Antisipasi Virus Corona di DKI

Jamu dan Vitamin Dipilih Penggali Makam TPU Srengseng Sawah Sebagai Tameng dari Intaian Covid-19

Yanto Suyono (55) misalnya, ia rutin sarapan dan minum vitamin sebelum berangkat ke TPU Srengseng Sawah dari rumahnya di kawasan Menteng Pulo

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Seorang pria tampak memeluk papan pusara mengiringi empat petugas makam yang tengah membawa peti jenazah Covid-19 di TPU Srengseng Sawah pada Rabu (20/1/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Keseharian para penggali pusara di Taman Pemakaman Umum (TPU) di Jakarta Selatan beberapa minggu ini berbeda.

Mereka diberikan tugas baru sebagai penggali pusara khusus Covid-19 yang terletak di TPU Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Bila kebanyakan orang menjauh dari intaian Covid-19, mereka sebaliknya, bekerja memakamkan jenazah Covid-19.

Para penggali makam pun menyiapkan 'tameng' sebagai pelindung dari Covid-19 yang mengintai saat bertugas di pemakaman.

Yanto Suyono (55) misalnya, ia rutin sarapan dan minum vitamin sebelum berangkat ke TPU Srengseng Sawah dari rumahnya di kawasan Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan.

Istri dan anaknya selalu mengingatkannya. Ia juga tak lupa menenggak jamu sebelum berangkat.

"Enggak pernah saya enggak diingatkan. Setiap abis salat subuh, "ayah kalau mau berangkat sarapan dulu". Minum jamu seduh juga. Buat kesehatan dan pegal linu," ceritanya kepada TribunJakarta.com.

Suryadi Yahya (46), petugas makam lainnya juga menelan vitamin sebelum memulai kerja.

Para penggali makam yang berdinas di TPU Srengseng Sawah diberikan asupan vitamin dari kantor.

Sedangkan Ade (44) setiap pagi rutin menenggak jahe panas untuk menjaga daya tahan tubuh.

"Saya minum jahe setiap pagi. Kita harus jaga kesehatan dan pola makan," tambahnya.

Rutin ganti seragam

Yanto juga rutin mengganti seragam setiap hari secara ketat.

Sebelum memasuki rumah, ia terlebih dahulu menanggalkan seragamnya lalu merendamnya di ember.

"Direndam dulu selama dua hari pakai deterjen. Baru dicuci. Saya punya 3 cadangan seragam," ceritanya.

Mandi juga menjadi prioritasnya seusai bekerja di pemakaman.

Usai menanggalkan seragamnya, Yanto bergegas masuk ke kamar mandi sebelum bertemu dengan istri dan anaknya.

"Mandi itu nomor satu. Sebelum masuk rumah, seragam taruh di depan. Baru ambil handuk dan langsung masuk kamar mandi. Demi kesehatan saya dan keluarga," pungkasnya.

Sebuah ibadah

Para penggali makam pun tak kenal letih menggali pusara untuk jenazah Covid-19.

Sengatan matahari yang memanggang kulit dan hujan yang mengguyur sekujur tubuh tak mengurungkan niat mereka untuk menuntaskan sebuah tugas.

Bagi mereka, tugas memakamkan jenazah Covid-19 adalah sebuah ibadah kepada sang pencipta.

Saat petang merambat, Yanto Suyono (56) tengah melepas lelah bersama petugas makam lainnya di bawah naungan pohon di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Pria asal Surabaya itu bersama rekan-rekannya baru selesai menggotong jenazah Covid-19 dari mobil ambulans menuju pusara.

Yanto sebenarnya berdinas di TPU Menteng Pulo, Tebet.

Namun, ia dan sejumlah teman-temannya dari TPU lainnya di Jakarta Selatan diminta untuk membantu memakamkan jenazah Covid-19 di TPU Srengseng Sawah. 

Pasalnya, TPU ini menjadi tempat pemakaman umum khusus Covid-19 di wilayah Jakarta Selatan.

Tampak sebagian dari mereka meregangkan otot-otot dengan berbaring di samping sebuah pusara di waktu istirahat.

Ada juga yang nikmat melahap sepiring siomay.

Yanto ikhlas mengemban tugas memakamkan jenazah Covid-19. Sudah kewajibannya sebagai petugas makam.

"Kita ridho dan ikhlas melakukan tugas ini. Hitung-hitung ibadah, itu aja," ungkapnya sambil duduk di tepi makam kepada TribunJakarta.com.

Saat itu, Yanto bertugas sebagai pembawa peti jenazah berukuran 2,2 meter. Kemarin, ia bertugas sebagai penggali makam.

"Setiap hari selang-seling tugasnya," tambahnya.

Bila bertugas sebagai tukang gali makam, ia harus bekerja sebaik mungkin agar tidak mengecewakan ahli waris ataupun pihak keluarga.

"Kita rapihkan makam sebaik mungkin, supaya keluarga mereka enggak kecewa. Sudah dimakamkan dalam kondisi seperti ini jangan dibikin kecewa lagi," jelasnya.

Ade (44), petugas makam dari TPU Tanah Kusir, juga sependapat dengan Yanto.

Ia, yang ditugaskan di TPU Srengseng Sawah, menganggap tugas yang dilakukannya ini adalah sebuah ibadah.

"Ini ibadah. Kalau kita (petugas makam) kena semua, siapa yang mau makamin lagi?" tambahnya.

Kerja sampai malam

Para penggali makam juga harus merelakan waktu pulang tak seperti hari-hari biasanya. 

Sebab, mobil ambulans pembawa peti jenazah silih berganti datang ke tempat pusara tak kenal waktu.

Biasanya mereka baru bisa pulang sekira pukul 22.00 WIB.

"Karena mobil ambulans yang datang kan bukan hanya bawa jenazah dari Jakarta Selatan saja, tapi seluruh Jakarta," lanjut Yanto.

Suryadi Yahya (46) petugas pusara lainnya mengatakan pendapat senada.

Tenaga mereka juga terkuras lantaran jenazah terus berdatangan sejak pagi hingga malam hari.

"Tenaga kita lebih ekstra. Harusnya kita biasanya pulang jam 6 atau jam 7 malam. Tapi jam setengah 10 malam aja masih di sini karena tugas," sambungnya.

Ade menambahkan dalam sehari, mereka bisa memakamkan hingga 56 jenazah dari pagi hingga malam hari.

Paling banyak, lanjutnya, pernah mencapai 70 jenazah per harinya.

"Untuk makamin kita juga dibantu dengan alat pengeruk (ekskavator). Jadi pakai tangan iya, pakai alat juga iya. Kalau 56 jenazah semua pakai tangan (galinya), modar kita," tambah pria asal Pandeglang tersebut.

Suasana duka di pemakamam

Dari kejauhan, seorang ibu duduk bersimpuh menengadahkan kedua tangannya seraya meratapi jenazah Covid-19 yang akan dikebumikan di sebuah pusara di TPU Srengseng Sawah.

Usai memanjatkan doa, ibu itu seketika menutup wajahnya yang terlihat sendu.

Suasana mendung menyelimuti kalbunya. Tangisnya tak terbendung.

Ia lalu bersujud menghadap pemakaman khusus Covid-19 yang terletak di seberangnya itu.

Usai ibu itu meninggalkan makam, seorang bapak tak kuasa menahan tangis selepas mengantarkan jenazah Covid-19 ke tempat peristirahatan terakhir.

Dengan gontai dan lesu seraya terisak, ia lalu dibopong petugas keamanan menjauh dari makam. Melintasi suara mesin ekskavator yang terus meraung-raung menggali makam.

Ada lagi seorang pria duduk sembari menghadap pemakaman khusus Covid-19.

Pemuda itu terlihat tegar dari dua peziarah sebelumnya. Matanya nanar meratapi jenazah ibunya yang tengah dimakamkan.

"Kita dari Jakarta Timur, ibu saya lalu dibawa ke sini," ungkapnya singkat.

Dari kejauhan, suara azan terdengar sayup sayup. Seorang pria tampak sedang melantunkan azan dengan nada bergetar di depan nisan kayu keluarganya. 

Beberapa ratus meter dari pemakaman khusus Covid-19 itu, ambulans dari berbagai rumah sakit di Jakarta pun juga terlihat tak kenal waktu datang ke TPU Srengseng Sawah.

Tampak satu di antara anggota keluarga memeluk papan pusara seraya berjalan mengiringi empat petugas yang membawa peti jenazah dari mobil ambulans.

Pemandangan sore itu diselimuti suasana pilu. Sebagian mata dari para peziarah berkaca-kaca menatap kosong makam khusus Covid-19. 

Mereka berkerumun dengan sesak di dada melepas kepergian keluarga, sanak saudara maupun kerabat dekat.

Petugas acapkali mengingatkan mereka untuk menjaga jarak. Namun, imbauan itu kadang hanya sekadar angin lalu.

Penggali makam, Ade (44) yang melihat suasana itu ikut-ikutan terbawa suasana dan sedih.

Ia tak bisa membayangkan betapa sedih melihat keluarga yang dicintai dimakamkan sesuai protokol tetap Covid-19.

"Dulu kan (sebelum pandemi) keluarga bisa deket ke makam. Kalau kayak begini enggak bisa dideketin atau ditengokin dari deket," ujarnya sembari melihat proses pemakaman yang dilakukan teman-temannya itu.

Ade pun bertekad akan terus membantu menggali makam ataupun menggotong peti jenazah Covid-19 untuk membantu keluarga yang ditinggal.

"Saya sedih melihatnya, makanya saya juga harus jaga kesehatan dan pola makannya dijaga," tambah pria asal Pandeglang tersebut.

Ia menganggap tugas yang dilakukannya ini adalah sebuah ibadah.

Namun, Ade memohon doa dari para peziarah agar para petugas makam selalu dilindungi dari Covid-19.

Bisa tampung 700 makam

Sebelumnya, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, sudah mulai digunakan untuk mengebumikan jenazah pasien Covid-19.

Pihak pengelola menyediakan lahan seluas 5.000 meter persegi atau setengah hektar sebagai tempat pemakaman jenazah pasien Covid-19. Lahan tersebut berada di blok Muslim.

"Lahan pemakaman jenazah Covid-19 ada di blok yang di ujung dekat Setu Babakan, masuknya blok Muslim,” kata Kepala Satuan Pelaksana Zona 15 TPU Srengseng Sawah Sutandio saat dikonfirmasi, Kamis (14/1/2021).

Di lahan seluas 5.000 meter persegi tersebut, Sutandio memperkirakan TPU Srengseng Sawah dapat menampung 700 makam pasien Covid-19.

Baca juga: Thailand Open 2021: Hanya 3 Wakil Indonesia ke Babak Perempat Final, Ini Peluang Lolos ke Semi Final

Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 di DKI Jakarta: Tambah 3.151 Pasien, Jumlah Kasus Positif Capai 239 Ribu 

Baca juga: 35 dari 47 Jenazah Korban Sriwijaya Air yang Teridentifikasi Sudah Diserahkan ke Pihak Keluarga

"Bisa untuk sekitar 700 makam. Lahannya digunakan untuk makam baru," ujar dia.

Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan Winarto mengatakan, pemakaman jenazah pasien Covid-19 dilakukan sejak Selasa (12/1/2021) lalu.

"TPU Srengseng Sawah sekarang jadi pemakaman (jenazah pasien) Covid-19," kata Winarto saat dikonfirmasi, Rabu (13/1/2021).

Winarto menjelaskan, TPU Srengseng Sawah diperuntukkan sebagai makam khusus pasien Covid-19 setelah TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon penuh.
 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved