Dipuji Getol Lawan Politik Identitas, Mengulas Lagi Pro Kontra Gus Yaqut Usul Doa untuk Semua Agama

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan autokritik atau kritik terhadap institusinya yang dipimpinnya sendiri, yakni Kemenag.

Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas 

"Jadi jangan ini kesannya kita ini sedang rapat ormas Kementerian Agama, ormas Islam Kementerian Agama tidak. Kita ini sedang melakukan rakernas kementerian agama, yang di dalamnya bukan hanya urusan agama Islam saja," tutur Yaqut.

Selain itu, menurut Gus Yaqut, semakin banyak doa maka semakin besar pula kemungkinan doa tersebut dikabulkan.

"Semakin banyak berdoa akan semakin mudah atau probabilita untuk dikabulkan itu semakin tinggi," kata Yaqut.

Politikus PKB ini meyakini autokritiknya ini akan segera dilaksanakan oleh jajaran Kemenag.

Menurut Yaqut, biasanya omongan menteri kerap dianggap sebagai perintah oleh jajarannya.

"Ini autokritik. Saya yakin besok-besok sudah berubah, karena biasanya kalau menteri yang ngomong, dianggap perintah. Kalau tidak kebangeten," ucap Gus Yaqut.

Dirinya mewanti-wanti agar tidak muncul paradoks pada Kemenag.

Yaqut menegaskan bahwa Kemenag adalah kementerian bagi seluruh agama, sehingga perilakunya harus mencerminkan pelayanan untuk semua agama.

"Jangan sampai muncul paradoks ya, saya kira. Jadi kita pengen kementerian ini melayani semua agama tetapi dalam perilaku kita tidak mencerminkan itu," kata Gus Yaqut.

Dapat kritikan

Pengamat sosial ekonomi dan keagamaan Anwar Abbas mengkritisi ajakan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas soal pembacaan doa semua agama pada kegiatan Kemenag.

Menurut Anwar, pembacaan doa seharusnya mengikuti penganut agama terbanyak yang ada di daerah tersebut.

"Di daerah dan atau di tempat yang orang Islam banyak di situ, ya silakanlah di situ doanya menurut agama islam dan yang non Islam silakan menyesuaikan diri untuk juga berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing," ujar Anwar melalui keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021).

"Kalau di Bali, karena di sana mayoritas penduduknya beragama Hindu ya silakan doanya dipimpin oleh tokoh dari agama Hindu dan yang non-hindu menyesuaikan sesuai dengan agamanya masing-masing. Kalau di NTT silakan, doanya dalam agama Katolik dan di Sulut atau Papua dengan agama Kristen Protestan," tambah Anwar.

Menurut Anwar, pelaksanaan nilai-nilai toleransi dan demokrasi adalah seperti itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved