Pedagang Jualan Lagi Pasca-Mogok 3 Hari, Harga Daging di Pasar Kranji Baru Bekasi Naik

Pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru Kota Bekasi mulai beraktivitas jual beli hari ini, Sabtu (22/1/2021).

Istimewa/Pasar Kranji Baru
Aktivitas pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru Bekasi mulai beroperasi hari ini setelah mogok jualan, Sabtu (23/1/2021). 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI TIMUR - Pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru Kota Bekasi mulai beraktivitas jual beli hari ini, Sabtu (22/1/2021).

Pedagang daging sapi sebelumnya sempat menggelar aksi mogok jualan.

Kepala Pasar Kranji Baru Bekasi Aman mengatakan, harga jual daging sapi di pasarnya mengalami kenaikan pasca-aksi mogok jualan pedagang selama kurang lebih tiga hari.

"Aktivitas sudah kembali seperti biasa, cuma untuk harga ada kenaikan dari yang biasa Rp120 ribu per kilogram sekarang jadi Rp125 ribu per kilogram," kata Aman.

Dia menjelaskan, kenaikan harga jual ini dilakukan untuk menutup modal pedagang.

Sebab, hingga kini harga daging sapi dari rumah potong hewan (RPH) masih mahal.

"Karena juga bahan bakunya mahal, pedagang itulah harus mengambil risiko supaya bisa menutupi modal mereka," terangnya.

Sementara itu, Tim Monitoring Harga Pasar Baru Bekasi, Suhaimi mengatakan, aktivitas jual beli pedagang daging sapi di tempatnya juga sudah mulai kembali normal.

Namun yang membedakan, harga jual daging sapi di Pasar Baru Bekasi berdasarkan hasil monitoringnya tetap diangka Rp120 ribu per kilogram.

"Alhamdulillah semua pedagang daging Pasar Baru sudah aktif berjualan kembali hari ini dengan tidak ada kenaikan tetap harga Rp120.000 per kilogram," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, puluhan kios pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru, Jalan Patriot, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi kosong melompong tak ada aktivitas, Rabu (20/1/2021).

Kondisi ini disebabkan, aksi mogok jualan yang dilakukan pedagang daging sapi di Bekasi imbas kenaikan harga yang terus terjadi.

Stok daging beku milik salah satu pedagang di Pasar Kranji Baru Bekasi imbas tak laku karena harga jual yang tinggi, Rabu (20/1/2021).
Stok daging beku milik salah satu pedagang di Pasar Kranji Baru Bekasi imbas tak laku karena harga jual yang tinggi, Rabu (20/1/2021). (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Pantauan TribunJakarta.com, suasana puluhan kios daging sapi di Pasar Kranji Baru kosong, tidak ada aktivitas pedagang.

Blok kios pedagang daging sapi berada di lantai dasar Pasar Kranji Baru, lalu lalang aktivitas pengunjung pasar tampak ramai beberapa blok kebutuhan pangan lain.

Lampu kios pedagang daging tetap dihidupkan, tetapi tidak ada pelaku usaha yang berjaga di kios miliknya.

Meja lapak jualan daging yang biasanya dipenuhi degangan kosong, hanya tersisa bantalan kayu yang kerap digunakan untuk memotong daging.

Lemari es di tiap-tiap lapak penjual daging dikunci rapat, pedagang memasang rantai yang digembok mengitari pintu untuk membuka tempat penyimpanan daging tersebut.

Rudi (34) pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru mengaku bersama puluhan pedagang mogok jualan sebagai bentuk solideritas Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Jabodetabek.

"Mulai hari ini enggak jualan, saya sekarang cuma mampir ke pasar aja lihat kios," kata Rudy saat dijumpai.

Sementara itu, hal yang sama juga dilakukan pedagang daging sapi di Pasar Baru Bekasi Timur. Hal ini disampaikan Tim Monitoring Suhaimi.

"Hari ini tidak jualan (pedagang daging sapi) tutup total, mereka menyampaikan aspirasi minta dinormalkan kembali harga dari pemotongan hewan," tegasnya.

Harga Jual Sulit Untung

Mogok dagang dilakukan pedagang daging sapi di wilayah Kota Bekasi, seperti yang terjadi di Pasar Kranji Baru, Jalan Patriot, Kecamatan Bekasi Barat, Rabu (20/1/2021).

Rudi (34), pedagang daging sapi di Pasar Kranji Baru mengatakan, mogok dagang dilakukan lantaran harga jual yang sulit untung.

"Sekarang karkasnya naik sudah Rp90.000-an per kilogram, kalau dari karkas paling dagingnya sekian persentasenya enggak masuk," kata Rudi di kiosnya.

Karkas daging sapi merupakan satuan yang biasa digunakan pedagang pasar ketika membeli dari rumah pemotongan hewan (RPH).

Rudi menjelaskan, dalam satu kilo karkas, persentase daging utuhnya hanya sekitar 40 persen dengan selebihnya berupa tulang, tetelan dan sebagainya.

"Kan dipecah ada tulang iga, ada sumsum ada tetelan, ada dagingnya berapa kilo, nah kalau harga jual per kilo daging Rp120.000 kita susah untungnya," terang dia.

Baca juga: Viral Wanita Disebut Istri Syekh Ali Jaber, Adik Sang Ulama Bantah: Bukan Ummu Nadia atau Ummu Fahad

Baca juga: 3 Tuntutan Gubernur Anies ke Pemerintah Pusat Soal Penanganan Covid-19 di Jabodetabek

Baca juga: Jaga Ekosistem, Anggota DPRD DKI Ima Mahdiah Tebar Ribuan Bibit Ikan di Waduk Grogol

Kenaikan harga karkas daging sapi kata dia, sudah mulau mengalami kenaikan cukup lama sejak momentum Natal 25 Desember 2020 lalu.

Sebelumnya, Rudi memiliki perhitungan modal Rp110.000 per kilogram daging sapi yang sudah dipecah dari bentuk karkas dengan harga jual Rp120.000 ke pembeli.

Dengan perhitungan harga modal karkas daging sapi dengan harga jual seperti itu, dia mengaku masih bisa mendapatkan untung.

"Dari pas Natal (2020), itu sudah naik harga daging (karkas per kilogram) dari Rp1000, Rp2000, kita masih ada lebihnya (untung) sedikit makanya waktu itu tetep jualan," terangnya. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved