Ramadan 2021
Menjemput Keistimewaan Ramadan, Apakah Orang Sakit Tak Berpuasa Juga Dapat?
Bagaimana menggapai keistimewaan Ramadan? Benarkah usia umat nabi Muhammad yang pendek bisa melampaui keistimewaan umat sebelumnya karena Ramadan?
Orang Tak Puasa Dapat Keistimewaan Ramadan
Di bulan Ramadan, terdapat orang yang tidak dapat melaksanakan ibadah puasa. Baik itu karena sakit atau hal lain sehingga ia belum bisa menjalankan ibadah puasa.
Untuk orang sakit, di dalam kitab Ar-Risalah Al Jami'ah menjelaskan di mana ada 8 golongan orang yang boleh buka puasa. Di antaranya orang yang sakit dan di kemudian hari harus menqadha puasanya.
Dia bisa mendapat keistimewaan Ramadan, dengan mengerjakan keaikan-kebaikan lain, seperti membaca Al-Quran, zikir dan selawat. Dia bisa mendapatkan fadilah bulan Ramadan. Jadi, fadilahnya tidak hilang karena dia ada uzur tadi.
Delapan golongan yang boleh tidak berpuasa selain sakit, ada orang gila, musafir, wanita sedang haid, nifas, ibu menyusui, hamil, dan orang sangat tua sekali.
Untuk musafir atau yang sedang bepergian, bisa tidak berpuasa jika jarak perjalanannya sekitar 98 kilometer. Itu ukurannya.
Di jarak tersebut seseorang diperbolehkan melakukan salat jamak atau qashar untuk mengganti salat wajib, dan diperbolehkan untuk berbuka puasa.
Lalu mana yang lebih utama, berpuasa atau tidak? Kalau dia kuat lebih baik bepuasa, tapi kalau tidak kuat karena ada keringanan yang Allah berikan, silakan tidak berpuasa.
Baca juga: Puluhan Narapidana Lapas Pemuda Tangerang Menjalani Pesantren Kilat Ramadan 1442 H
Jika dari Bogor ke Cianjur yang tidak sampai 98 kilometer, bolehkah tidak puasa? Soal ini, unsurnya orang tersebut sakit.
Misalkan kita dari Bogor ke Jawa Timur sekarang kan enak lewat jalan tol atau kereta. Perjalanan pun nyaman. Apakah boleh tidak puasa? Jelas boleh-boleh saja karena sudah memenuhi syarat jarak tadi. Tapi harus meng-qadha nantinya.

Tanda Puasa Kita Diterima oleh Allah SWT
Sesuai dengan yang sering dibacakan oleh guru-guru kita, dalam surat Al- Baqarah ayat 183 yang ujungnya itu menjadi orang yang bertakwa.
Cirinya puasa diterima itu, artinya ketika setelah puasa dia ada perubahan dalam hidupnya. Asalnya tidak baik, setelah puasa jadi orang lebih baik. Baik itu tingkat ibadahnya kepada Allah, atau tingkat sosialisasinya kepada manusia. Itu salah satu cirinya. Jadi ada perubahan dalam dirinya.
Kalau tidak ada perubahan, ya mungkin puasanya itu hanya sekedar menahan lapar dan haus. Puasa sendiri ada 3 tingkatan. Pertama puasa orang umum, yaitu menjaga makan, minum, dan menjaga hubungan suami istri.
Kedua, puasa khusus, yaitu puasa menjaga 7 anggota badan. Ada penjelasan sebuah hadist, bagi siapa yang berpuasa kemudian ghibah, berbohong, menjelekkan orang lain atau menghina orang lain, maka batal puasanya. Batal di sini bukan batal puasanya secara fikih, melainkan batal pahala puasanya.