Lengserkan AHY dan Bergabung ke Tim Kudeta, DPC Demokrat di Sulut Ditawari Uang Pelicin Rp100 Juta
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat di wilayah Bolaang Mongondow Raya sempat ditawari uang Rp100 juta untuk bergabung ke tim kudeta.
Tak hanya itu, Marzuki saat itu juga tak diundang hadir dalam rapat pimpinan nasional Partai Demokrat yang digelar di JCC Senayan pada Juli 2015.

"Jadi bukan saya yang tidak ingin berbuat lagi untuk Partai Demokrat, tapi SBY-lah yang menentukan bahwa kita tidak perlu lagi ada dalam Partai Demokrat," tandas dia.
Kini Dituding Terlibat Rencana Kudeta Demokrat

Isu terkait rencana kudeta Partai Demokrat semakin memanas.
Sejumlah nama disebut-sebut terlibat dalam rencana tersebut.
Satu di antaranya adalah Marzuki Alie yang merupakan politikus senior Demokrat.
Mendengar namanya disebut sebagai satu diantara sosok yang merencakan kudeta terhadap Demokrat, Marzuki Alie pun buka suara.
"Kudeta apa si? Lalu kenapa memangnya, misalnya ada? Kok ramai."
"Partai biasa ada gonjang-ganjing, ada trik kanan, trik kiri, ada suka tidak suka," ujar Marzuki Alie saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2/2021), dilansir Tribunnews.
Ia menilai, seharusnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat tak menjadi pemimpin yang cengeng.
Menurutnya, seorang pemimpin harus bisa mengkonsolidasikan kekuatan di bawahnya.
• Ada Wacana Penundaan Pilkada, Pemprov DKI Akan Ikuti Keputusan Pemerintah Pusat
"Seorang pemimpin harus mampu mengkonsolidasikan kekuatan di bawahnya."
"Tidak usah cengeng, mau surati Pak Jokowi, jangan cengeng lah," ujar mantan Ketua DPR RI ini.
"Artinya, pimpin secara profesional, tegaskan aturan partai, mekanisme partai diikuti," imbuh dia.
Tak hanya itu, Marzuki juga menilai AHY tak memiliki etika karena mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait masalah partai.
Karena itu, ia meminta agar AHY bisa bersikap lebih bijaksana dalam memimpin Demokrat.
"Beliau orang muda, bagus. Tapi mulai lebih bijak lagi, apalagi bicara di ruang publik."
"Boleh dia ngomong, tapi tidak boleh nyebut nama presiden, klarifikasi ke presiden, etikanya tidak ada," tutur Marzuki.
"Bagaimana kalau SBY dulu diperlakukan seperti itu, tidak enak juga."
"Pasti tidak mungkinlah Pak Jokowi menanggapi itu, kan tidak pas juga."
"Kalau ada orang, si A, si B, tunjuk aja hidungnya, dan dia harus menyampaikannya, jangan orang-orang sekitarnya nuduh-nuduh," pungkas dia.
Langsung Hubungi SBY

Mendengar namanya disebut terlibat rencana kudeta terhadap Partai Demokrat, Marzuki Alie pun langsung menghubungi Ketua Majelis Tinggi Demokrat, SBY.
Mengutip Tribunnews, Marzuki menghubungi SBY via WhatsApp.
Dalam pesannya, Marzuki meminta agar tuduhan yang ditujukan padanya dibuktikan.
"Saya sudah WA (WhatsApp) ke Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), saya minta tolong dibuktikan."
"Kalau tidak bisa buktikan, saya minta dia disanksi sesuai AD/ART partai," kata Marzuki, Selasa (2/2/2021).
Ia menganggap tuduhan yang ditujukan padanya tak memiliki dasar dan bukti.
Marzuki bahkan memberikan ancaman jika tuduhan padanya sama sekali tak terbukti.
Ia meminta agar AHY mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Demokrat.
"Kalau dia bisa buktikan, ayo buktikan. Tapi kalau tidak bisa buktikan, awas loh."
• Hadiah Ultah Syekh Ali Jaber Hari Ini Batal Diberikan, Hasan Tak Berharap Ayah Hadir di Mimpinya
"Kalau AHY nuduh saya tidak bisa buktikan, dia mundur dari Ketua Umum, kalau dia nyebut nama saya," pungkas dia.
Dikutip dari Kompas.com, nama Marzuki Alie disebut politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik.
Selain Marzuki, Rachland menyebut tiga nama lainnya, yakni Jhoni Allen, Nazaruddin, dan Darmizal.
"Marzuki Alie, Jhoni Allen, Nazaruddin, dan Darmizal," ungkap Rachland lewat pesan singkat, Selasa.
Sementara itu, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, juga menyebut nama lainnya yang diduga terlibat, yakni Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.
"Berdasarkan pengakuan, kesaksian, dari BAP sejumlah pimpinan tingkat pusat maupun daerah Partai Demokrat yang kami dapatkan, mereka dipertemukan langsung dengan KSP Moeldoko yang ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional untuk kepentingan pencapresan 2024," beber Herzaky dalam keterangan tertulis, Senin (1/2/2021).

Adanya rencana kudeta terhadap Demokrat ini pertama kali diungkap AHY dalam konferensi pers di Taman Politik, Wisma Proklamasi DPP Demokrat, Senin.
Dalam kesempatan tersebut, AHY mengatakan ada lima sosok yang terlibat dalam gerakan kudeta Demokrat.
Mereka adalah satu kader aktif, satu kader yang sudah enam tahun tak aktif, satu mantan kader yang diberhentikan karena kasus korupsi, satu kader yang telah keluar tiga tahun lalu, dan satu nonkader yang merupakan pejabat tinggi pemerintahan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DPC Demokrat di Sulut Sempat Ditawari Uang Rp 100 Juta oleh "Tim Kudeta", Namun Menolak" dan Tribunnews.com dengan judul AHY Ungkap 'Rencana Kudeta' Terhadap Partai Demokrat Didalangi 5 Orang, Siapa Mereka?