).
Pada Senin (27/7/2020) lalu para penyewa tenant di Bandara Halim Perdanakusuma dengan PT APS sudah melakukan pertemuan.
Namun pertemuan yang difasilitasi Pusat Koperasi Angkatan Udara (Puskopau) itu dinilai hanya menguntungkan PT APS.
Pasalnya hanya konsesi (bagi hasil) yang digratiskan, sementara biaya sewa tenant yang tak digunakan selama bulan Mei-Juni dipotong 50 persen.
"Kita ini sebagai tenant ketika tutup harus membayar utilitas seperti wifi, listrik, air. Dibilang untuk mengelola yang dikelola APS untuk kita apa?" ujarnya.
Bella menuturkan hasil pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam itu tak mencerminkan pernyataan Thohir bahwa BUMN siap merugi.
Dia mencontohkan pemotongan biaya sewa 40 persen pada bulan April-Juli 2020 dengan alasan tenant hanya terpuruk pada Mei-Juni.
Padahal Bella menuturkan PT APS selaku pengelola harusnya paham pemasukan tenant bergantung pada jadwal penerbangan.
"Pemasukan per harinya cuman ratusan ribu. Saya sendiri juga enggak pakai karyawan banyak, hanya tiga orang. Dan saya enggak buka satu hari penuh, hanya satu shift," tuturnya.
Penyebabnya karena jumlah penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma hingga kini belum sepenuhnya normal.