Anak Alami Keterlambatan Bicara, Lakukan Terapi Ini di Rumah

Keterlambatan bicara pada anak seringkali menjadi hal yang dikhawatirkan oleh orangtua.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Suharno
Google
Ilustrasi balita bermain gawai 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Keterlambatan bicara pada anak seringkali menjadi hal yang dikhawatirkan oleh orangtua.

Normalnya sejak anak berusia 0-24 bulan, kemampuan pemahaman bahasa anak terus meningkat pesat.

Mulai dari hanya dapat menangis untuk memberi tahu keinginannya, mulai mengeluarkan suara 'aah' atau 'uuh' saat berinteraksi, dapat mengucapkan kata 'mama' atau 'papa' pada usia 1 tahun, hingga kemudian dapat mengerti berbagai instruksi sederhana yang diberikan, serta mengucapkan kalimat dengan dua kata pada usia 2 tahun.

Seperti 'mama mandi' atau 'mau susu' misalnya.

Jika anak mengalami keterlambatan bicara, orangtua tak perlu khawatir.

PT Astra Honda Motor Kembali Produksi Astrea Grand, Harga Capai Rp 39 Jutaan

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Rumah Sakit UI Depok, Amien Suharti mengatakan bahwa orangtua dapat memberikan stimulasi atau rangsangan terhadap kemampuan bicara anak dengan beberapa cara.

Diantaranya dengan meluangkan waktu di rumah untuk mengajak anak mengobrol dan berbicara.

Bernyanyi bersama, bercerita, juga bisa menjadi stimulasi bagi anak dalam mengembangkan kemampuan bahasanya.

"Orangtua punya waktu lebih banyak dengan anak di rumah. Jadi apapun yang dilakukan oleh terapis sifatnya hanya membantu, yang utama adalah orangtua yang banyak berkomunikasi dengan anak," kata dr Amien dalam seminar Bicara Sehat RSUI, Depok, Rabu (19/8/2020).

Ibu Hamil 8 Bulan Pingsan di Lantai Dua Rumah di Duren Sawit, Personel Damkar Turun Tangan Evakuasi

Menurutnya, semua yang dilihat atau didengar oleh bayi sejak awal usianya dapat menjadi stimulus yang optimal.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk terus mengajak anak berkomunikasi dan memperkenalkannya dengan berbagai kata.

Mengobrol, menyanyi, dan membaca buku cerita, dapat menambah kosa kata yang dipahami anak.

Selain itu orangtua juga dapat mengenalkan nama-nama barang yang ada di rumah.

Kemudian, rangsang kemampuan bicara anak dengan mengajaknya ikut menyebutkan nama benda yang dikenalkan.

Hasil Liga Champions: Tumbangkan Lyon, Bayern Muenchen Tantang PSG di Laga Pamungkas

"Bacakan buku gak harus sampai satu buku, boleh satu halaman, yang ada gambarnya. Walaupun anak kelihatannya seperti gak menarik, itu akan memberikan rangsangan walaupun anak belum terlalu paham. Kita stimulasi untuk pendengarannya dan pengeliatan," ungkap dia.

"Atau aktifitas di rumah. Saat kita di rumah sambil merangsang anak dengan menyebutkan nama benda di rumah yang kita kenalkan. Misalnya aktivitas menyapu dan sebagainya. Anak akan lebih banyak mengenal kosa kata," tuturnya.

Tanda Bahaya Yang Perlu Diwaspadai

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Rumah Sakit UI, Depok, Amien Suharti, menyebutkan ada beberapa tanda bahaya yang perlu diperhatikan apabila khawatir anak mengalami keterlambatan bicara.

Tanda bahaya tersebut bisa dilihat setidaknya saat anak sudah menginjak usia 12 bulan.

“Pada saat usia 12-24 bulan, ini biasanya menjadi parameter orangtua. Sebetulnya dari awal harus diperhatikan. Tapi ini ada red flags atau bendera merahnya, yaitu kalau usia 12 bulan sama sekali gak ada penyebutan ‘mama’ ‘papa’ atau gak paham saat dipanggil namanya,” kata dia.

Dalam kasus normal, anak dengan usia 12 bulan pada umumnya bisa memahami beberapa kosa kata dalam sehari-hari.

Dilansir dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia www.idai.or.id pada usia 12 bulan, bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.

Ia sudah dapat mengucapkan kata ‘mama' 'papa’, menengok apabila namanya dipanggil, dan bisa mengerti beberapa instruksi sederhana yang diberikan. Misalnya ‘lihat itu’ atau ‘ayo sini’.

Anak usia 12 bulan juga menggunakan bahasa isyarat untuk menyatakan keinginannya.

Seperti menunjuk, rentangkan tangan ke atas saat minta digendong, atau melambaikan tangan dan menyebut daadaah.

Ia pun juga suka membeo atau menirukan kata dan bunyi yang didengarnya.

“Kalau usia 12 bulan sama sekali gak ada kata mama papa dan gak paham misalnya saat kita panggil namanya, atau gak ada gestur menunjuk dan melambaikan tangan, itu sudah suatu hal yang harus segera dicarikan profesional. Bisa ke dokter anak, atau rehab,” ungkap dr Amien.

Selain itu, tanda bahaya yang perlu menjadi perhatian adalah saat anak berusia 18 bulan, belum ada kata yang bermakna satu pun yang ia sebutkan.

Biasanya bayi berusia 18 bulan sudah dapat mengucapkan beberapa kata dengan arti.

Kemudian juga pada usia 24 bulan anak seharusnya sudah mampu menyebutkan beberapa kata yang bisa dimengerti, termaksud namanya sendiri.

“Kalau usia 18 bulan anak belum ada kata bermaka satupun dan dia lebih menyukai gestur untuk berkomunikasi itu juga harus diperiksakan. Lalu kalau usia 24 bulan belum bisa menyebutkan namanya sendiri atau belum bisa mengikuti instruksi sederhana dan apalagi sampai gak ada satu kata pun yang keluar, itu perlu diperiksakan,” imbuh dia.

“Kenapa red flags ini gak bisa ditunda? Karena dengan ini kita bisa akan tahu penyebabnya, sehingga bisa mengatasinya,” tuturnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved