Mendaki Puncak di Papua Barat, Maahir Sedih Melihat Salju Mulai Menipis
Satu pengalaman berkesannya adalah saat mendaki puncak Sumantri Brodjonegoro sekitar 2 kilometer utara Piramid Carstensz di Papua Barat.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Maahir Abdullah (25) berhasil merampungkan ekspedisi jelajah nusantara 34 provinsi dan 7 gunung tertinggi di Indonesia.
Satu pengalaman berkesannya adalah saat mendaki puncak Sumantri Brodjonegoro sekitar 2 kilometer utara Piramid Carstensz di Papua Barat.
Saat berada di puncak, ia menangis haru berhasil mewujudkan mimpinya sejak SD itu.
"Saya menangis ketika berada di puncak Sumantri. Ternyata ini es yang diceritakan dari zaman SD dulu. Saya bisa lihat, menginjak, pegang dan guling-guling di sana. Enggak menyangka," ujarnya kepada TribunJakarta.com di kediamannya di kawasan Ciracas, Jakarta Timur pada Rabu (25/11/2020).
Di sana, seorang pemandu memberitahukan bahwa salju di sana mulai menipis karena pemanasan global.
Maahir merasa sedih dengan kondisi puncak Sumantri saat ini.
Ia pun membuat video singkat saat berada di sana dan diunggah di media sosial. Video itu sempat viral.
Bersepeda sendirian kelilingi 34 provinsi dan 7 gunung tertinggi di Indonesia
Mimpi Muhammad Maahir Abdullah (25) sejak kecil merampungkan keliling nusantara akhirnya terwujud.
Dalam waktu 2 tahun 8 bulan, ia berhasil menjelajahi 34 provinsi dan 7 gunung tertinggi di Indonesia.
Ia bersepeda sendirian demi mewujudkan mimpinya itu.
Cita-citanya untuk keliling nusantara ini bermula saat Maahir masih duduk di bangku SD.
Kala itu, ia membandingkan Indonesia dengan benua eropa di sebuah peta.
"Saya jengkalin jari saya dari ujung Aceh dan Papua. Kemudian saya bandingkan dengan benua eropa. Ternyata luas Indonesia sama seperti 3 sampai 4 negara eropa," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di rumahnya pada Senin (30/11/2020).
Sebelum mewujudkan mimpinya itu, Maahir sempat melakukan beberapa uji coba.
Di antaranya, ia pernah bersepeda mengelilingi Jawa Barat di tahun 2015. Selang setahun, ia juga pernah bersepeda Jakarta-Yogyakarta dan mendaki tujuh gunung di Jawa Tengah.
Bermodalkan sepeda lama merek Federal, Maahir mulai menjelajahi nusantara sekitar bulan Maret 2018.
Ia telah merampungkan sepanjang sekitar 21.900 kilometer dengan waktu 2 tahun 8 bulan.
Kangen rumah
Selama perjalanan bersepeda menyambangi kota demi kota, ada kalanya Maahir merasa rindu dengan rumah dan keluarga.
Suatu saat, ceritanya, ia pernah singgah di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana Maahir terserang kutu busuk saat tidur di rumah warga.
"Saya pernah mengalami rasa kangen rumah. Setiap 3 bulan sekali muncul. Duh kangen banget rumah ngapain di sini. Padahal kan enakan tidur di rumah," ucapnya.
Selain rasa kangen, Ia juga pernah terserang penyakit malaria ketika berada di Pulau Alor di NTT.
Namun, rintangan itu kalah dengan tekadnya mengarungi nusantara.
Membawa misi literasi
Dalam ekspedisi penjelajahan Nusantara, Maahir turut membawa semangat literasi ke pelosok-pelosok desa.
Ia mengajak warga setempat untuk mendirikan taman baca.
"Rencana buat 10 taman baca tapi yang terealisasi hanya 4. Dua di NTT dan dua lagi di Papua," ujarnya.
Namun, kini hanya dua taman baca yang masih berdiri. Sisanya tutup dan mati suri.
Jadi relawan bencana
Dengan latar belakang sebagai Korps Sukarela PMI Jakarta Selatan, Maahir terpanggil untuk terlibat dalam membantu musibah bencana saat bersepeda.
Saat sedang singgah di Ternate, ternyata ia mendapat kabar bahwa ada gempa 7,2 skala richter di Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Ia bergabung dengan PMI Maluku Utara untuk membantu di bagian logistik dan distribusi.
"Kurang lebih hampir sebulan lah di sana. Tiga minggu di lokasi bencana, 1 minggu lagi di Ternate untuk bantu-bantu distribusikan barang," ungkapnya.
Saat awal bersepeda meninggalkan Jakarta, rambut Maahir masih pendek.
Baca juga: Naik Sepeda Jelajahi 34 Provinsi dan 7 Gunung Tertinggi di Indonesia, Maahir Bakal Tulis Buku
Baca juga: Ini Kisah Maahir Abdullah, Hampir 3 Tahun Keliling 34 Provinsi dan 7 Gunung Naik Sepeda
Baca juga: Lapas Narkotika Klas IIA Jakarta Raih Penghargaan Lapas Penanganan Covid-19 Terbaik Nasional
Setelah merampungkan ekspedisinya, ia mengubah penampilan rambutnya menjadi gimbal.
Paling tidak, berambut gimbal menjadi pengalaman sekali seumur hidup yang pernah dirasakannya seperti ekspedisinya kali ini.
"Ya minimal sekali seumur hidup, pernah mengalami rambut gimbal. Walaupun enggak lama lagi dibotakin," pungkasnya seraya tertawa.