Jangan Berendam di Curug Parigi Bekasi, Ini Alasannya
Hampir setiap tahun, air Kali Cileungsi berubah warga menjadi kehitaman, bahkan parahnya lagi kerap muncul buih putih
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Erik Sinaga
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BANTARGEBANG - Curug Parigi di Aliran Kali Cileungsi, Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan.
Kota Bekasi yang kering akan potensi wisata alam menjadikan Curug Parigi, tak ubahnya primadona di kalangan warga setempat.
Namun sayang, potensi wisata Curug Parigi dinodai dengan kondisi pencemaran limbah di aliran Kali Cileungsi.
Hampir setiap tahun, air Kali Cileungsi berubah warga menjadi kehitaman, bahkan parahnya lagi kerap muncul buih putih akibat pencemaran yang terjadi.
Nain (65), warga setempat sekaligus petugas yang menjaga curug mengatakan, dulunya aliran Kali Ciluengsi jernih sehingga bisa dijadikan wisata berendam.
"Dulu sebelum ada pabrik jernih airnya, banyak yang mandi di kali sambil main di deket curugnya," kata Nain, Minggu, (2/8/2020).
Tetapi semenjak berdirinya pabrik di sekitar aliran Kali Ciluengsi, fenomen pencemaran lingkungan kerap terjadi.
Momen paling jelas adanya pencemaran limbah dapat dilihat ketika musim kemarau, debit yang cenderung sedikit membuat aliran kali didominasi dengan limbah.
"Kalau sekarang mau berenang kayanya enggak bagus, airkan hitam, kadang muncul bau juga," terang dia.
Nain menyarankan, setiap pengunjung tidak melakukan aktivitas berendam apalagi sampai mandi di Curug Parigi.
Sebab, bagi yang tidak biasa, dikhawatirkan pencemaran limbah di Kali Cileungsi dapat berdampak pada penyakit kulit.
"Kalau saya si udah biasa jadi enggak terlalu pengaruh, tapi kalau yang enggak biasa belum tahu emang ada aja pengunjung yang main air doang enggak sampai mandi, karena airnya kotorkan," ujarnya.
Bahkan belum lama ini, fenomena buih putih menutupi Curug Parigi, kondisi ini terjadi sebanyak dua kali dalam waktu dua pekan terakhir.
Nain menjelaskan, saat itu buih putih muncul pada pagi hari dan hilang pada siang hari ketika angin bertiup.
"Keseringan pagi kalau berbusa (buih), tapi siang udah hilang lagi, cepet ketiup angin maren mah sampai ketutup semua, lagi banyak-banyak limbah kalau kaya gitu," ungkapnya.
Dampak dari pencemaran limbah ini juga mempengaruhi pengunjung Curug Parigi, bau tidak sedap yang ditimbul limbah membuat wisatwan ogah berlama-lama.
Padahal, warga setempat telah berupaya memaksimalkan potensi wisata Curug Parigi agar mendongkrak perekenonian mereka.
• Antisipasi Lonjakan Penumpang di Arus Balik Iduladha, PO Bus Tambah Aramada Tujuan Bekasi
• Simak Perubahan Jadwal Operasional MRT Terbaru per Senin 3 Agustus 2020
• Pemkot Jakarta Utara Distribusikan Ribuan Paket Eco Kurban
Di sana, warga sudah membangun kios-kioa jualan lengkap lengkap dengan saung agar pengunjung nyaman menikmati teduhnya suasana sekitar curug.
"Kalau lagi bau pada enggak lama, paling turun (ke curug) bentar udah balik lagi, soalnya baukan enggak enak," tandasnya.