Food Story
Kisah Soto Betawi Sambung Nikmat nan Legendaris di Pondok Pinang: Sampai Dikirim ke Mancanegara
Pelanggan memesan Soto Betawi Sambung Nikmat untuk dibawa ke luar negeri. Penjual pernah meladeni pesanan ke Singapura, Inggris, Belanda dan Belgia
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN LAMA - Salah satu alasan orang setia menjadi pelanggan di rumah makan ialah karena kualitas rasa.
Berapapun harga bila pelanggan kadung cinta sukar untuk ditawar. Seporsi Soto Betawi Sambung Nikmat H Ridwan di Pondok Pinang menjadi bukti perkataan itu.
Usaha Soto Betawi H Ridwan bermula sekitar tahun 1987. Sebelum memulai merintis usaha kuliner, Ridwan bekerja sebagai tukang sayur keliling pada tahun 1980.
Suatu ketika, Ridwan terbersit memulai usaha makanan betawi.
"Sebelum bikin soto, beliau sempat jualan nasi uduk pada tahun 1985," ujar Suhada (48), anak keempat H Ridwan sekaligus penerus usaha Kedai Soto Betawi Sambung Nikmat kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Rabu (17/1/2021).
Dua tahun berselang, Ridwan beralih berjualan soto betawi. Suhada berkisah bahwa ayahnya meracik sendiri resep membuat soto sarat santan itu.
Baca juga: Lezatnya Soto Betawi Sambung Nikmat di Pondok Pinang: Disajikan di Piring Rp 75 Ribu per Porsi
Baca juga: Apes Jual Motor Curian Lewat Facebook Tepergok Korbannya, Maling di Bekasi Diringkus Polisi
Baca juga: Mengenal Kompol Fajar Hari, Sosok Pengganti Kompol Yuni yang Dicopot karena Dugaan Kasus Narkoba
Ia kerap berimprovisasi untuk membuat resep sampai akhirnya Ridwan berhasil menemukan ramuan soto yang klop di lidahnya.
Pada tahun 1990, kedai soto Ridwan mulai banyak dikenal orang. Mereka seakan tersihir dengan kelezatan racikan dari tangan Ridwan sendiri. Jumlah pelanggan ke rumah makannya pun meningkat.
Suhada mengenang masa kecilnya kala melihat ayahnya berjualan. Dulu, depan rumahnya menjadi tempat untuk berdagang soto. Akan tetapi, kini kedai sotonya sudah diperlebar. Ridwan membeli rumah di dekatnya dari hasil jualan soto.
"Awal pertama kali jualan udah langsung di rumah. Dulu enggak besar lahan jualannya hanya sekitar 60 meter persegi. Tapi sekarang sudah seluas ini. Lumayan lah sekarang hampir 400 meter," lanjutnya.
Baca juga: Penemuan Mayat di Kebon Pala, Diduga Pemuda yang Lompat dari Flyover Kalibata
Disukai banyak orang
Suhada bercerita sejak dulu Soto Betawi ayahnya sudah dikenal banyak orang.
Banyak pelanggannya berasal secara turun temurun. Mereka enggan berpaling ke lain hati. Lidah mereka sudah kadung terbuai dengan kenikmatan racikan tangan mendiang Ridwan.
"Pelanggan-pelanggan saya ini turun temurun. Dari bapaknya ke anaknya. Saya masih bisa kenalin, pelanggan-pelanggan lama, anak-anak mereka seperti apa," ujarnya.

Terkadang, pelanggan memesan sotonya untuk dibawa sendiri ke luar negeri. Ia pernah meladeni pesanan ke Singapura, Inggris, Belanda dan Belgia.
Suhada teringat dulu harga seporsinya pernah sekitar Rp 1.250 hingga kini seharga Rp 75 ribu satu porsi.
Untuk ukuran seporsi soto, harga itu tentu mahal. Namun, Suhada menjamin harga sepadan dengan kualitas rasa.
Banyak pejabat dan artis tanah air yang sudah menjajal kenikmatan soto betawi ini.
Kini, H Ridwan telah tutup usia. Usaha soto betawi dilanjutkan oleh istrinya, Hajjah Atiyah (82) dan keenam anaknya.
Lezatnya soto betawi H Ridwan
Rumah Makan Sambung Nikmat beralamat di Jalan Ciputat Raya Nomor 2 Jakarta Selatan.

Dari luar, tak ada yang istimewa dengan rumah makan di tepi jalan raya ini. Bangunan rumahnya terlihat biasa saja alias sederhana. Hanya ada tulisan Soto Betawi di kaca etalase.
Namun, banyaknya mobil yang terparkir membuat saya yakin bahwa restoran ini tak biasa.
Begitu memasuki area dalam ruang makan, seorang karyawan paruh baya langsung menyapa saya dan menyilakan duduk di meja makan.
Tak jauh dari saya duduk, terlihat tulisan kecil "sudah dipesan" di atas sejumlah meja, yang menandakan akan ada pengunjung lebih dari dua orang datang demi menyantap Soto Betawi itu.
Saya memesan seporsi soto betawi campur yang bisa dibilang legendaris ini. Kita bisa memilih sesuai selera isian dari seporsi soto. Pilihannya ada daging, babat, paru dan usus sapi. Kita bisa memilih daging murni, daging-jeroan campur atau jeroan saja. Bebas.
Baca juga: Diluncurkan Hari Ini, TribunnewsSultra.com Jadi Portal Ke-51 Tribun Network
Kuah berwarna merah
Tak menunggu lama, pelayan yang membawa seporsi nasi, sepiring soto dan irisan jeruk nipis, jeruk limau serta bawang goreng, tiba.
Dari tampilannya, soto betawi ini memang beda. Bila kebanyakan soto betawi berwarna putih dan kuning, soto ini berwarna merah. Menariknya, soto ini disajikan di atas piring bukan mangkuk.
Menurut generasi kedua penerus usaha Restoran Soto Betawi Sambung Nikmat yang berdiri sekitar tahun 1987, Suhada (48), warna merah dari soto ini berasal dari cabai giling yang diolah bersama rempah-rempah lainnya.
"Kuahnya kita pakai cabai giling asli sehingga berwarna merah," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Rabu (17/2/2021).

Sedangkan piring digunakan untuk menuangkan kuah soto dan isiannya yang terbilang banyak.
Penjelasan Suhada sesuai dengan kenyataannya. Sebab, sepiring soto betawinya memang cukup banyak. Isiannya pun berlimpah ruah.
Potongan daging sapi dan aneka jeroan tampak besar-besar. Seporsi nasinya juga banyak.
Kuahnya kala disesap terasa gurih. Suhada menjelaskan kuahnya tak menggunakan susu, hanya santan murni.
Sebelum disajikan, soto betawi juga ditambahkan kecap manis.
Sementara daging dan jeroannya masing-masing memiliki rasa gurih tersendiri. Ketika dikunyah, daging sapinya tak terasa alot. Sesuai dengan pesan mendiang ayahnya H Ridwan, daging dan jeroan terlebih dahulu harus dibumbui dan digoreng sebelum dicampur dengan kuah santan.
Sesuap demi sesuap, tak terasa hanya hitungan menit isi di piring soto saya sudah hampir tandas. Irisan tomat, perasan jeruk nipis dan potongan daun bawang menambah kesegaran kala menyantap kuah sarat santan itu.
Baca juga: Mengenal Kompol Fajar Hari, Sosok Pengganti Kompol Yuni yang Dicopot karena Dugaan Kasus Narkoba
Harga seporsi soto betawi ini memang terbilang cukup menguras isi kantong. Satu porsinya mencapai Rp 75 ribu dan satu porsi nasi Rp 5 ribu. Akan tetapi, rasa dan porsinya sepadan dengan harganya.
Saat Pandemi
Sama seperti kebanyakan restoran, soto betawi ini turut dibekap pandemi Covid-19. Jumlah pengunjung yang datang menurun meski tak signifikan.
Biasanya, porsi yang habis dalam sehari bisa mencapai 200-an piring. Kini, sekitar 100 sampai 120 porsi sehari. Dagingnya pun bisa menghabiskan sekira 40 kg sampai 60 kg. Namun, di masa pandemi berkurang menjadi 20 kg - 30 kg.
Kapasitas bangku-bangku di dalam kedai juga dikurangi.

"Kapasitasnya saya kurangi. Dalam satu meja sekarang hanya empat bangku. Dulu bisa enam sampai tujuh bangku," lanjut Suhada.
Restoran Soto Betawi Sambung Nikmat buka setiap Senin - Sabtu dari pukul 08.00 WIB sampai 13.30 WIB. Ramainya soto ini selalu saat jam makan siang. Namun, hari lebaran tutup.
Menurut saya, kenikmatan soto betawi ini sama dengan soto betawi H Maruf di Menteng, Jakarta Pusat dan soto betawi H Husen di Jalan Padang Panjang, Tebet, Jakarta Selatan.
Baca juga: Diluncurkan Hari Ini, TribunnewsSultra.com Jadi Portal Ke-51 Tribun Network
Bedanya, kuah soto H Maruf berwarna putih, H Husen berwarna agak kuning sedangkan kuah ini berwarna merah.
Meski memiliki warna yang berbeda-beda, tetapi ketiga rasa kuah soto itu juara.