Polisi Larang Warga Berselfie Ria di Fly Over Tapal Kuda

Sambodo tak menjelaskan apakah pelarangan akan diterapkan dengan pemasangan rambu khusus atau tidak.

Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI
Penampakan fly over tapal kuda Lenteng Agung dari ketinggian, Minggu (31/1/2021). 

TRIBUNJAKARTA.COM- Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo memastikan pihaknya akan melarang warga berselfie ria di Fly Over Tapal Kuda Tanjung Barat dan Lenteng Agung, yang baru saja selesai dibangun dan diujicoba selama tiga hari lalu, mulai Minggu (31/1/2021) sampai Selasa (2/2/2021).

"Untuk yang selfie-selfie ini memang ya, karena ini kan lagi booming, karena atap rumah di sekitar flyover sudah bagus dan sudah di cat. Nanti kalau sudah operasional tentu kita larang," kata Sambodo di Mapolda Metro Jaya, Rabu (3/2/2021).

Namun Sambodo tak menjelaskan apakah pelarangan akan diterapkan dengan pemasangan rambu khusus atau tidak.

"Kemarin kan masih uji coba. Kami sendiri juga sudah survey kesana untuk melihat. Terutama yang di Lenteng Agung di turunan itu, langsung bersamaan dengan persimpangan. Nah ini nanti kita lihat seperti apa rekayasanya, supaya menimbulkan kelancaran sesuai sisi safetynya," ujar Sambodo.

Seperti diketahui Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, melalui dinas Bina Marga, tengah melakukan uji coba flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, terhitung sejak Minggu (31/1/2021) sampai Selasa (2/2/2021).

Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho mengungkapkan, kedua flyover sudah ditutup kembali setelah uji coba agar dapat dievaluasi.

Flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung dibangun sejak Oktober 2019. Pembangunan flyover tersebut berdasarkan lelang dan telah dimenangkan PT Jakon (flyover Tanjung Barat), PT PP (flyover Lenteng Agung).

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan, proyek pembangunan kedua jembatan layang tersebut menggunakan anggaran APBD DKI sebesar Rp 140,8 miliar.

Pada awalnya, Anies menargetkan flyover tersebut dapat tuntas pada akhir 2020 sehingga bisa digunakan pada 2021.

Adapun tujuan dari pembangunan kedua flyover tersebut adalah supaya nantinya dapat mengurai kemacetan di perlintasan rel kereta api Lenteng Agung.

Tujuan lainnya, adalah menghapus perlintasan sebidang kereta api di daerah tersebut, meminimalisir kecelakaan lalu lintas dengan kereta api, dan mengamankan perjalanan kereta api.

Baik flyover Tanjung barat maupun Lenteng Agung memiliki ketinggian yang sama, yakni masing-masing setinggi 6,5 meter. Akan tetapi, ukuran panjang kedua jembatan layang itu berbeda.

Flyover Tanjung Barat mempunyai panjang total 1.120 meter, dengan rincian sisi selatan 470 meter, sisi utara 580 meter dengan lebar 8 meter.

Flyover Tanjung Barat berbentuk seperti huruf U yang dibangun di putaran balik depan kampus IISIP Lenteng Agung dan Poltangan di Jalan Tanjung Barat Raya.

Di sisi lain, flyover Lenteng Agung memiliki panjang total 880 meter dengan rincian sisi barat depan IISIP 430 meter dan sisi timur 450 meter.

Sementara itu, Hari mengklaim bahwa desain flyover yang menyerupai tapal kuda tersebut baru pertama di Indonesia.

Sehingga, dirinya memprediksi flyover tersebut dapat menjadi ikon baru Kota Jakarta.

"Tapi jangan salah dengan model tapal kuda, ini menjadi ikon, bukan hanya Jakarta, tapi Indonesia. Ini pertama di Indonesia loh. Nanti kalau kamu lihat di drone, dari atas, itu akan menjadi, wah udalah keren, cakep," kata Hari.

Menurut dia, Pemprov DKI telah melakukan berbagai kajian dan review sebelum membangun jalan layang dengan model tapal kuda itu.

"Kita sudah mengkaji juga dari sisi review design, dari sisi kemacetan, semua sudah kita pikirin. Memang kalau dari sisi estetika, underpass clear," ungkapnya.

Selain memiliki model yang unik, lanjut Hari, pembangunan jalan layang juga dinilai lebih mudah dibandingkan membangun jalan dengan model underpass  (terowongan).

"Kalau underpass, kondisinya lebih rumit karena atasnya kan jalur kereta api. Kita nutup jalan permanen, kalau flyover nutup jalan separuhnya saja. Underpass itu bisa ditutup permanen, itu macetnya kayak apa. Kedua secara pekerjaan lebih enak flyover," jelasnya.

Bahkan, menurut Hari, biaya pembangunan flyover juga disebut lebih murah dibandingkan harus membangun underpass.

"Ya mungkin lebih murah flyover lah daripada underpass," tambah Hari.
Tak hanya itu, ada jembatan penyeberangan orang (JPO) yang juga dibangun di tengah flyover Tanjung Barat dan Lenteng Agung.

JPO tersebut ditujukan untuk para pejalan kaki yang ingin menyeberang melintasi rel kereta api.

Pilu Warga Perumahan Anastra Village Bekasi, Langganan Banjir dan Lama Surut

Maling Uang Kotak Amal di Koja Ngaku Punya Saudara dekat TKP, Orang yang Dituju Ternyata Tak Kenal

Keterisian Rumah Sakit Menurun, Tempat Tidur ICU Khusus Covid-19 di Tangsel Kembali Tersedia 

"Flyover double u turn ini akan dilengkapi juga dengan jembatan penyeberangan orang (JPO) sebagai sarana bagi penyeberang jalan yang akan melintasi rel kereta api," ujarnya.

Hari memaparkan, letak JPO akan searah dan sejajar di tengah flyover double u turn yang bentuknya menyerupai tapal kuda jika dilihat dari udara.

"Di tengah-tengah flyover, akan dibangun JPO yang dilengkapi dengan lift," jelasnya.

Berita ini telah tayang di Warta Kota berjudul: Dirlantas Polda Metro Jaya Larang Warga Berselfie Ria di Fly Over Tapal Kuda

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved