Pemkot Tangerang Akui Kasus Kekerasan Anak Saat Pandemi Masih Tinggi, Rata-rata Menimpa Wanita

Pemerintah Kota Tangerang masih mencatat tingginya kasus kekerasan terhadap anak di wilayahnya saat pandemi Covid-19.

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/EGA ALFEDA
Kasie Perlindungan Perempuan dan Anak pada DP3AP2KB Kota Tangerang, Wildan Widyaswara saat ditemui di Mapolsek Ciledug, Selasa (22/6/2021).  

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Pemerintah Kota Tangerang masih mencatat tingginya kasus kekerasan terhadap anak di wilayahnya saat pandemi Covid-19.

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang mencatat total ada 41 kekerasan terhadap anak.

Kasie Perlindungan Perempuan dan Anak pada DP3AP2KB Kota Tangerang, Wildan Widyaswara menjelaskan, angka tersebut terkumulatif sejak awal tahun sampai hari ini.

"Kalau untuk anak-anak dari Januari sampai bulan Juni ini laporan masuk ke kita total 41, dan masih terus berjalan," jelas Wildan saat ditemui di Mapolsek Ciledug, Selasa (22/6/2021).

Ia menerangkan, dari 41 anak tersebut terdapat 31 berjenis kelamin wanita dan 10 diantaranya laki-laki.

Menurut Wildan, angka di atas menunjukan tren penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya diperiode yang sama.

Baca juga: Ratusan Orang Disuntik Vaksin Astra Zeneca yang Digelar Tangcity Mall

Baca juga: JPU Minta Majelis Hakim Tolak Eksepsi Mafia Tanah 45 Hektare di Tangerang

"Masih berjalan, kan terhitung akhir tahun terhitung sampai Desember. Kalau sampai sekarang ini menurunn dari tahun lalu. Perkiraan 30-40 persenan," ungkap Wildan.

Dalam penanganannya, DP3AP2KB melakukan trauma healing kepada anak-anak korban kekerasan yang berumur di bawah 17 tahun termasuk wanita.

Korban-korban tersebut, kata Wildan, akan diberikan konsul dan penanganan khusus seperti trauma healing untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka.

"Trauma healing, karena si anak ini kehilangan kepercayaan diri atau sulit bersosialiasi lagi baru kita trauma healing. Kita terus interaksi intens dengan orang tua korban walau pun tidak ada laporan dari orang tua korban pun kita ambil tindakan," pungkas Wildan.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved