Khawatir Anak Mengalami Keterlambatan Bicara? Simak Tanda Bahaya yang Perlu Diwaspadai

Anak yang jarang menunjukan ekspresinya lewat bicara, terkadang memang menjadi kekhawatiran bagi para orangtua

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
ekinbasak
Ilustrasi berbicara 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Setiap anak memang memiliki keunikan yang berbeda-beda.

Ada yang sudah mulai aktif mengoceh sejak usia awal kehidupan, adapula yang lebih banyak berkomunikasi dengan bahasa tubuh ketimbang suara pada usia 1 tahun.

Seperti menunjuk apa yang yang diinginkan, menggelengkan kepala, namun tanpa mengeluarkan kata-kata yang mungkin sebenarnya sudah ia pahami. Seperti misalnya kata ‘mau’ atau ‘gak’ atau berarti ‘tidak’.

Anak yang jarang menunjukan ekspresinya lewat bicara, terkadang memang menjadi kekhawatiran bagi para orangtua.

Tak sedikit orangtua merasa takut bahwa anak akan mengalami keterlambatan bicara.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Rumah Sakit UI, Depok, Amien Suharti, menyebutkan ada beberapa tanda bahaya yang perlu diperhatikan apabila khawatir anak mengalami keterlambatan bicara.

Tanda bahaya tersebut bisa dilihat setidaknya saat anak sudah menginjak usia 12 bulan.

“Pada saat usia 12-24 bulan, ini biasanya menjadi parameter orangtua. Sebetulnya dari awal harus diperhatikan. Tapi ini ada red flags atau bendera merahnya, yaitu kalau usia 12 bulan sama sekali gak ada penyebutan ‘mama’ ‘papa’ atau gak paham saat dipanggil namanya,” kata dia dalam seminar Bicara Sehat RSUI, Rabu (19/8/2020).

Dalam kasus normal, anak dengan usia 12 bulan pada umumnya bisa memahami beberapa kosa kata dalam sehari-hari.

Dilansir dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia www.idai.or.id pada usia 12 bulan, bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Ia sudah dapat mengucapkaan kata ‘mama' 'papa’, menengok apabila namanya dipanggil, dan bisa mengerti beberapa instruksi sederhana yang diberikan. Misalnya ‘lihat itu’ atau ‘ayo sini’.

Anak usia 12 bulan juga menggunakan bahasa isyarat untuk menyatakan keinginannya.

Seperti menunjuk, rentangkan tangan ke atas saat minta digendong, atau melambaikan tangan dan menyebut daadaah.

Ia pun juga suka membeo atau menirukan kata dan bunyi yang didengarnya.

“Kalau usia 12 bulan sama sekali gak ada kata mama papa dan gak paham misalnya saat kita panggil namanya, atau gak ada gestur menunjuk dan melambaikan tangan, itu sudah suatu hal yang harus segera dicarikan profesional. Bisa ke dokter anak, atau rehab,” ungkap dr Amien.

Peringati Tahun Baru Islam, Wali Kota Bekasi Larang Kegiatan Pawai Obor Hingga Tabligh Akbar

Proses Terjadinya Cedera Ernado Ari di Timnas U-19 Terungkap, Staf Pelatih Persebaya Sudah Khawatir

Selain itu, tanda bahaya yang perlu menjadi perhatian adalah saat anak berusia 18 bulan, belum ada kata yang bermakna satu pun yang ia sebutkan.

Biasanya bayi berusia 18 tahun sudah dapat mengucapkan beberapa kata dengan arti.

Kemudian juga pada usia 24 bulan anak seharusnya sudah mampu menyebutkan beberapa kata yang bisa dimengerti, termaksud namanya sendiri.

“Kalau usai 18 bulan anak belum ada kata bermaka satupun dan dia lebih menyukai gestur untuk berkomunikasi itu juga harus diperiksakan. Lalu kalau usai 24 bulan belum bisa menyebutkan namanya sendiri atau belum bisa mengikuti instruksi sederhana dan apalagi sampai gak ada satu kata pun yang keluar, itu perlu diperiksakan,” jelasnya.

“Kenapa red flags ini gak bisa ditunda? Karena dengan ini kita bisa akan tahu penyebabnya, sehingga bisa mengatasinya,” tutur dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved