Kasus Korupsi

Ketua RW Sebut Penghuni Rumah di Cipayung yang Digeledah KPK Pribadi Tertutup

Pada Selasa (12/1/2021), pelaksana tugas juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan ada dua rumah yang digeledah terkait kasus dugaan korupsi bansos Covid

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Ketua RW 4 Kelurahan Setu, Cipayung, Jakarta Timur, Maah Setiawan, Selasa (12/1/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Ketua RW 4 Kelurahan Setu, Maah Setiawan sebut penghuni rumah di Jalan Raya Mabes Hankam RT 3 RW 3 Nomor 72, Kelurahan Setu Cipayung, Jakarta Timur adalah pribadi tertutup.

Pada Selasa (12/1/2021), pelaksana tugas juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan ada dua rumah yang digeledah terkait kasus dugaan korupsi bansos Covid-19.

Berdasarkan data yang dihimpun awak media, lokasi pertama yang digeledah penyidik adalah rumah orang tua politikus Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yakni Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ihsan Yunus.

Lokasi tersebut berada di Jalan Raya Hankam, Cipayung, Jakarta Timur.

Lalu lokasi kedua adalah sebuah rumah di Perum Rose Garden, Jati Asih, Bekasi.

Usai disambangi penyidik KPK yang menggunakan empat mobil, gerbang rumah di Cipayung tersebut kembali di tutup rapat.

Maah mengatakan selama ini ia tak tahu dengan jelas siapa yang menempati rumah tersebut.

Ia yang sudah menjabat sebagai Ketua RW selama 21 tahun menuturkan hanya mengetahui pemilik rumah tersebut atas nama Anita.

Namun, itupun diakuinya sudah belasan tahun lalu saat satu simpatisan datang untuk dibuatkan pengantar dengan alamat rumah tersebut.

"Kalau itu ya kita tahu cuma itu ibu dan bapaknya ya, kalau sekarang enggak tahu. Tadi ada informasi penggeledahan demi Allah kami tidak tahu, yang tinggal itu siapa kami tidak tahu. Yang kami tahu itu hanya Ibu Anita dari pas beli tanah itu saya pernah bikin pengantaran, namanya Anita yang diantar oleh simpatisan," jelas Maah di Cipayung, Selasa (12/1/2021).

Menurutnya penghuni di rumah tersebut tertutup.

Ditambah kondisi rumah yang besar dengan gerbang yang tinggi membuat perangkat RT maupun RW sulit untuk menyambangi rumah tersebut.

"Ya tertutup. Saya pernah masuk rumah itu 1 kali dan memang keluarga bapak ini sangat eksklusif. Untuk tahunnya saya lupa, tapi pada saat itu peresmian rumah tinggal di situ. Saat itu ibunya, kalau tidak salah menjadi pejabat anggota DPR RI atau gitu, karena memang tidak lapor ke Pak RT dan kami ya susah juga,"

"Jadi kita susah kalau cuma RT , RW, PKK, Jumantik tidak bisa masuk sembarangan karena depannya ada satpamnya. Bahkan sampai data pun kalau kita minta sulit sekali," ungkap Maah.

Mirisnya, Maah mengatakan bila Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang sempat masuk ke rumah tersebut dilaporkan kepada pihak kelurahan oleh penghuni rumah.

Kala itu, kata dia, sejumlah kader Jumantik datang untuk memeriksa jentik nyamuk saat kasus demam berdarah dengue (DBD) tinggi di wilayah tersebut.

Usai dibukakan pintu gerbang dan berizin, kader Jumantik segera memeriksa jentik yang ada.

Naas, selanjutnya mereka justru dilaporkan ke pihak kelurahan dengan tuduhan perbuatan tak menyenangkan.

"Karena pada saat itu kasus sangat tinggi sekali demam berdarah rumah tersebut kita di bukain pintu. Saya tidak ikut hanya di depan doang. Tapi yang punya rumah keberatan, akhirnya kita dilaporin ke kelurahan bahwa di sini ada penggerebegan dari warga yang jatuhnya perbuatan tidak menyenangkan," ujar Maah.

Maah yang sudah pasang badan segera menjelaskan kepada pihak kelurahan bila kedatangannya saat itu untuk memeriksa jentik nyamuk.

Baca juga: Aziz Yanuar Tegaskan Tak Perlu Beberkan Rekam Medis Muhammad Rizieq Shihab

Baca juga: Tiba di Dermaga JICT II, Black Box FDR Sriwijaya Air SJ-182 Langsung Diserahkan ke KNKT

Baca juga: Kepala BNPB: Adanya Vaksin Jangan Sampai Membuat Kita Kendor

Sejumlah jentik pun ditemukan oleh para kadernya.

"Dengan Pak Lurah kami jelaskan, kami membantu pemerintah ah daerah dan ini adalah petugas-petugas kami dan kami resmi. Kemudian dibukakan gerbang, kalau tidak dipersilakan oleh satpam maka kami tidak masuk karena gerbang yang tinggi ada CCTV juga. Tapi saat itu kami dipersilakan masuk," jelasnya

"Kader jumantik di mana gitu ngecek satu persatu karena rumahnya sangat besar, tamannya luas tidak bisa hanya satu dua petugas. Saat itu sekurang-kurangnya 5 sampai 10 petugas menyebar, dari situ ditemukan jentik nyamuk itu ada," tambahnya.

Selepas kejadian itu, pihaknya tak penah lagi masuk ke dalam rumah tersebut.

"Tidak ada komunikasi lagi dengan penghuni rumah. Untuk data (kependudukan) ada di Pak RT, mungkin di Pak RT lama karena yang ini baru menjabat setahun lalu. Kemudian ada data yang diperbaharui dari Pemda DKI yang dibantu oleh petugas dasawisma oleh ibu-ibu," ujarnya.

"Nah ibu-ibu itu mendata siapa kepala rumah tangganya, kemudian sampai sertifikat PBB, surat nikahnya lengkap semua dimintain, tapi khusus rumah itu sampai saat ini tidak ada karena tidak bisa masuk. Jadi ke pihak RT dan RW tertutup," jelasnya.

Maah menambahkan bila di rumah tersebut ada kegiatan seperti santunan, penghuni rumah sudah membawa anak yatim dari luar yang didatangkan ke rumah tersebut saja.

Sehingga warga sekitaran tak tahu apapun dan hanya tahu bahwa rumah tersebut sedang mengadakan acara ramainya tamu yang datang ketika gerbang dibuka.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved