Mengenal Pengelolaan Limbah Industri, Manfaat untuk Lingkungan, Berdampak ke Bekas Atlet Sepak Bola
PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang berupaya mengelola industri limbah.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, BOGOR - Banyak pabrik atau perusahaan di Indonesia yang tak mampu mengolah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga dapat merugikan masyarakat.
Jika dibiarkan, tentu hal tersebut dapat menimbulkan masalah baru.
Dari situlah muncul PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) yang berupaya mengelola industri limbah.
PR Manager PT PPLI, Arum Tri Pusposari, menjelaskan tentang bahayanya limbah B3.
Misalnya, kata dia, limbah dari smartphone yang tidak diolah secara baik dapat menimbulkan zat berbahaya.

"Karena di dalam smartphone itu ada bahan-bahan logam yang mengandung karat. Jika barang seperti itu sudah tidak terpakai, lebih baik diolah secara baik," jelas Arum, kepada TribunJakarta.com, di kantor PPLI, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/5/2021).
Limbah smartphone dapat berbahaya jika dibuang ke tempat sampah tanpa dikelola secara baik.
Baca juga: Hubungan Nani Pengirim Sate Beracun dengan Aiptu Tomi Bukan Nikah Siri, Sosok Ini Kini Dicari Polisi
Baca juga: Larangan Mudik Sudah Diberlakukan, Polisi Mulai Lakukan Penyekatan di Jalan Arteri dan Jalan Tol
Baca juga: Cara Mencegah Stunting dan Penyebabnya pada Anak, Orangtua Patut Tahu!
Jika limbah smartphone itu terbuang ke suatu tempat dan terkubur dalam tanah, lalu hujan, air yang mengalir untuk dikonsumsi nantinya dapat menimbulkan masalah.
"Jika air tanah yang kita konsumsi itu terpapar limbah smartphone, tentu airnya tercemar B3 dan dapat berbahaya jika dikonsumsi," jelas dia.
"Hal yang pernah terjadi yakni kecacatan pada bayi jika orang tuanya tidak sadar telah mengkonsumsi air yang terpapar B3," lanjutnya.

Karena itu, Arum mengimbau masyarakat agar tidak membuang smartphone yang telah tidak terpakai ke tempat sembarangan.
"Sebaiknya diberikan langsung ke kotak atau drop box barang khusus limbah industri. Seperti pengisi daya smartphone, headset, kabel-kabel, baterai, dan sebagainya," jelas dia.
Drop box khusus limbah industri beberapa antaranya terdapat di Jakarta. Seperti di tiap sudut kantor Balai Kota dan Halte Transjakarta.
Masyarakat tak perlu khawatir lagi jika telah membuang limbah industri ke dalam drop box tersebut.
Sebabnya, limbah industri tersebut akan dikelola secara baik sehingga dapat didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat.

"Tentu saja yang namanya limbah berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup," jelas Arum.
"Sekarang kan banyak sekali limbah industri yang menjadi tugas rumah kita, karena kita mengelolanya kurang baik,"
"Jadi perlu penanganan yang namanya B3, dengan secara matang dan prosedur yang ada agar limbah itu tidak mencemari lingkungan," lanjutnya.
PPLI sendiri merupakan perusahaan yang didirikan sejak 1993 dan berfokus untuk mendaur ulang limbah industri.
Perusahaan tersebut mulai beroperasi sejak 1994 hingga sekarang telah mengelola limbah industri sampai ribuan ton.

"Kapasitas kami itu sekira 300 ton per hari. Tapi sebetulnya itu kurang dibandingkan dengan limbah industri yang ada di Indonesia," terang Arum.
"Sebetulnya di Indonesia ini kita butuh PPLI-PPLI yang lain. Jadi kita berusaha semaksimal mungkin bisa menerima limbah dan mengolahnya dari seluruh Indonesia," sambungnya.
Dijelaskan Arum, PPLI menerima varian limbah industri.
"Sebetulnya hampir semua industri, jadi kita ada industri manufaktur, food and beverage, farmasi, otomotif, dan sebagainya," kata Arum.
Proses penerimaan limbahnya, lanjut Arum, dimulai dari mengambil sampel limbah industri dari perusahaan yang bekerja sama dengan PPLI.
Baca juga: Larangan Mudik Sudah Diberlakukan, Polisi Mulai Lakukan Penyekatan di Jalan Arteri dan Jalan Tol
Setelah itu, pegawai PPLI di bidang khusus langsung memeriksa sampel limbah tersebut di ruang laboratorium.
"Nanti akan muncul hasil laboratorium dan akan ditentukan. Kalau ada limbah padat dan cair ada pengelolaannya masing-masing," tutur dia.
"Setelah itu, ada pengumpulan limbah dari pelanggannya langsung, jadi kami ambil dengan armada kami sendiri, yang tentunya sudah berizin. Kemudian kami bawa lagi ke sini," lanjutnya.
Pihak terkait akan membuat kesepakatan dengan PPLI ihwal berat limbah industri yang akan dikelola.
"Limbahnya kami timbang, apakah sesuai dengan perjanjian awal dengan pelanggan. Jika sudah, barulah kami masukan ke tempat penyimpanan limbah di gudang dan nantinya mengambil sampel lagi," ujar dia.
Arum mengatakan, luas tanah perusahaan PPLI di Cileungsi Bogor ini sekira 60 hektare sehingga mampu menampung ribuan ton limbah industri.
"Luas tanah dari 60 hektare ini 70 persennya untuk operasional dan sisanya untuk office," ujar Arum.
Positif untuk Pihak Industri
PR Manager PT PPLI, Arum Tri Pusposari, mengatakan pihak industri limbah atau biasa disebut 'pelanggan' ini mendapat dampak positif setelah membuang limbah kepada PPLI.
Kata Arum, perusahaan yang membuang limbah kepada PPLI dapat tidur nyenyak.

"Dari industri mereka bisa tidur nyenyak. Karena kami ambil limbah dari industri mereka dan kami kelola," jelas Arum.
"Jadi, kami bertanggung jawab dengan limbah tersebut," lanjutnya
Limbah-limbah industri ini akan dikubur seperti mayat di dalam gundukan yang berada di area operasional PPLI.
Bentuknya seperti bukit dan terdapat rerumputan yang tumbuh di sana.
Namun, bangkai limbah industri tersebut tidak terkena tanah.
Pihak PPLI berupaya demikian guna mencegah terpaparnya B3 dari limbah dengan tanah.
Tanggung jawab PPLI tak hanya di situ.

Arum mengatakan, pihaknya akan bertanggung jawab mengawasi selama 30 tahun setelah PPLI tutup nantinya.
"Tidak hanya selesai mengelola, tapi kami bertanggung jawab selama 30 tahun setelah PPLI ini tutup," ujar Arum.
"Jadi, istilahnya mereka bisa tidur nyenyak setelah membuang limbahnya ke kami. Untuk lingkungan, tentu semua sudah sesuai prosedur sehingga mencapai baku mutu. Kami juga mengawasi kualitas air di sini," sambungnya.
Arum pun menuturkan kenapa harus menanti 30 tahun untuk memastikan tempat penyimpanan limbah itu aman.
"Karena sebetulnya sudah acuan internasional, kalau mau mencari teknologi land ville di seluruh dunia, di Eropa, Amerika, standarnya sama. Mereka memiliki standar 30 tahun," tutur Arum.
Nantinya, pihak PPLI akan melaporkan kondisi gundukan tanah tersebut kepada pemerintah secara kontinyu.
"Kami akan melaporkan kontinyu kepada ppemerintah tentang limbah yang ada di LPPI," jelas dia.
Jika area operasional LPPI di Cileungsi sudah tutup, mereka akan mencari lokasi baru guna melakukan hal yang sama.
Mereka terus berupaya mengelola limbah industri selama itu masih dibutuhkan.
Limbah industri dapat menjadi momok menakutkan jika tidak ada yang mampu mengelolanya secara baik.
"Untuk masyarakat, terutama industri yang belum membuang limbahnya, mereka seharusnya punya kesadaran," ucap Arum.
"Kami mengharapkan mereka dapat mengelola limbah yang mereka hasilkan dari industri apapun supaya bisa dikelola dengan baik. Ini kan untuk masyarakat dan anak cucu kita juga," lanjut dia.

Arum menyatakan pengelolaan limbah industri sebaiknya juga memperhatikan keanekaragaman hayati.
"Perhatikanlah keanekaragaman hayati kita yang semakin lama semakin tertantang untuk masa depan kita nantinya," ujar dia.
Jika kantor PPLI di Cileungsi tutup, Arum mengatakan, lokasi yang akan dijadikan area operasional limbah industri yang baru ada beberapa kriteria.
"Lahan itu seharusnya lahan yang tidak produktif lagi, bukan diperuntukkan untuk area industri, dan tidak diperuntukkan untuk pemukiman," jelas Arum.
"Karena memang lingkungan ini kan takutnya ada hal-hal yang dapat membahayakan bagi masyarakat sekitar kita," sambungnya.
Mengelola Limbah Medis Selama Pandemi Covid-19
Selama pandemi Covid-19, pihak PPLI pun bekerja ekstra.
Para pegawainya wajib mematuhi protokol Covid-19.
Baca juga: Hubungan Nani Pengirim Sate Beracun dengan Aiptu Tomi Bukan Nikah Siri, Sosok Ini Kini Dicari Polisi
Selain mengenakan helm dan seragam, para pegawai PPLI wajib menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Mereka juga berjibaku mengelola limbah alat pelindung diri (APD) milik petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19.
Arum mengatakan, para pegawai PPLI yang bekerja mengelola APD ini pun dapat dikatakan pejuang Covid-19 garda terdepan selain petugas kesehatan.
"Industri rumah sakit jalan terus. Jadi, limbah medis ada juga. Mereka yang mengelola limbah APD memiliki peran penting juga di sini," tutur Arum.
PPLI juga tak ingin hanya berfokus menangangi limbah industri.
Mereka juga ingin memberikan manfaat kepada warga sekitar Bogor Jawa Barat.
Membentuk Tim Sepak Bola
PPLI ingin memberikan manfaat kepada masyarakat lain.
Eks pesepak bola Persikabo, Muhammad Hatta, pun direkrut PPLI untuk melatih tim sepak bola Football DOWA PPLI.
Kepada TribunJakarta.com, pria yang akrab disapa Hatta ini merasa beruntung telah ditunjuk menjadi pelatih.
Hatta yang usianya hampir menginjak 60 tahun pernah bermain di Persikabo sejak 1970-an. Saat itu, dirinya masih berusia kira-kira 24 tahun.
Hatta tak ingat jelas berapa usianya saat masuk tim lokal asal Bogor tersebut.
Pada 1983, Hatta memutuskan keluar dari tim sepak bolanya lantaran suatu alasan. Dia enggan bercerita lebih perihal itu.
Singkat cerita, Hatta ditawarkan kontrak oleh PPLI menjadi pelatih pada 2007 dengan gaji yang dapat dikatakan lebih dari cukup.
"Saya menjadi pelatih di PPLI ini sejak 2007 sampai sekarang menjadi pelatih bola. Saya mantan Persikabo di 1983," ucap Hatta, pada kesempatan yang sama.
Hatta dipilih karena rekam jejaknya cukup mumpuni di bidangnya. Terkhusus di kawasan Bogor, namanya harum pada kalangan pesepak bola.
Selama melatih, dia mampu membawa timnya menjuarai piala tingkat kabupaten Bogor.
"Juara tingkat kabupaten. Prestasi pribadi saya juga telah mendapat lisensi C. Tapi saya punya mimpi mendapatkan lisensi A agar dapat melatih Timnas Indonesia," ucapnya.
Mimpi Hatta ini juga ditengarai keberhasilannya mendidik seorang pemain bernama Arif.
Dikatakan Hatta, Arif sempat bermain di klub Madura FC meskipun hanya satu musim saja.
"Itu menjadi kebanggan buat saya juga. Saya tidak menyangka dia dapat ditawarkan kontrak dengan klub tersebut. Karena saya melihat awalnya anak ini (Arif) letoy, tidak bisa lari kencang, apalagi menendang bola," tutur dia.
Baca juga: Nani Cuma Pakai Daster di Penjara, Penampilan Pengirim Sate Ayam Beracun Dapat Sorotan Polisi
"Tapi setelah berlatih giat bersama saya, akhirnya dia menjawab keraguan saya," ujar Hatta, matanya menatap ke langit penuh makna.
Sayangya, Arif tak melanjutkan karir di bidang sepak bola lantaran faktor ekonomi.
Arif pun memilih bekerja bersama PT PPLI dengan bayaran yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
"Tapi biar bagaimanapun saya tetap bangga dengan Arif," tutup Hatta.