Sisi Lain Metropolitan
Jaminan Kesehatan Belum Jadi Prioritas, Stuntman Film Laga: Kadang Cuma Dikasih Uang Urut
Hendra, panggilannya, mengatakan beberapa rumah produksi biasanya tak menyertai jaminan kesehatan bagi para pekerja stuntman
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CILODONG - Jaminan kesehatan bagi para pemeran pengganti atau stuntman di industri film belum sepenuhnya menjadi prioritas.
Padahal, stuntman dalam setiap aksinya tampil mati-matian demi keberhasilan sebuah film laga. Mereka bahkan sampai bertaruh nyawa, berjibaku menantang bahaya.
Hal itu diutarakan langsung oleh salah satu senior stuntman di Indonesia, Cep Hendra Suprawijaya (35).
Hendra, panggilannya, mengatakan beberapa rumah produksi biasanya tak menyertai jaminan kesehatan bagi para pekerja stuntman dalam sebuah pembuatan film.
"Dukanya itu kalau cedera tapi dari pihak kantor atau PH (Production House) enggak mau tanggung jawab untuk pengobatan. Kadang cuma dikasih uang urut doang," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (9/4/2021).
Baca juga: Kisah Hendra, Stuntman Bernyali Besar: Berlaga dari Sinetron Laga hingga Film di Belanda
Selain itu, profesi stuntman termasuk pekerjaan yang dijauhi oleh agen asuransi.
Soalnya, profesi ini bukannya menjauhi bahaya malah menantangnya.

"Asuransi pasti akan menolak kalau tahu background kita stuntman yang riskan. Agen asuransi kan juga mikir jadinya," lanjutnya.
Ia mengakui ada rumah produksi yang peduli dengan kondisi keselamatan stunmant dengan membuat perjanjian di awal kerja.
Baca juga: Agen Rahasia Jane Pernah Dibayar Paling Rendah Rp 2 Juta Per Misinya, Paling Besar Sampai Dua Digit
Baca juga: Layaknya Pemain Sepak Bola Dunia, Pedagang Kerupuk Pun Punya Aturan Transfer saat Pindah Pabrik
Baca juga: Pilu Gadis Indonesia Diborgol Hingga Jari Tangan Digigit Ibu Mertua Sejak Hari Pertama Tiba di China
Perjanjian itu akan menanggung biaya kesehatan bila stuntman mengalami kecelakaan seperti patah tulang.
"Tapi enggak semua PH begitu," tambahnya.
Hendra pernah berhadapan dengan maut saat melakukan adegan berbahaya dalam sebuah pembuatan sinetron.
Baca juga: Senangnya Fransiskus Dapat Jaket Merah Jokowi: Berdiri Dua Meter Lalu Ditunjuk: Tak Mau Dicuci
Saat itu, ia sedang beradegan salto sambil berputar dari trampolin. Kepalanya berada di bawah sedangkan kakinya di atas.
Namun, kepalanya mendarat lebih dulu ke matras selepas meloncat dari trampolin. Meski jatuh di matras, tetap saja lehernya mengalami cedera serius.

Beruntung, ia terhindar dari ajal yang nyaris menjemputnya.
"Dulu banget, cedera parah waktu itu di leher. Leher sampai enggak bisa nengok beberapa minggu. Dan itu cuma dikasih duit urut doang. kita kurang diperhatikan," kenangnya pahit.
Nyawa Bisa Melayang
Sudah ada beberapa stuntman tanah air yang nyawanya melayang akibat kecelakaan saat melakukan adegan berbahaya.
Salah satu stuntman senior tanah air, Cep Hendra Suprawijaya (35) bercerita bahwa seorang rekannya tewas ketika melakukan adegan berbahaya di sebuah acara reality show.
Saat itu, rekannya diminta untuk membuat 'prank' orang bunuh diri dari gedung lantai 1.
Padahal, lanjut Hendra, jarak antara lantai 1 dengan titik jatuh tidak terlalu tinggi.
"Dulu sempat rekan kami menerima acara live action di sebuah reality show. Ngerjain artis ada orang yang bunuh diri. Padahal enggak tinggi hanya satu lantai saja," ujarnya.
Baca juga: Penasaran Berbuat Baik Jadi Kecanduan, Kisah Mualaf Tionghoa dan Cita-Citanya Bangun 1.000 Masjid
Malapetaka terjadi ketika stuntman itu salah mendarat ketika terjun dari lantai satu ke bawah.
"Ketika terjun, badannya di matras tetapi kepalanya di aspal," tambahnya.

Hendra mengakui ada rasa bersalah saat mengetahui musibah itu. Sebab, ia tak tahu rekannya pergi seorang diri demi mengambil tawaran itu.
"Kesalahan kita si stuntman berangkat sendiri tanpa bilang ke kita-kita. Padahal, itu bayaran cuma Rp 500 ribu. Namanya Stuntman, kan nyawanya di tangan teman. Harus ada yang jagain atau tolongin," kenangnya.
Selain kasus ini, Hendra juga memilki cerita lain. Pernah suatu saat seniornya dalam keadaan mabuk nekat melakukan adegan berbahaya dengan melompat dari scaffholding.
Ia salah mendarat dan kepalanya terbentur aspal seketika tewas di tempat.
"Jadi sebelum melakukan adegan dia minum (alkohol) dulu, kemudian salto dari steger kepalanya masuk ke sela-sela matras," tambahnya.
Setahu Hendra, sudah ada sekitar tiga sampai empat stuntman di Indonesia yang tewas karena melakukan adegan berbahaya.
Kisah Hendra, Stuntman Bernyali Nekat
Cep Hendra Suprawijaya (35) sudah malang melintang di dunia stuntman tanah air sejak belasan tahun lalu.
Baca juga: Situasi Terkini di Pasar Kambing Tanah Abang Pasca-Terbakar, Barang Dagangan Porak-poranda
Baca juga: Cerita Stuntman saat Peragakan Adegan Berbahaya, Nyawa Bisa Jadi Taruhannya
Baca juga: Kisah Hendra, Stuntman Bernyali Besar: Berlaga dari Sinetron Laga hingga Film di Belanda
Deretan film laga ternama pernah dilakoninya sebagai pendukung aktor utama kala beraksi.
Kini, pria asli Pangandaran, Jawa Barat itu menjadi salah satu stuntman senior yang diperhitungkan.
Sejak kecil, Hendra gemar bermain video game Mortal Kombat di dingdong.
Aksi karakter di game itu menjadi awal ketertarikannya dengan seni bela diri.
Saat masih SMA, Hendra tertarik mendaftarkan diri menjadi pemain figuran di sinetron laga Wira Sableng.
"Kebetulan di Pangandaran ada shooting Wiro Sableng. Saya tuh ngelamar jadi figuran. Ternyata enggak bisa jadi figuran karena harus bisa bela diri," ceritanya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (7/4/2021).
Setelah ditolak, Hendra lalu bergabung di Bandung Karate Club (BKC). Motivasinya ikut perguruan bela diri itu semata agar bisa diajak bermain film.
Kesempatan kedua untuk bergabung pun terbuka secara kebetulan. Hendra bercerita ia pernah melakukan salto ketika sedang latihan karate di tepi pantai dekat lokasi shooting.
Sutradara tertarik melihat aksi salto Hendra. Ia menyuruh orang untuk memanggilnya.
"Kalau di kampung kan saya latihan di pinggir pantai, sering salto. Waktu itu jarang orang yang bisa. Sutradara melihat saya dan kebetulan postur badan saya lumayan, besoknya disuruh ke lokasi dites dan masuk," lanjutnya.
Baca juga: Video Nenek yang Ditemukan di Semak-semak Viral di Media Sosial, Nyari Makan di Tempat Sampah
Sinetron Wira Sableng merupakan film pertama yang pernah dilakoninya.
Setelah pertama kali berkarir di Pangandaran sebagai stuntman, ia bertemu seorang stuntman lainnya bernama Muhammad Yazid pada tahun 2003. Majid, panggilannya, juga sudah melihat aksi Hendra kemudian mengajaknya ke Jakarta.

Ia bercerita peluang main di film laga di Jakarta lebih besar ketimbang di Pangandaran.
"Ketemu bang Majid waktu itu, 'Dra mendingan lo ke Jakarta di sini banyak peluang'," ungkap menirukan perkataan Majid.
Berselang dua tahun kemudian, Hendra bergabung ke dalam Komunitas Piranha Stunt Indonesia.
Lewat komunitas ini, ia pernah bermain di Sinetron Gerhana dan Dendam Nyi Pelet. Film layar lebar ternama pun pernah dilakoninya seperti The Raid 1, The Raid 2, Headshot, Merantau, dan Comic 8.
Hal-hal ekstrim tak jauh dari kehidupan Hendra sebagai stuntman. Pernah suatu ketika, ia loncat dari gedung lantai 10 menggunakan tali sling ketika pembuatan film horor.
Cedera juga tak jarang menghampirinya. Dari cedera ringan hingga berat sudah dirasakan Hendra.
Mengenal Komunitas Piranha Stunt Indonesia
Adegan berbahaya di film laga tak lepas dari pemeran pengganti atau stuntman yang beraksi dengan segenap totalitas.
Baca juga: Bukan Sembarang Orang, Berikut Kriteria Masyarakat yang Diperbolehkan Membuat SIKM
Mereka adalah sosok yang kerap menggantikan aktor utama ketika melakukan adegan seperti melompat dari gedung tinggi, menerabas kaca, menembus kobaran api bahkan sampai ditabrak truk.
Salah satu komunitas yang terbilang cukup lama merasakan asam garam dunia stuntman di Indonesia adalah Komunitas Piranha Stunt Indonesia.
Sore itu, sejumlah anggota komunitas tengah berlatih bela diri beralaskan matras puzzle di sebuah studio semi-outdoor seluas 300 meter persegi.
Mereka terlihat memukul, menangkis hingga menendang secara bergantian layaknya seorang pesilat yang sedang berlatih.
Di studio itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk berlatih adegan berbahaya. Di antaranya ada matras, trampoline dan sejumlah tali sling.
Dalam seminggu, mereka berlatih dua kali, Minggu dan Rabu. Di awal latihan, anggota melakukan pemanasan (stretching) sebelum memulai repetisi gerakan.
Meski pandemi Covid-19 masih membekap dunia perfilman, anggota komunitas tetap berlatih agar kemampuan bela dirinya tetap terasah dan menjaga fisik.
Anggota komunitas, Cep Hendra Suprawijaya, atau dipanggil Hendra, mengatakan mereka biasanya berlatih lebih dari dua kali bila ada proyek pembuatan film.
Latihan yang intens dilakukan agar gerakan mereka berlangsung baik kala disorot kamera.
"Kalau kita dapat project, seminggu full enggak berhenti latihan. Sampai malem kadang-kadang. Menghafal dan mematangkan gerakan," ujar Hendra kepada TribunJakarta.com pada Rabu (7/4/2021).
Gerakan-gerakan itu pun juga melewati penilaian sutradara. Mereka biasanya merekam aksinya ke dalam sebuah video kemudian dikirim kepada sutradara.
Bila hasilnya kurang maksimal, para stuntman harus merevisi gerakan sampai benar-benar cocok.
Sutradara kerap memberikan referensi video kepada stuntman sebagai bahan masukan.
Komunitas Piranha Stunt Indonesia sudah main ke banyak film-film laga tanah air. Di antaranya, The Raid 1 (2011), The Raid 2 (2014), Merantau (2009) dan Headshot (2016).
Anggota Komunitas ini juga sering terlibat dalam film-film yang dimainkan aktor laga tersohor Iko Uwais.