Sisi Lain Metropolitan
Melihat Perlintasan Sederhana di Kebon Baru: Palang Tak Tertutup Secara Otomatis dan Pakai Spion
warga berinisiatif untuk membangun sendiri palang pintu perlintasan kereta api dengan hasil swadaya sekira tahun 2006.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Palang pintu perlintasan kereta api ini bukan resmi dari PT KAI.
Irman mengatakan sejumlah warga berinisiatif untuk membangun sendiri palang pintu perlintasan kereta api dengan hasil swadaya sekira tahun 2006.
Sebab, sering terjadi kecelakaan bagi para pejalan kaki yang hendak menyeberang di rel itu sebelum dibangun pos perlintasan.
Selain itu, adanya pintu perlintasan ini memudahkan pengendara untuk memangkas jarak.
Mereka pun izin dengan pihak kelurahan setempat dan pihak PJ KA yang kini berubah menjadi PT KAI.
Tidak terlihat palang pintu yang secara otomatis tertutup ataupun bunyi sirine tanda kereta hendak melintas.
Pos sederhana itu dijaga oleh dua orang yang bertugas mengawasi kereta yang melintas.
Kedua palang pintu itu terbuat dari besi panjang layaknya sebuah portal. Palang pintu yang berada di wilayah Tebet Timur sebagai pengendali palang pintu di seberangnya.
Saat kereta melintas, Irman yang siang itu bertugas sebagai pengendali langsung memutar tuas pemutar untuk menutup palang pintu.
Agar motor ataupun gerobak milik pedagang bisa melintas, rel kereta dipasang balok-balok kayu.
Irman menceritakan, awalnya rel itu sempat dicor untuk memudahkan pengendara melintas.
"PT KAI kasih tahu ke kita, kalau dicor enggak bisa karena bantalan rel harus rutin dikontrol. Akhirnya kita bongkar dan kita ganti dengan kayu. Alasannya, biar bisa diangkat lagi kalau ada pengontrolan," jelas Irman kepada TribunJakarta.com sembari sesekali melirik spion di depannya.
Di sepanjang rel kereta api antara Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet banyak ditemukan pintu perlintasan dari swadaya warga.
Pantauan TribunJakarta.com, sekira ada 6 pintu perlintasan. Namun, hanya tiga pintu perlintasan yang kerapkali dilalui pengendara motor, pejalan kaki, ataupun pedagang kaki lima.
Namun, hanya pos perlintasan yang dijaga Irman dan Doni saja yang menggunakan spion dan tuas pemutar.