Kesaksian Dokter Tangani Korban Ledakan Beirut, Dirawat di Jalanan Hingga Reruntuhan
Ledakan di Beirut, Lebanon menimbulkan banyak korban. Mereka dirawat di reruntuhan dan jalanan.
Firass Abiad, kepala Rumah Sakit Universitas Rafic Hariri, menulis dalam media sosial miliknya pada Selasa pagi, kapasitasnya sudah mendekati batas.
• Sepeda Motor Tukang Antar Tabung Gas di Cipinang Terbakar
• Toko Jamu Bu Hadi Sejak 1950 di Pasar Mayestik: Racikan Empon-empon Bikin Menkes RI Rela Antre
Setelah ledakan, ia menggambarkan adegan di unit gawat darurat (UDG) seperti "hancur" ketika pasien baru tiba.
Sebagian besar dengan cedera kaca, beberapa dipindahkan dari fasilitas medis dan rumah sakit yang melebihi kapasitas.
"Lebih banyak korban akan datang. Ini akan menjadi malam yang sulit."
"Aku memikirkan keluarga orang yang telah meninggal atau masih hilang."

"Adegan di UGD sangat menghancurkan, tetapi stafnya ramah dan tidak mementingkan diri sendiri. Tidak ada kata-kata lagi," tuturnya.
Rekaman di media sosial menunjukkan orang yang terluka berlumuran darah dan kebingungan.
Beberapa menangis, berkeliaran di jalan dengan pakaian mereka yang berlumuran darah.
Bahkan, berteriak minta tolong atau mencari orang dicintai yang hilang.

Sebelumnya, terjadi ledakan besar di gudang pelabuhan Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) pukul 18.00 waktu setempat.
Ledakan di pelabuhan itu pun menimbulkan api yang membentuk awan jamur.
Presiden Lebanon, Michel Anoun mengatakan, ada 2.750 ton amonium nitrat disimpan secara tidak aman di gudang selama enam tahun terakhir.
Hingga kini, penyebab ledakan tersebut masih diselidiki oleh kepolisian setempat.
(Tribunnews.com/Maliana)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Dokter Atasi 'Pasien Berdarah' Akibat Ledakan di Lebanon: Belasan Orang Dirawat di Reruntuhan,