Food Story

Awal Mula Asinan dan Bubur Betawi Bang Keder di Cipulir: Jualan Sejak 1975-an, Seporsi Rp 15 perak

Anak sulung Idris alias Bang Keder, Abdulrahman (58) mengenang tentang usaha kedua orangtuanya berjualan asinan dan bubur betawi.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Semangkuk bubur kuah asinan Bang Keder di Jalan Cipulir I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Jumat (26/3/2021). 

Tak jauh dari mulut gang, jalan sedikit di jalan serupa labirin warung asinan dan bubur itu pasti ditemukan.

Warga di dalam gang itu, yang sebagian besar masih saudara dengan Bang Idris, setuju dengan nama di plang itu.

Kini asinan dan bubur betawi bang Keder bukan saja disukai warga sekitar Cipulir, melainkan juga sampai luar kota.

Ada juga warga yang pernah memesan asinan untuk dibawa ke Yogyakarta dan Bali.
Mereka tahu dari mulut ke mulut.

Bubur disiram kuah asinan

Semangkuk bubur kuah asinan Bang Keder di Jalan Cipulir I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Jumat (26/3/2021).
Semangkuk bubur kuah asinan Bang Keder di Jalan Cipulir I, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Jumat (26/3/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Bubur khas Cirebon atau bubur Tionghoa pasti sarat akan suwiran ayam dan kaldu. Rasa gurihnya mendominasi.

Sedangkan bubur Betawi Bang Keder, suwiran ayam diganti oleh ikan teri.

Uniknya, bubur ini juga diberikan sejumput taoge, potongan tempe yang digoreng, kacang kedelai dan daun bawang.

Terakhir, bubur ini disiram dengan kuah asinan khas Betawi. Rasa buburnya pun berbeda dengan bubur yang sudah disebutkan di atas. Ini lebih asam.

Bubur ini tidak direbus dengan kuah kaldu melainkan hanya ditaburi garam saja.

Saat pertama kali menyuap bubur, rasa asam cuka asinan dan manis kecap terasa di lidah.

Bagi saya, ini sensasi rasa yang unik sekaligus menyegarkan. Ada rasa asam, manis dan juga asin.

Usai menyantap bubur berkuah asam, perut pun tak merasa melilit.

Anak kesembilan dari Bang Keder, Eha (34) mengatakan kuah asinannya terbilang khas dan segar lantaran memakai bahan-bahan alami.

"Cukanya dari cuka aren. Asli jadi aman diperut. Sama cabainya, untuk campuran cuka juga alami tanpa bahan kimia. Kenapa digemari karena semuanya alami," ujar Eha kepada TribunJakarta.com.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved