Sisi Lain Metropolitan

Kisah Lily Nelly, 7 Tahun Jadi Pendamping Anak Tuna Ganda Netra: Harus Sabar dan Pintar Membujuk

Punya pengalaman tak terlupakan, Lily Nelly Muslifa merupakan pendamping di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala sudah bekerja 7 tahun

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH
Lily (kiri) bersama anak asuhnya di Yayasan Dwituna Rawinala, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (7/12/2020). Punya pengalaman tak terlupakan, Lily Nelly Muslifa merupakan pendamping di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala sudah bekerja 7 tahun 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Memiliki anak berkebutuhan khusus memang menjadi anugrah yang luar biasa.

Kesabaran ekstra memang diperlukan untuk menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus ini.

Begitulah cerita pembuka yang dijelaskan oleh Lily Nelly Muslifa (41).

Lily, sapaannya merupakan pendamping di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Jalan Inerbang, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Sedari tujuh tahun lalu, ia memutuskan untuk menjadi pendamping di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, yang merupakan sebuah lembaga yang melayani kebutuhan pendidikan bagi penyandang tuna ganda netra.

"Saya sudah kerja di sini dari 7 tahun lalu. Tergerak sendiri saja ingin bekerja mengasuh anak-anak spesial ini," katanya di lokasi, Senin (7/12/2020).

Diawali tanpa bekal apapun, seperti kemampuan berbahasa isyarat hingga huruf braille, Lily memiliki tekad bulat untuk menjadi pendamping.

Baca juga: Pemprov Banten Segera Bangun Dua Sekolah Khusus Disabilitas di Tangerang

Selama beberapa bulan, ia mengikuti pelatihan.

Selama pelatihan ia diajari cara menggunakan bahasa isyarat hingga membaca huruf braille.

"Di awal masuk ada pelatihan. Sekitar sebulan saya mengikuti pelatihan. Itu diajari berbahasa isyarat dan huruf braille itu," sambungnya.

Baca juga: FPI Pastikan 2 Bayi dan 3 Balita Cucunya Bersama Habib Rizieq, Mobil Rombongan Dipotong Penguntit

Namun, sebelum itu dirinya sempat mendapatkan tes kesabaran dari pihak yayasan.

Alhasil, ia bisa melewati itu semua dan berhasil menjadi pendamping bagi anak-anak di Yayasan Dwituna Rawinala.

Sebagai pendamping, Lily menangani 5 anak sekaligus dengan bermacam tuna ganda.

Mulai dari tak bisa mendengar, tak bisa berbicara dan tak bisa melihat, sampai bisa melihat tapi tak bisa mendengar dan tak bisa berbicara.

"Saat ini saya menangani 5 anak. Tapi shift  jadi ada 3 shift dalam satu hari," jelasnya.

Baca juga: 6 Orang Diduga Pengikut Rizieq Shihab Tewas Ditembak, FPI Belum Temukan Jasadnya

Pengalaman tak terlupakan

Selama tujuh tahun menjadi pendamping, tentulah Lily memiliki pengalaman yang tak terlupakan.

Bahkan hingga hari ini pengalaman sekaligus kenangan tersebut tak bisa terlupakan.

Beberapa tahun lalu, Lily mengatakan dirinya sempat mengikuti sebuah acara mendampingi anak asuhnya.

Kemudian dirinya mengalami kejadian yang tak mengenakan.

Baca juga: Tim Pemburu Covid-19 Polres Kepulauan Seribu Diberangkatkan ke Pulau Permukiman

Satu diantara anak asuhnya tiba-tiba saja menarik jilbab yang dikenakannya.

Bahkan, jilbab tersebut robek dan rambut Lily sampai terlihat di tengah acara yang sedang berlangsung.

"Untuk tahun tepatnya ya lupa. Ya tapi paling enggak bisa dilupain ya itu. Jilbab ditarik sampai robek. Mau dibilang malu ya pasti, tapi mau gimana lagi," ungkapnya.

Emosi yang tak stabil dari para anak-anak ini,  menjadi hal utama yang sering dialami oleh para pendamping maupun guru di Yayasan Dwituna Rawinala.

Meski sedang marah, para pendamping meupun guru tetap menghadapinya dengan tabah dan kasih sayang.

Baca juga: Polisi Tuding Massa FPI Bawa Senjata Api, Sekum FPI Munarman: Ini Fitnah Luar Biasa

Sembari ditanya menggunakan bahasa tubuh yang mereka miliki, mereka melakukan pendekatan persuasif.

"Kalau sudaj begitu kita sayang-sayang. Sebab kan mereka emosi tanpa pemantik yang jelas. Kita juga enggak tahu apa mereka sakit perut atau sedang merasakan apa. Jadi harus ditanya baik-baik," jelasnya.

Miliki ciri khas

Ketika anak asuh di Yayasan Dwituna Rawinala sedang dalam emosi yang stabil, para pendamping harus pandai membujuk mereka.

Oleh sebab itu, Lily mengatakan tiap pendamping di Yayasan Dwituna Rawinala memiliki ciri khasnya sendiri.

Baca juga: Sebelum Penembakan 6 Orang di Tol, FPI Sebut Habib Rizieq Sudah Diintai 24 Jam Pakai Alat Canggih

Sehingga saat keadaan seperti itu, para anak-anak ini tahu siapa yang sedang menenangkannya.

"Kalau sudah begitu kita tenangin sampai mereka kembali seperti biasa. Makanya tiap pengasuh memiliki ciri khas sendiri. Misalnya saya ini suka pakai jam tangan dan kaca mata," jelasnya.

Kendati begitu, Lily mengatakan sangat senang menjadi pendamping di Yayasan Dwituna Rawinala.

Sebab kebahagian yang mereka tularkan dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi para anak-anak di yayasan tersebut.

Baca juga: Rizieq Shihab Kembali Tak Penuhi Panggilan Polisi, Beralasan Masih Kelelahan

"Pastinya senang. Ketika melihat mereka tertawa itu hal yang sulit dijelaskan. Jadi hal-hal seperti itulah yang membuat saya senang menjalani pekerjaan seperti ini," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved