Terpaksa Jadi PSK Walau Hamil Tua, Wanita Muda di Tasikmalaya Ngaku Butuh Biaya Buat Anak Sekolah
Kesulitan ekonomi membuat TL, wanita berusia 21 tahun terpaksa menjadi perempuan bayaran.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Siti Nawiroh
TRIBUNJAKARTA.COM -Cerita TL, wanita berusia 21 tahun yang mengaku kesulitan ekonomi hingga terpaksa menjadi perempuan bayaran alias pekerja seks komersial (PSK).
TL mengaku baru 6 bulan menjajakan dirinya kepada pria hidung belang.
"Saya baru enam bulan begini setelah cerai sama suami," tuturnya dilansir dari Kompas.com, Senin (1/3/2021).
Walau kondisinya sedang hamil tua, TL tak pernah absen mangkal di wilayah Kota Tasikmalaya setiap malam.
Hingga akhirnya, TL terjaring razia petugas tadi malam saat sedang mangkal di trotoar sekitar Jalan Mayor Utarya, depan PLN Kota Tasikmalaya.
Baca juga: Fakta Soal Isu Conecting Room Nissa Sabyan dan Ayus, Terkuak dari Sosok yang Urus Kamar Hotel
Meski usianya terbilang muda, TL rupanya sudah memiliki dua orang anak dan kini sedang hamil tua.
TL lantas menceritakan alasannya sehingga terpaksa terjerumus ke dalam bisnis lendir tersebut.
Wanita berusia 21 tahun mengaku butuh uang untuk kebutuhan hidup dan anak-anaknya.
Follow juga:
"Saat itu saya sedang bingung usai cerai, sedangkan saya butuh biaya buat kebutuhan sekolah dua anak saya,"
"Terus datang teman saya dan menawarkan cari uang dengan cara jual diri,"
"Saya ikut dan jadinya begini," cerita TL.
Baca juga: Tak Banyak yang Tahu Kondisi Nia Ramadhani, Asisten Ungkap Bosnya Sempat Kunjungi Dokter di Amerika
Meski hamil tua, TL mengaku berhubungan dengan pelanggan intim untuk melayaninya.
"Saya butuh uang untuk kebutuhan hidup. Anak saya sudah dua, ditambah sekarang saya hamil tua,"
"Meski hamil, saya ngaku menjual diri dan berhubungan sama pelanggan," sambungnya.
Tak hanya sekali TL terjaring razia petugas, ia juga pernah kedapatan petugas saat mangkal di depan sebuah hotel di Tasikmalaya.

TL bercerita, pria yang menjadi tamunya selama pandemi tak begitu banyak.
Bahkan tak jarang, TL sama sekali tak menggaet pria hidup belang dalam sehari.
TL pun mengaku setiap malam di masa pandemi ini hanya mendapatkan uang Rp 100.000 sampai Rp 150.000.
"Tiap malam juga sepi, paling dapat satu orang, kadang enggak,"
Baca juga: Bentak Cinta Sampai Kejer, Uya Kuya Beri Hadiah Mewah untuk Putrinya: Maaf Kamu Ultah Papah Sakit
"Mereka tahu saya hamil dan katanya pengen sekali sama orang hamil kayak saya," sambung TL.
Siapa sangka, pekerja seks komersial (PSK) dengan kondisi hamil tua menjadi salah satu tren baru bisnis "esek-esek" kelas bawah di Kota Tasikmalaya.
Satpol PP juga menjaring perempuan hamil tua lainnya yang menjajakan diri di trotoar.
Perempuan tersebut bahkan didampingi suaminya.
Baca juga: Lewati Kritis Covid-19, Ashanty Berpesan ke Penyebar Hoaks Dirinya Wafat: Masih Diberi Kesempatan
Sementara itu, Kepala Seksi Dal Ops PP Kota Tasikmalaya Sandi A Suguh membenarkan bahwa ada dua PSK jalanan yang terjaring razia Tim Patroli Rutin dan langsung dibawa ke markas untuk didata dan dibina.
Keduanya berasal dari wilayah Kota Tasikmalaya dan sengaja datang ke lokasi mangkal setiap malam.
"Mereka ada yang pernah ditangkap dan dilakukan pembinaan, tapi mereka melakukannya lagi. Kami pun akan terus melakukan operasi rutin untuk memberantas jenis-jenis penyakit masyarakat," pungkasnya.
Follow juga:
Cerita wanita bayaran lain
Dalam sehari, Leida (bukan nama sebenarnya) wanita berusia 18 tahun bisa melayani 4 sampai 5 pria hidung belang.
Dengan tarif Rp 300 ribu, servisnya dilakukan di sebuah kontrakan berukuran 4x4 meter di kawasan Grogol, Limo, Kota Depok.
Baru satu tahun, wanita berambut sebahu, berkulit cokelat, berwajah tirus, setinggi kurang lebih 165 sentimeter ini menjajakan dirinya di dunia prostitusi.
Awalnya, Leida mengaku diajak oleh teman sehingga bisa terjerumus ke pekerjaan ini.
"Baru setahun, diajak teman sih awalnya," cerita Leida kepada TribunJakarta.com pada Senin (15/2/2021) malam.
Baca juga: Jelang Pernikahan, Lesty & Rizky Billar Sudah Siapkan Nama untuk Anak: Perempuan Harus Ada Kejoranya
Jarak jalan utama ke kontrakan Leida berkisar 15 meter.
Akses masuknya sangat sempit, cukup muat dilintasi satu unit motor untuk masuk keluar.
Kamar kontrakan Leida juga dipakai oleh dua temannya melayani tamunya masing-masing.
Di kamar berukuran kurang lebih 4x4 meter tersebut tersedia dua kasur lipat, bantal dan guling.
Follow juga:
Sekilas sedikit berantakan di kamar dengan tembok berwarna hijau kusam tersebut.
Sejumlah alat rias, beberapa bungkus makanan dan remah-remahnya, berserakan di sudut lantai.
Sebuah kipas angin berukuran kecil, tak mampu menghilangkan hawa panas dari dalam ruangan tersebut.
Dalam menjajakan layanan persetubuhan, Leida, sama seperti temannya yang lain mempunyai aturan yang harus dipatuhi pelanggan.
Bisa dibilang ada protokolnya.
Baca juga: 4 Hari Lagi Harusnya Dinikahi Adit Jayusman, Ayu Ting Ting & Keluarga Terlihat Bagikan Ini ke Warga
Kata Leida, satu kali 'main' maksimal waktunya selama satu jam.
"Satu kali main ya, maksimal satu jam lah," kata Leida mengingatkan aturan main kepada pelanggannya.
Sementara saat Leida memberikan layanan kepada tamu, dua temannya menunggu di lorong.
Teman Leida juga sedang menunggu pesan masuk dari tamu yang ingin memakai jasanya.
Lokasi kontrakan Leida terbilang sulit dijangkau. Terhimpit tembok tetangga kanan kiri.
Hanya satu motor yang bisa masuk untuk menuju kontrakan Leida di paling pojok.

Diketuk setelah sejam
Setelah waktu satu jam berlalu, dari luar sudah terdengar ketukan pintu, tanda agar Leida dan pelanggannya segera berbenah.
Pasalnya, kamar tersebut akan dipakai teman Leida yang baru dapat tamu.
"Buruan, pelanggan gue sudah datang nih. Jangan lama-lama," begitu katanya.
Baca juga: Buat Raffi Ahmad Terpesona, Penampilan Baru Nagita Slavina Disorot Mama Rieta: Kayak Puber Ya Gue?
Keluar dari sana, Leida menawarkan pelanggannya untuk sekedar rehat.
Lebih seringnya ada pelanggan yang suka basa-basi menyoal apa saja.
Kebanyakan Remaja
Selama ini terjun di bisnis prostitusi, mayoritas pelanggan Leida dari kalangan remaja, hingga pekerja kantoran.
Beda orang beda kemauan.
Pernah satu kali Leida melayani pelanggan yang memperlakukannya kasar dan banyak maunya.
"Banyak minta ganti gaya,” keluh Leida.
Baca juga: Atta Halilintar Bocorkan Tempat Akad Nikah, Ini Rencana Resepsi Jika Aurel Hermansyah Keburu Hamil
Wanita 18 tahun ini mengaku, keretakan rumah tangga orang tuanya di Riau sedikit banyak membuatnya memilih profesi sebagai pekerja seks komersial.
"Orang tua sudah pisah, terus aku ngerantau,"
"Kenalan sana-sini, ya sudah jadi tinggal di sini deh," kenang Leida.
Mudahnya mendapat rupiah, membuat Leida anteng melayani para pria hidung belang yang mencari kepuasan dari orang sepertinya.
"Lumayan kan, sehari bisa (melayani) empat sampai lima lah. Dikalikan saja tuh uangnya," ucap Leida.
Ia tak lagi memikirkan bangku pendidikan.
Leida hanya tamatan sekolah menengah atas ini hanya berpikir, bagaimana bertahan hidup seorang diri tanpa kasih sayang keluarga.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Blok A Pasar Tanah Abang Berlangsung Selama Enam Hari
"Tadinya sudah ngelamar kerja. Tapi gak pernah dipanggil,"
"Lagian juga gajinya gak seberapa kan namanya juga lulusan SMA," kata dia.
Satu pelanggan berlalu, Leida kembali melirik ponselnya.
Kini, ia siap kembali menebar umpan untuk calon pelanggan berikutnya.
Tak butuh waktu lama, Leida mendapat pelanggan baru.
Ia langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum memberi servis.
(Tribunjakarta/kompas)