Kisah Kakek Waqirin, Difabel Pembuat Layangan Besar yang Kebanjiran Rezeki di Yogyakarta

Layang-layang belakangan diminati banyak orang. Sebab, musim angin semasa kemarau panjang jadi waktu orang bermain layang-layang

(KOMPAS.COM/DANI JULIUS)
Waqirin dan layang-layang perak yang dibikinnya. Dengan keahlian membuat kerajinan dari bambu, ia membuka usaha mandiri produksi layang-layang di rumah sendiri pada Pedukuhan Taruban, Kalurahan Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo, DI Yogyakarta. 

KULON PROGO, TRIBUNJAKARTA.COMLayang-layang belakangan diminati banyak orang.

Sebab, musim angin semasa kemarau panjang jadi waktu orang bermain layang-layang.

Momen ini tidak ingin dilewatkan bagi pembuat layang-layang.

Terbukti, penghasilan produsen layang-layang pun terbang tinggi.

Seperti misalnya saja, seorang perajin bambu bernama Waqirin, 60 tahun, yang tinggal di Pedukuhan Taruban, Kalurahan (desa) Tuksono, Kapanewon (kecamatan) Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dia sejatinya produsen perseorangan kandang ayam dan pedagang merpati.

Selama dua bulan ini, Waqirin menghabiskan hari-hari duduk di emper depan rumah, bersandar pada kayu penyangga atap.

Di sana, Waqirin berkutat dengan potongan-potongan bambu, tali nilon, lem, plastik untuk menghasilkan layang-layang.

Tidak ada layangan kecil, dia juga membuka layang-layang ukuran lebar minimal satu meter.

“Werno-werni bentuke (bahasa Jawa dari berbagai macam bentuk). Tergantung pesanan,” kata Waqirin di rumahnya, belum lama ini. Dia tampak sangat cekatan membuat layang-layang.

Mulai dari membelah gelondongan bambu, memecah menjadi batangan yang lebih kecil hingga nyaris sebesar lidi, menghaluskan, lalu merangkai dan mengikat menjadi kerangka layangan.

Sembari pula meladeni orang datang dan pergi membeli lem super perekat plastik, membeli merpati, maupun membeli gulungan benang layangan.

Semua berlangsung sambil duduk di tempat yang sama dari pagi sampai sore.

Lansia mungil ini bisa menyelesaikan lima kerangka layang-layang dengan ukuran sekitar dua meter dan tiga layang-layang ukuran yang lebih kecil setiap hari.

Musim tahun ini, dia mengaku sudah menghabiskan bambu satu mobil dan lem enam blek atau setara 60 kilogram.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved