Tempe dan Tahu Langka di Kota Tangerang, Pemkot Setempat Anggap Tak Berdampak Signifikan
Secara keseluruhan, lanjut dia, hilangnya tahu dan tempe di Kota Tangerang tidak terlalu berpengaruh terhadap kelangsungan jual beli komoditi di sana.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Muhammad Zulfikar
Lantaran, harga kedelai atau bahan baku tahu dan tempe naik drastis menjadi Rp 9.200 per kilogram dari sebelumnya Rp 7.200 per kilogram.
Dampak kenaikan harga tersebut menjadi alasan para penjual tahu dan tempe di Pasar Anyar Tangerang dan Pasar Lama Tangerang mogok kerja dan menutup tokonya.
Lani, seorang penjual bumbu dapur di Pasar Anyar mengatakan kalau penjual tahu dan tempe yang berdempetan dengan tokonya sudah beberapa absen berjualan.
"Ini sudah tiga hari lalu tutup. Biasanya selalu buka kok, dia jualan tempe dan tahu," kata Lani, Senin (4/1/2021).
Baca juga: DKI Jakarta Belum Terima Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac dari Pemerintah Pusat
Baca juga: Kuasa Hukum Rizieq Shihab Sebut Acara Pernikahan di Petamburan Disetujui Sejumlah Pihak
Baca juga: Kota Bekasi Berstatus Zona Oranye, Angka Kasus Kematian Naik 1,71 Persen
Ia meneruskan ada tiga sampai empat pedagang tahu dan tempe yang sudah menutup tokonya selama tiga hari sampai hari ini.
Namun, kata Lani, satu diantara pedagang tahu dan tempe ada yang memberi kabar ke Leni bila hendak membuka gerainya besok.
"Ada sih yang mau buka kalau enggak besok ya kapan tau deh. Mungkin ya katanya," ujar Lani.
Senada dengan pegadang tahu dan tempe di Pasar Anyar, Iwan penjual buah-buahan di sana mengaku pedagang tahu dan tempe di Pasar Anyar absen berjualan.
"Sudah tiga hari enggak jualan mas. Dari sejak sebelum tahun baru sampai sekarang belum ketemu lagi sih," ucap Iwan.