Sisi Lain Metropolitan
Nangis Dengar Curhat Driver Ojol, Ini Kisah Pilu Nurmaya Saat Bagikan Makan Gratis di Tengah Pandemi
Nurmaya (40), tak berpangku tangan meski pandemi Covid-19 berdampak kepada usahanya. Ia tetap berbagi makan gratis bagi sesama.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Nurmaya (40), tak berpangku tangan meski pandemi Covid-19 berdampak kepada usahanya.
Di tengah kesulitan yang juga menderanya, Ia justru berbagi kepada sesama dengan membuka warung makan gratis di depan kios tanaman hiasnya.
Dari sana ia melihat, masih banyak orang yang lebih membutuhkan dan layak dibantu.
Sesudah bulan Ramadan, ia membuka warung makan gratis setiap hari Jumat.
Banyak para pelintas nyatanya yang datang ke warung makannya.
Menurut Maya, biasa dia dipanggil, banyak dari mereka berasal dari pengendara ojek daring, anak yatim piatu, dan warga kurang mampu.
Hatinya tersentuh tatkala mendengar cerita seorang pengendara ojek daring yang merasa bersyukur ada kegiatan ini.
Setelah makan, pengendara ojek itu mengajak istri dan anaknya di rumah untuk makan di sana.
"Tukang ojek itu bilang 'bisa enggak bu, saya mau ajak istri dan anak saya makan di sini. Seharian baru dapat Rp 12 ribu paling cuma bisa beli beras aja'. Saya bilang 'bawa lah mereka ke sini pak', saya menangis melihatnya," cerita Maya.

Selain itu, cerita Maya, masih banyak juga mahasiswa yang mampir ke warung makannya. Sebagian dari mereka sedang melamar pekerjaan.
"Banyak mahasiswa yang ke sini juga. Ada yang mau melamar pekerjaan sambil bawa-bawa berkas. Ada juga yang nyambi jadi ojek online. 'Bu, makasih ya, saya lewat sini jadi bisa makan kebetulan belum makan. Ini baru mau melamar kerja'," ucapnya.
Ia menyadari masih banyak orang yang kesulitan jauh darinya.
Meski pandemi berakhir pun, Maya tetap ingin membuka warung makan gratis bagi siapa saja.
"Saya enggak memilih-milih, enggak pandang agama yang penting berbagi. Toh, Tuhan memberikan rezeki ke siapapun enggak pernah memilih kan," pungkasnya.
Kisah Nurmaya, buka warung makan gratis

Seusai melayani para pelintas di Jalan Inspeksi Slipi, Kemanggisan, Jakarta Barat, Maya (40), biasa dia dipanggil dan saudara perempuannya, Ria (42), sedang duduk di belakang etalase berisi aneka lauk pauk yang sebagian tandas.
Sekitar 10 jenis lauk tersaji di depan kios tanaman hiasnya setiap hari Jumat. Sebagian besar lauk pasti habis dilahap para pelintas di hari itu.
Sebelum membuka warung makan gratis, ia awalnya sempat membagi-bagikan takjil kepada pelintas di bulan Ramadan.
Akan tetapi, pembagian takjil itu sering menimbulkan kerumunan. Selain itu, malah menjadi rebutan. Bahkan, ada yang mengambil lebih dari satu.
Maya akhirnya membuat warung makan gratis untuk mencegah kerumunan.
Ternyata, langkah itu berhasil.
Bermodalkan etalase bekas, ia membuat warung sederhana di depan kiosnya itu.

Maya merasa terpanggil untuk membantu sesama di saat pandemi yang berdampak kepada kehidupan warga kecil.
Sebenarnya, ia juga merasakan dampaknya. Sebelum menjadi penjual tanaman hias, Maya membuka salon. Akan tetapi, pandemi menggebuk usahanya hingga remuk redam.
Ia terpaksa menutup salon berukuran 3 meter x 5 meter lantaran tidak ada pelanggan yang datang.
Kini, Maya meneruskan usaha tanaman hias milik mendiang ayahnya itu.
"Saya merasa sebagian rezeki yang saya terima bukan hak saya sepenuhnya," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (11/12/2020).
Maya mengingat perkataan mendiang ayahnya yang membuatnya tergerak untuk berbuat kebaikan.
Pernah suatu ketika, ia dan ayahnya melihat orang berbagi makan gratis. Ayahnya langsung merogoh saku celananya dan menyuruh Maya memberikan uang kepada orang itu.
"Sekitar tujuh tahun yang lalu kalau enggak salah. Saya kasih uang pemberian ayah saya untuk membantu orang itu. Biar bisa berbagi lagi nanti. Ayah saya bilang, 'kamu kalau ngasih harus ikhlas enggak perlu takut miskin malah nanti tambah berkah'," cerita Maya mengenang perkataan ayahnya yang tutup usia karena serangan jantung.
Dibantu para saudaranya
Untuk membuka warung makan gratis, Maya dibantu oleh kelima saudaranya yang rutin terlibat setiap Jumat.
Saudaranya, Ria (42); tantenya, Yoyo; ibunya, Marliah dan anaknya Ria, Fadilah (20) turut membantu Maya.
Anak-anak Maya juga suka membantunya memotong bahan makanan di rumah.
"Mulanya saya kasih tahu idenya, mereka tambah terdorong karena melihat banyak orang yang terdampak di saat pandemi ini," lanjutnya.
Mereka secara sukarela membantu Maya tanpa dibayar.
Dana untuk program makan gratis diperoleh Maya dari kocek pribadinya dan sejumlah donatur.
Setiap Jumat, ia setidaknya harus mengeluarkan uang Rp 500 ribu dari kantong pribadinya.
Banyak juga warga sekitar yang terdorong untuk membantunya.
"Ada juga sumbangan dari warga berupa beras atau buah pisang," ucapnya.
Baca juga: Belum Reda Perselisihan dengan Keluarga Sule, Teddy Pardiyana Kini Dikabarkan Menikah Lagi
Baca juga: Pilkada Kota Depok 2020, Tim Paslon 01 Temukan Dugaan Politik Uang Hingga Reaksi Sang Rival
Baca juga: Polres Jakbar Hentikan Truk di Sumatera, Ratusan Kilogram Ganja Ditemukan di Tumpukan Buah
Sempat tutup 2 bulan
Maya sempat menutup selama dua bulan warung makan gratisnya karena kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan yang menerapkan kembali PSBB secara ketat.
Namun, ternyata kebijakan itu bukan menjadi penghalang mereka untuk berbagi.
Ia menjemput bola ke jalanan dan membagi-bagikan nasi bungkus kepada para fakir miskin, tukang ojek dan para pelintas lainnya. Sebelum berangkat, mereka terlebih dahulu menyurvei lokasi.
"Saya lihat misalnya di Tanah Abang, banyak laporan tukang minta-mintanya, di gang, atau pasar. Kita berbagi nasi bungkus di sana," katanya.
Sudah hampir 8 bulan, ia menggelar makan gratis di depan kiosnya itu.
Menuai berkah
Keberkahan justru datang juga kepada Maya. Ia tak menyangka mendapatkan program bedah rumah gratis dari salah satu perusahaan swasta.
Program itu ditujukan kepada rumah orangtuanya. Sebab, rumah orangtuanya mengalami kerusakan 70 persen pascalongsor. Dana yang dibutuhkan mencapai Rp 140 juta.
"Belum lama ini, rumah ibu saya mendapatkan program renovasi gratis. Ya Allah cepat banget doa saya terkabul. Di antara yang dibantu oleh perusahaan itu, rumah kita yang terparah," ceritanya.
Selain itu, keberkahan lainnya datang menghampirinya. Maya ditawari menjadi agen pupuk tanpa modal.
Kala itu, ia sedang mengantre membeli pupuk. Tiba-tiba, seorang sopir memanggilnya.
"Dia tawari saya jadi agen pupuk lewat bosnya karena saya sudah sering adakan makan gratis. Jadi, saya enggak perlu keluar modal, saya bantu jualin pupuk dengan harga yang sudah ditentukan," jelasnya.
Keberkahan itu dirasakan betul oleh Maya. Ia bertekad tak ingin berhenti untuk terus berbagi.
Ia juga berniat menambah fasilitas di warung makan gratisnya seperti ketersediaan bangku dan meja yang layak.
"Meski pandemi nanti sudah berakhir, Insya Allah saya ingin berbagi terus," pungkasnya.