Sri Mulyani Kenang Pertemuannya dengan Jokowi 22 Tahun Lalu: Ubah Krisis 98 Jadi Peluang Bisnis

Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan pengalaman tentang Presiden Joko Widodo ( Jokowi) 20 tahun lalu yang memanfaatkan krisis jadi peluang bisnis

Penulis: Suharno | Editor: Erik Sinaga
Facebook Mayor Haristanto
Joko Widodo (kanan), Jaya Suprana (tengah) dan Sri Mulyani (kiri) saat seminar membahas krisis 98 di Gedung Graha Wisata Niaga Solo, 14 Agustus 1998. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan pengalaman tentang Presiden Joko Widodo ( Jokowi) 20 tahun lalu yang memanfaatkan krisis jadi peluang bisnis.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membagikan sebuah kolase foto melalui akun Instagram-nya, @smindrawati, Kamis (13/8/2020) sore.

Dalam kolase tersebut, setidaknya ada enam foto yang digabungkan Sri Mulyani.

TONTON JUGA:

Foto pertama, berupa poster hitam putih yang menampilkan gambar wajahnya dengan pengusaha Jaya Suprana.

Sedangkan dua foto di sebelahnya memperlihatkan dirinya tengah memberikan paparan kepada sejumlah orang dalam suatu kegiatan.

 Simak Bocoran Materi Tes SKB CPNS 2019 yang Dirilis Kemenpan RB, Kementerian PUPR Turut Mengunggah

 Kronologi Penembakan di Kelapa Gading Jakarta Utara, Terungkap Identitas dan Jumlah Luka Korban

 Mendagri Tito Karnavian Sebut Air Wudhu Tidak Bisa Tangkal Virus Corona: Cuci Tangan Harus Benar

 Mendagri Tito Karnavian Sindir Wali Kota Depok Pakai Masker N95: Jumlah Terbatas untuk Tenaga Medis

Satu lagi foto yang diduga memperlihatkan wajah Presiden Joko Widodo muda yang tengah memberikan pidato.

Adapun tiga foto lainnya menunjukkan gambar dirinya tengah bersama Presiden Jokowi.

Dalam keterangan yang dibagikan, Sri Mulyani mengungkap bahwa foto tersebut diambil pada tahun 1998.

"Throwback 22 tahun yang lalu. 14 Agustus 1988 - 22 tahun lalu kamu ada di mana?" tulis Sri Mulyani.

Ia pun menjelaskan bahwa pada saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi yang dahsyat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot tajam hingga minus 13,7 persen.

Tak sampai di sana, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun anjlok, dari Rp 2.350 per dollar AS menjadi Rp 16.000 per dollar AS.

"Banyak perusahaan dan bank besar kecil mengalami kebangkrutan," sambung Sri Mulyani

Saat itu, ia menambahkan, dirinya yang masih menjadi seorang ekonom dari Universitas Indonesia diminta untuk menghadiri sebuah seminar di Solo.

Ia pun diminta menjelaskan mengapa krisis dapat terjadi dan bagaimana menyelamatkan Indonesia ke depan.

"Pengundang dan sponsor seminar tersebut adalah Pak Jokowi seorang pengusaha eksportir furnitur yang justru mendapatkan berkah luar biasa dalam kondisi krisis tersebut, karena penerimaan ekspor dalam US dollar melonjak lebih dari enam kali lipat," ujarnya.

"Pak Jokowi menggunakan 'windfall profit' secara bijaksana dengan menambah kapasitas produksi, berhasil memanfaatkan situasi krisis justru untuk mengembangkan usahanya," imbuh dia.

Kemudian, ia menambahkan, 22 tahun setelah dirinya diundang Jokowi di Solo, kini ia telah menjadi Presiden Republik Indonesia.

Tak hanya itu, ia pun diminta Jokowi untuk membantunya di kabinet sebagai Menteri Keuangan.

Kini, ia menambahkan, dunia tengah dihadapkan pada situasi krisis akibat pandemi Covid-19.

"Di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi kita berusaha mengatasinya," ujarnya.

"Program pemulihan ekonomi terus digenjot untuk membantu masyarakat memulihkan dan membangkitkan usaha kecil, menengah, dan menumbuhkan kembali kegiatan ekonomi," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani pun berpesan kepada seluruh masyarakat.

"Kalian 22 tahun ke depan bisa menjadi apa saja. Rajut masa depanmu dengan tidak berhenti belajar, bekerja keras, jujur, dan cerdas. Miliki mental baja, jangan menyerah menghadapi cobaan dan ujian apapun. Jangan lupa selalu berdoa," tutup Sri Mulyani.

Krisis Ekonomi Bukan Hal Baru di Indonesia

Pandemi Covid-19 memukul perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.

Sejumlah negara bahkan sudah melaporkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, hingga masuk ke dalam resesi ekonomi.

Indonesia pun saat ini berada diambang resesi.

Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II dan III tahun 2020 bakal negatif. Ini berarti krisis ekonomi mengancam Indonesia.

Kendati demikian, Staf Khusus Menteri BUMN bidang Makro Ekonomi Muhammad Ikhsan mengatakan, krisis ekonomi bukanlah suatu hal yang baru bagi Indonesia.

Setidaknya sudah tiga kali Indonesia melewati periode krisis ekonomi.

Pertama krisis ekonomi tahun 1997-1998. Ketika itu pada kuartal III-1998 ekonomi Indonesia anjlok dalam, terkontraksi 17,9 persen. Lalu kedua, krisis ekonomi global pada tahun 2008.

Serta ketiga, krisis ekonomi tahun 2013 akibat taper tantrum, yakni efek pengumuman kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang langsung memukul kurs negara berkembang, sebelum kebijakan tersebut dilakukan.

"Kalau kita lihat krisis itu bukan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Semua krisis itu sudah kita lewati," ujar dalam webinar Maybank Indonesia: Economic Outlook 2020, Rabu (22/7/2020).

Ia mengatakan, ketiga masa krisis tersebut memiliki kesamaan yakni disebabkan kondisi ekonomi, berbeda halnya dengan tahun ini yang diakibatkan krisis kesehatan dan kemudian berdampak pada perekonomian.

Oleh sebab itu, bisa jadi ada perbedaan kondisi jika terjadi krisis ekonomi pada tahun ini.

"Kalau lihat trennya yang sekarang itu menyerupai krisis tahun 2008. Tapi apakah akan sedalam itu atau tidak, ini yang masih tidak bisa terjawab," kata dia.

Ikhsan mengatakan, pelemahan ekonomi kali ini bahkan memberikan efek sosial. Di mana, dalam kurun waktu 4 bulan sejak adanya pandemi di Indonesia pengangguran dan kemiskinan terus meningkat.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk menggenjot perekonomian agar ekonomi Indonesia tidak terpuruk semakin dalam. Ia bilang, dalam hal ini BUMN telah melakukan beberapa hal, mulai dari restrukturisasi pokok dan bunga kredit oleh Himpunan Bank Negara (Himbara).

Lalu perluasan jaminan kredit kepada bank dalam penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) oleh Askrindo dan Jamkrindo. Insentif diskon tarif listrik oleh PLN, penyaluran beras dalam program bansos oleh Bulog, hingga subsidi pulsa dan kuota untuk akses pendidikan oleh Telkom Indonesia.

"Jadi BUMN kita rubah, strategi utamanya bagaimana menciptakan ekosistem untuk indonesia, bukan mengambil ranah sektor swasta. Harapannya BUMN bsia tunjukkan perannya di depan," ucap dia.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved