Demo Tolak UU Cipta Kerja
4 Fakta Demo Massa BEM se-Indonesia di Monas: Diguyur Hujan dan Cerita Mak Lampir
Massa dari elemen BEM se-Indonesia dan SRMI berunjuk rasa di depan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat, menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Pengamatan TribunJakarta.com sekira pukul 16.19 WIB, massa mahasiswa menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan yang menjadi lagu mars mahasiswa di tengah guyuran hujan.
Mereka bertahan demi menyuarakan penolakan omnibus Law UU Cipta Kerja.
Baca juga: Gadai Motor Berujung Pembunuhan, Satpam Tewas Ditikam Temannya Seorang Penjual Soto
Baca juga: Pagi Sampai Sore Tertawa-tawa Bareng Teman, Malam Harinya Siswi SMK Tewas Dibunuh & Diperkosa Paman
4. Kisah Mak Lampir

Terselip satu teatrikal menarik dengan menghadirkan sosok Mak Lampir untuk melawan DPR dalam demonstrasi tersebut.
Mak Lampir diminta datang jauh-jauh dari Gunung Merapi ke Monas untuk ikut berunjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di dekat Patung Kuda, Gambir, Jakarta Pusat pada Jumat (16/10/2020) siang.
"Grandong! Grandong! Panggil teman-temanmu ke sini. Cepat perintahkan dukun-dukun itu, dukun santet yang ada di banyuwangi, di Banten, dan di Gunung Kidul panggil ke Jakarta untuk melawan DPR!" suara perintah Mak Lampir terdengar lewat pengeras suara Mobil Komando Massa Unjuk Rasa.
Bila dalam Film Misteri Gunung Merapi, Mak Lampir menjadi tokoh antagonis, kini ia mendadak jadi aktivis berada di sisi rakyat.
Hantu Grandong patuh akan semua perintah Mak Lampir. Ia mendatangkan sejumlah dukun itu.
Dukun-dukun itu berkalungkan tanda pengenal berbahan kardus.
Tanda pengenal itu bertuliskan "Penghuni Gunung Merapi", "Dukun Santet Siap Lawan Goib", "Dukun dari Banyuwangi", "Dukun Gunung Kidul", "Dukun Gunung Kawi" dan "Dukun dari Banten".
Bersama Massa Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) dan sejumlah dukun, Mak Lampir berkeliling membawa keranda mayat keliling Bundaran Jalan Merdeka Barat.
Lalu mereka mulai berunjuk rasa dekat pagar kawat yang memblokade jalan arah Istana Negara.
Massa kemudian meletakkan sebuah keranda mayat bertuliskan "RIP Hati Nurani DPR Tolak UU Omnibus Law".
"Keranda tempat orang mati, ternyata yang mati bukan orangnya tapi yang mati itu hati nurani DPR, saudara-saudara," ujar orator menirukan suara Mak Lampir.
Mak Lampir bersama sejumlah dukun lainnya melaksanakan ritual.