Perjuangan Mantan Kru Srimulat Bertahan Hidup Jadi Tukang Servis Jam: Kepepet Apapun Dilakoni
Sriyanto sempat bergabung dalam grup Srimulat. Ia tercatat sebagai kru asisten dekorasi grup Srimulat beberapa tahun silam.
Penulis: Ferdinand Waskita Suryacahya | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sriyanto sempat bergabung dalam grup Srimulat.
Ia tercatat sebagai kru asisten dekorasi grup Srimulat beberapa tahun silam.
kini, Sriyanto hanya duduk di pinggir jalan seperti pedagang kaki lima di tepi Jalan MT Haryono, Kota Solo.
Di depan Sriyanto duduk terdapat satu meja kecil lengkap dengan sebuah laci lusuh berwarna cokelat bertuliskan 'Servis Jam dan Blits Kamera'.
Ayah tujuh anak itu bertahan hidup sebagai tukang servis jam dan blitz kamera.
Sriyanto mengaku telah menjadi tukang servis jam dan juga reparasi kamera selama 10 tahun lebih.
Sehari-hari Sriyanto mangkal di tempat terbuka di Jalan MT Haryono Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Sriyanto merupakan warga asli Padasan RT 03 RW 08 Mranggen, Polokarto Sukoharjo.
Sebelum terjun ke dunia servis arloji, kamera dan blitz itu, Haryono menceritakan kisah hidupnya sejak masa mudanya.
Baca juga: Dua Wanita Muda Keasyikan Nipu, Perdayai Sejumlah Korban dengan Jual Nama LIPI
Baca juga: Wapres Maruf Amin Sebut Perempuan dan Anak Kerap Jadi Korban dalam Pernikahan yang Tak Sehat
Ia sampaikan dirinya bahkan hanya lulus sekolah menengah.
"Sekolah saya tidak tamat hanya sampai STM, dan saya tidak memiliki kemampuan apa-apa pada awalnya," aku dia kepada TribunSolo.com, Rabu (17/3/2021).
Ia sampaikan keadaan memaksa dirinya untuk bisa terus bisa bertahan hidup.
"Ya karena kepepet (terjepit) jadi apapun dilakoni," jelasnya.
Dia bahkan rela melintang dari Sukoharjo ke Kota Solo belasan kilometer untuk memulai mencari peruntungannya.
Dulu sebelum berjualan dia menceritakan merupakan orang yang senang iseng untuk melakukan bongkar pasang barang.
Sriyatno sebelumya pernah bekerja di Pasar Klewer pada tahun 1987.
Ia juga sampaikan dirinya pernah bergabung di Srimulat sebagai asisten dekorasi.
Hingga di tahun 1989 ia memutuskan untuk kembali ke Solo, dan menekuni sendiri hobi bongkar pasangnya dan mencoba untuk membuka servis arloji.
"Saya buka di klewer di 89 dulu sama seperti ini (menggunakan meja dan almari kecil yang ia bawa)," jelasnya.
"Terus kebetulan saya jualan depan tukang foto," kata dia membeberkan.
Siapa sangka ketika Sriyatno berjualan di depan toko foto ternyata menjadi peluang bisnis baginya.
"Nah pas jualan di depan tukang foto, ada masa si kameranya ini rusak, jadi kesempatan memperbaikinya," tuturnya.
Dengan demikian, dirinya bisa lebih mengulik kemampuan nya dalam bidang reparasi.
Bahkan saat itu dia hanya memiliki modal beberapa onderdil sehingga bisa memperbaiki kamera.
"Saya cari onderdil dan sparepart nya waktu itu di Pasar Turi Surabaya, Solo tidak ada," ungkap dia.
Ia menceritakan kisahnya, bolak- balik ke Surabaya hingga dirinya memiliki kenalan untuk bisa dititipkan setiap pekannya.
"Ya gitu terus mas sampai sekitar tahun 2009-2010," terang dia.
Saat ditanyai terkait kerusakan yang ia temui sejauh ini, memang hanya beberapa spare part dan blitz hanya butuh keahlian saja.
Sekitar tahun 2000 an dirinya pindah ke tempat yang sekarang ia duduki.
"Yang penting kerja kaki lima seperti ini kan harus sabar, kalau hujan ya kehujanan, kalau panas ya kepanasan," terang dia.
Meskipun demikian, pada tahun 1992- 2000 adalah menjadi kejayaan bagi dirinya.
Bagaimana tidak dirinya mengatakan dari hanya servis atau revarasi arloji, blitz, dan kamera bisa menghasilkan omset yang luar biasa (pada saat itu).
"Pada tahun itu (1992) pendapatan perhari bisa sampai Rp 450 -500 ribu," aku dia.
"Ya kalo sepi Rp 150 ribu kurang lebih," jelasnya.
Sriyatno ungkapkan pada tahun 2010 mulai agak sepi, tetapi masih ada beberapa pelanggan yang melakukan revarasinya di tempat sederhana sepertinya.
"Dan saat ini hanya tersisa tinggal servis jamnya saja," terang dia.
"Pernah sama sekali gak ada pengunjung di lapak servis saya, sekarang paling minim 50 ribu perhari," akunya.
Dirinya menyampaikan bahwa dia tidak menyewa di tempatnya sekarang, tetapi menggunakan motor untuk keliling dan hanya bermodalkan box almari kecil.
Disela pekerjaannya, ia juga menghabiskan waktu luangnya untuk mengisi teka - teki silang koran yang ia beli sebelum mencari nafkah dan mengais rezeki. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Sosok Sriyanto, Mantan Asisten Dekorasi Srimulat, Kini Sambung Hidup Servis Jam dan Blits Kamera,