Sisi Lain Metropolitan

Kisah Warga Tanjung Barat Ternak Lele di Tengah Pandemi: Manfaatkan Ulat Maggot untuk Pakan

Di belakang pekarangan rumah Heriyanda yang berdekatan dengan bantaran Sungai Ciliwung, terdapat lima kolam berisikan sekitar 4.500 ikan lele

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Heriyanda, sedang memberi pakan lele dengan fresh maggot yang diternakkannya di belakang rumah di Kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Maggot tak hanya berguna sebagai pengurai sampah organik, black soldier fly atau BSF ini juga menjadi alternatif pakan ikan.

Warga Tanjung Barat, Heriyanda, misalnya, belakangan ini mulai mengincar maggot untuk ternak lele yang baru dirintisnya.

Ternak maggot pun lebih bernilai ekonomis lantaran bisa dikembangbiakkan sendiri.

Di belakang pekarangan rumah Heriyanda yang berdekatan dengan bantaran Sungai Ciliwung, terdapat lima kolam berisikan sekitar 4.500 ikan lele

Di bagian atas salah satu kolam lele itu dipasang sebuah kandang waring berisikan lalat-lalat tentara hitam. Lalat hitam itu akan dikembangbiakkan menjadi ulat maggot.

Heriyanda menjelaskan ia meletakkan sejumlah kayu kaso yang disusun berjarak di bagian bawah kandang. 

Tujuannya, agar para lalat hitam yang kawin akan menyimpan telurnya di antara celah-celah kayu kaso itu.

Setelah lalat-lalat hitam kawin, mereka dalam hitungan hari akan mati. Lalat hitam ini juga tak makan. 

Heriyanda hanya menyiramkan air untuk menjaga kelembapan di dalam kandang.

Setiap dua hari sekali, Heriyanda mengecek kayu kaso itu. Pengecekan telur dilakukan saat lalat beristirahat di malam hari. Bila dilakukan siang hari, lalat-lalat itu bisa terbang keluar.

"Panennya selama dua hari sekali. Telurnya yang kita panen ini bisa menghasilkan 5 gram sampai 10 gram per 2 hari," jelasnya kepada TribunJakarta.com di pekarangan rumahnya di kampung Lebaksari RT 011 RW 005 Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (3/3/2021).

Telur larva yang sudah diambil kemudian dipindahkan ke dalam biopond, sebuah bak untuk pembesaran larva maggot.

Di dalam biopond, Heriyanda mengisinya dengan sampah organik bisa berupa ampas tahu, dedak atau sampah makanan. Telur larva itu lalu diletakkan di atas tisu dan ditempatkan di tengah-tengah biopond.

"Setelah menetas, baby ulat maggot secara bergerombol akan mengurai sampah organik di sekitar biopond. Dari baby maggot akan berubah menjadi fresh maggot," jelasnya.

Ikan lele hasil ternak Heriyanda di belakang rumahnya pada Rabu (3/3/2021)
Ikan lele hasil ternak Heriyanda di belakang rumahnya pada Rabu (3/3/2021) (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Setelah 10 hari pasca menetas menjadi baby maggot, ulat maggot akan berubah menjadi fresh maggot. Fresh maggot ini sudah bisa digunakan sebagai pakan ikan lele

"Fresh maggot ini menjadi pakan alternatif untuk ternak lele ataupun pakan unggas lain seperti ayam dan bebek," lanjutnya.

Andri, salah satu rekan Heriyanda menjelaskan tidak semua maggot untuk pakan lele semata. Sebagian fresh maggot dipisahkan untuk dikembangbiakkan kembali menjadi lalat hitam.

Sebagian fresh maggot itu akan dipindahkan ke biopond lainnya setelah mengurai sampah organik selama 7 hari. Maggot ini telah kemudian memasuki fase pre-pupa lalu menjadi pupa. Prepupa akan mengering dan mulai menghitam. 

"Setelah itu dia akan mati suri akan menjadi pre pupa. Pre pupa sudah tidak makan lagi seperti maggot. Ini lah cikal bakal menjadi lalat hitam," jelasnya.

Andri menambahkan siklus fase dari larva menjadi lalat hitam berlangsung sekitar 30 sampai 40 hari saja.

Baca juga: Menteri Pendidikan Targetkan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Dibuka Mulai Juli

Baca juga: 518 Lansia Telah Jalani Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Baca juga: Syarief Hasan Tak Gentar Hadapi Laporan Marzuki Alie, Pasti Kami Hadapi

Berawal rasa jenuh

Inisiatif beternak ulat maggot terbersit sekitar 3 bulan yang lalu. Pria yang bekerja sebagai ojek online itu mengaku sepi orderan di masa pandemi ini.

Karena sepi, ia lebih banyak memilih meluangkan waktu dengan memancing di belakang rumah. Heriyanda lalu terbesit ide untuk membuat kolam ikan sendiri.

"Daripada saya mancing doang di belakang kali makanya saya membuat ini," terangnya.

Penampakan beberapa biopond yang digunakan untuk tempat pembesaran larva maggot pada Rabu (3/3/2021).
Penampakan beberapa biopond yang digunakan untuk tempat pembesaran larva maggot pada Rabu (3/3/2021). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

Ketua RT 011 RW 005 Lebaksari itu juga tergabung ke dalam komunitas petani lele di media sosial. Ia pun membeli sekitar 2.000 ekor lele dengan ukuran 7-8 sentimeter. 

Untuk meminimalisir biaya pakan lele, Heriyandi sempat berselancar di media sosial terkait pakan pengganti pelet.

Ternyata, pembudidayaan ulat maggot sebagai pakan alternatif ikan lele sedang "booming". Ia pun memesan sebanyak 10 gram telur larva untuk dikembangbiakkan sendiri.

Heriyanda mengatakan sebenarnya segala fase ulat maggot bisa dimanfaatkan sebagai pakan. Semuanya disukai oleh ikan lele.

"Binatang ini unik. Bangkai lalatnya dan cangkangnya pun bisa dimakan sama ikan lele," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved