Food Story
Awal Mula Asinan dan Bubur Betawi Bang Keder di Cipulir: Jualan Sejak 1975-an, Seporsi Rp 15 perak
Anak sulung Idris alias Bang Keder, Abdulrahman (58) mengenang tentang usaha kedua orangtuanya berjualan asinan dan bubur betawi.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Sedangkan Mpok Ani beralasan kuah asinan dipakai karena sudah banyak bubur yang ditaburi ayam dan disiram kaldu.
Isiannya pun bukan suwiran ayam.
"Kalau di sini kan banyak bubur Cirebon. Ya, kita bikin lain dengan dipakai di antaranya ikan teri dan tempe," lanjutnya.
Diturunkan ke anak-anak
Anak-anaknya yang meneruskan asinan dan bubur betawi Bang Keder.
Bang Keder dan Mpok Ani kini memiliki 9 anak dari total 13 anak.
Mpok Bibah, anak kedua, yang meracik asinan dan bubur untuk pembeli di warung, sedangkan Abdulrahman, anak sulungnya, ditugasi menggoreng combro di rumahnya.
"Kakak saya nomer tiga goreng tahu sedangkan untuk goreng pastel itu kakak ipar saya," ujar Eha.
Mpok Ani lebih banyak istirahat di dalam rumah di masa senjanya.
Dari asinan dan bubur, setidaknya ia sudah bisa menghidupi anak-anaknya.
Usahanya pun sudah banyak pelanggan.
"Banyak pelanggan alhamdulilah dari mulut ke mulut. Sekarang Allah kasih berkah," pungkas nenek yang sudah memiliki 11 cucu dan 3 cicit itu.
