Ziarah Makam
Asal Usul Masjid dan Makam Keramat Kampung Bandan: Pusara 3 Penyebar Islam hingga Perbudakan VOC
Masjid Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan menjadi saksi bisu awal peradaban Islam di pesisir Ancol.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Septiana
Pada 18 Muharram 1326 Hijriah atau sekitar tahun 1908, Habib Abdurrahman yang berjasa atas berdirinya masjid ini tutup usia.
Ia kemudian dimakamkan di samping kedua makam wali.
Kekinian, makam Habib Mohammad Bin Umar Alqudsi, Habib Ali Bin Abdurrahman Ba'alawi, dan Habib Abdurrahman Bin Alwi Asy-Syathri dikeramatkan di dalam Masjid Al Mukarromah Makam Keramat Kampung Bandan.
Ketiga pusara penyebar agama Islam itu tampak ditutupi kain hijau bertuliskan kalimat tauhid.
Baca juga: Perawat Perempuan Luka-luka Usai Dianiaya Orangtua Pasien, Bermula dari Tanya Melepaskan Infusan
Pada sore ini sekitar pukul 15.00 WIB, TribunJakarta.com memantau tampak ada tiga orang peziarah yang tengah berdoa di depan ketiga makam tersebut.
Budak Banda di Kampung Bandan
Habib Alwi kemudian bercerita soal cikal bakal nama Kampung Bandan.
Dari penuturan warga setempat dan sejarah yang dipelajari, Kampung Bandan disebutkannya berasal dari parawa tawanan asal Banda yang dibawa Belanda zaman VOC.
"Jadi, (Belanda) mengalahkan kerajaan Banda sana itu dibawa berupa tawanan ditempatkan di wilayah sini. Sampai dengan Pasar Ikan itu dalam pengawasan Belanda VOC," kata Habib Alwi.
Hal itu juga diketahui dari keberadaan beberapa makam tanpa nama yang di dekat areal masjid.
Makam tanpa nama tersebut diyakini merupakan tempat peristirahatan budak-budak asal Banda yang sudah ada sejak zaman penjajahan.
Baca juga: Hasil Survei Elektabilitas Parpol: PDIP dan PSI Kuasai DKI, Golkar Masuk 3 Besar
"Ada makam yang nggak ada namanya gitu, di depan situ, tahu sejarahnya makam ini ada saja, sejak jaman penjajahan dulu," kata Habib Alwi.
Di sisi lain, lanjut Habib Alwi, meski dahulu dipenuhi orang-orang Banda, kekinian sulit ditemui keluarga asal daerah tersebut di permukiman Kampung Bandan.
Hal itu bukan tanpa alasan. Habib Alwi menuturkan, pada zaman penjajahan dulu, orang-orang Banda cenderung hanya singgah di pesisir Jakarta tanpa menetap maupun membangun permukiman.
Sebab, mereka adalah tawanan yang selalu dibawa pergi dari satu tempat ke tempat lainnya oleh penjajah dari Negeri Kincir Angin.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/makam-3-habib.jpg)