Sisi Lain Metropolitan
Pernah Mengemis dan Jadi Pedagang Asongan, Sugeng Punya Janji Khusus ke Petugas Usai Terjaring Razia
Kapok jadi pengemis, Sugeng (62) warga Klender, Jakarta Timur akui pernah berjanji depan petugas Satpol PP untuk mencari pekerjaan lebih baik.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Kapok jadi pengemis, Sugeng (62) akui pernah berjanji depan petugas Satpol PP untuk mencari pekerjaan lebih baik.
Sugeng merupakan warga Klender, Jakarta Timur yang beberapa tahun silam menjalani hidupnya dengan bekerja sebagai pedagang asongan.
Sedari pukul 07.00 WIB sampai sore, ia menjajakan kanebo, tisu dan lem perekat di lampu merah Pangkalan Jati, Makasar, Jakarta Timur.
Meski begitu, siapa sangka bila Sugeng pernah menjalani hidupnya sebagai pengemis.
Yap, tepat di tahun 2010, kondisi ekonomi dan kedua mata yang mengalami katarak memaksanya untuk bekerja sebagai pengemis.
Mengharap belas kasih dari orang lain, dirasanya hal yang terbaik kala itu agar ia bisa menafkahi keluarganya.
Terhitung lima bulan lamanya, ia menjalani hidup seperti itu.
"Menyesal dan malu," menjadi kata-kata yang dikeluarkannya bila teringat saat itu.
Baca juga: Dapat Nyinyiran Netizen karena Masuk Nominasi Wanita Tercantik di Dunia, Begini Respons Lesti Kejora
"Intinya karena keadaan ekonomi dan kondisi saja. Padahal dihati tuh rasanya sudah enggak mau," jelasnya saat dikonfirmasi, Selasa (22/12/2020).
Selama menjadi pengemis, Sugeng mengatakan hasilnya tak jauh berbeda dengan saat ini.
Dalam satu hari, penghasilan paling banyak yang ia dapat hanya Rp 50 ribu.
Ditambah, dua kali dirinya pernah tertangkap satuan petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta.
Sekali terjaring razia PMKS, Sugeng masih menganggap hal tersebut biasa dan apes saja.

Namun saat kedua kali, ia bertekad berubah menjadi lebih baik.
"Enggak enak pokoknya jadi pengemis. Selain disebut malas, kita juga dikejar P3S itu. Saya dua kali tertangkap," jelasnya.
Sugeng mulai berjanji pada dirinya untuk berubah.
Bahkan ia juga berjanji pada satgas P3S untuk tak mengulangi pekerjaannya.
"Saya janji juga sama petugas. Saya bilang 'Saya ga bakalan gini. Kalo ketangkap gini lagi. Saya nyerah, bapak mau apain saya ya silakan. saya janji,'. Saya berucap begitu," terangnya.
Baca juga: 5 Nama yang Diprediksi Bakal Tempati Menteri Kabinet: Ada Mantan Lawan hingga Pengkritik Pemerintah
Alhasil ia berhasil keluar dari zona tersebut dan menjalani hidup sebagai pedagang asongan.
"Dibantu uang dari anak, saya jualan seperti sekarang ini. Nah sekarang kalau ketemu petugas P3S pasti mereka bilang 'mantap pak'. Mereka senang lihat saya kerja begini," jelasnya.
Awal mula mengemis
Sedari bujang, Sugeng bekerja sebagai tukang sapu jalan.
Bertahun-tahun ia menjalani hidup sebagai tukang sapu guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca juga: Hari Ibu 2020, Wali Kota Airin Memaknai Sosok Ibu: Pengorbanan dan Perjuangan
Naas, sekitar tahun 2010 silam, dirinya terlibat kecelakaan saat bekerja.
Dari arah berlawanan, dirinya ditabrak sepeda motor hingga bagian tangan kanannya cidera dan patah.
Kemudian berdampak juga pada punggungnya yang mengalami luka lebam.
"Pengobatannya lumayan lama, itu sampai ke Bogor. Jadi saya sempat enggak bekerja lama. Di situ penghasilan sudah enggak ada. Tapi alhamdulillahnya yang nabrak bertanggung jawab," jelasnya.
Imbas kecelakaan, kondisi tangannya tak bisa kembali seperti sedia kala.
Ia pun memutuskan berhenti bekerja dan mencari pekerjaan lain.
Baca juga: Ramai Isu Jokowi Bakal Panggil Calon Menteri Baru, Pihak Istana: Bisa Hari Ini, Bisa Setelah Liburan
Sayangnya, Sugeng menyebut tak ada pekerjaan yang cocok dengan dirinya kala itu.
Kedua mata yang mengalami katarak, membuatnya kesulitan mencari pekerjaan dan akhirnya ia memutuskan menjadi pengemis.
"Saya di situ enggak bisa lihat. Kemudian saya mikir mau kasih apa untuk keluarga. Masih cari nafkah juga kan. Akhirnya kepikiran jadi pengemis," jelasnya.
Hanya diketahui beberapa anak, ia tetap mencari nafkah dengan mengemis dan berharap belas kasih dari orang yang ditemuinya di jalan.
Sekira lima bulan lamanya, ia menjadi pengemis.
"Jadi pengemis enggak lama, sekitar 5 bulan. Itu ada anak yang tahu dan tidak. Karena himpitan ekonomi jadi ya sudah diteruskan saja," jelasnya.
Baca juga: UPDATE Oknum Polisi Peras dan Setubuhi PSK yang Open BO Lewat Aplikasi MiChat Langsung Ditahan
Singkat cerita, Sugeng mulai merasa malu dan menyesal.
Ketika berangkat dari rumah, suara hati dan langkahnya bertolak belakang.
"Udahan enggak ya? Udahan ngga ya?," ujarnya suara hatinya.
Alhasil ia memutuskan untuk berhenti dan menyesali pernah menjadi pengemis.
"Malu dan menyesal pernah menjadi pengemis," ujarnya berulang kali.
"Saya merasa kalau pengemis itu seolah-olah kayak orang malas. Akhirnya pelan-pelan saya kumpulkan uang lebih dulu untuk jualan asongan seperti ini," jelasnya.
Menyesali perbuatannya yang menjadi pengemis, Sugeng berhasil mencari pekerjaan yang lebih baik.
Baca juga: UPDATE Oknum Polisi Peras dan Setubuhi PSK yang Open BO Lewat Aplikasi MiChat Langsung Ditahan
Meski penghasilannya tak menentu, ia mengaku senang dan bahagia.
"Saya lebih bahagia jualan asongan di lampu merah Pangkalan Jati ini. Biarpun sehari cuma Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu, saya enggak terbebani lagi. Sebab jadi pengemis juga sama penghasilannya," jelasnya.
Sejak pukul 07.00 WIB hingga sore hari, Sugeng sudah menjajakan tisu, lem dan kanebo di lampu merah Pangkalan Jati.
Bila rezekinya sedang bagus, Sugeng bisa membawa pulang uang sekitar Rp 50 ribu.
"Memang tidak begitu ramai yang beli. Tapi paling tidak kalau lagi milik bisa dapat Rp 50 ribu," jelasnya.
Menariknya, kisah perjuangan Sugeng yang beralih dari pengemis menjadi pedagang asongan sempat viral di media sosial.
Baca juga: Ajak Anak Sule ke Bioskop, Nathalie Holscher Rela Tak Tonton Film yang Diiinginkan: Ingat Punya Anak
Sejumlah akun Instagram sempat mengunggah kisahnya dan Sugeng mendapatkan bantuan dari masyarakat.
Bahkan, ia juga mendapatkan bantuan operasi katarak dari lingkungannya pada tahun 2017 silam.
"Betul. Karena kisah saya ini, beberapa (medsos) itu pernah angkat cerita saya. Ada juga yang datang ke rumah dan beri bantuan. Jadi saya mengingatkan lebih baik bekerja, dari pada mengemis. Sebab suatu saat kita akan malu bila menjalani hidup sebagai pengemis," tandasnya.